ABUYA ALMALIKI YANG TEREKAM DALAM MEMORIKU
(dalam rangka mengenang 15 Ramadhan 2004, hari wafat beliau)
Luthfi Bashori
SITUASI KAMAR PRIBADI ABUYA
Abuya Almaliki memiliki kamar pribadi di lingkungan pesantren yang berfungsi sebagai kantor kegiatan beliau sehari-hari, serta perpustakaan kedua, karena beliau memiliki perpustakaan pribadi yang jauh lebih dan lengkap di bagian lokasi lainnya di dalam pesantren. Tentunya Abuya juga memiliki kamar di lokasi rumah tangga beliau yang terpisah dari pesantren, namun tetap bersebelahan dengan lokasi pesantren.
Di kamar pribadi Abuya yang difungsikan sebagai kantor sentral kegiatan, terdapat barang-barang penting yang umum dibutuhkan sehari-hari oleh seorang ulama yang pengarang dan penulis, serta yang menempatkan diri sebagai sorang ayah bagi murid-muridnya. Contohnya adalah alat-alat perkantoran semacam kertas dengan bermacam-macam jenis, pena, pensil, penggaris, tinta dan lain sebagainya. Alat-alat faximil, pesawat telepon, tape, kaset, vidio player, handycam dan lain sebagainya.
Di kamar ini terdapat beberapa almari selain rak kitab, yaitu almari untuk menyimpan pakaian-pakaian ringan serta beberapa jenis jubah, selendang ridak, kain putih tipis panjang yang dijadikan imamah, dan beberapa jenis songkok. Ada juga almari yang pergunakan untuk menyimpan barang-barang hadiah pemberian dari para jama`ah haji, muhibbin, serta dari tamu-tamu dari berbagai belahan dunia.
Saat Abuya mengantor, beliau tidak duduk di kursi dengan meja kantor seperti konotasi perkantoran resmi di Indonesia, namun beliau duduk di karpet dengan dirangkap kasur tipis, semacam kasur palembang yang kini banyak dijual baik di Indonesia maupun di Saudi Arabiah. Di depan beliau ada meja lipat yang tidak terlalu besar, sehingga mudah dipindah, dan sering difungsikan saat menulis maupun membaca. Namun tak jarang beliau mengfungsikan misnad (sandaran tangan terbuat dari gabus kaku tebal khas Saudi Arabiah) sebagai meja tulis.
Ada juga almari yang dipergunakan untuk menyimpan barang-barang kesehatan seperti beberapa jenis madu, habbatus saudak (jinten hitam), beberapa jenis vitamin, serta beberapa jenis jamu pemberian dari para pencinta beliau. Di almari ini juga tersimpan kayu gahru dan peralatan pembakarannya, serta beberapa janis minyak wangi dan perlengkapan lainnya yang sering dibutuhkan oleh beliau.
Ada juga almari yang dipergunakan untuk menyimpan barang-barang berharga seperti dompet, namun yang berupan tas tangan, surat-surat penting semacam KTP, serta sejumlah perhiasan aksesoris lelaki semacam jam tangan, cincin, beberapa jenis batu permata, beberapa kacamata, potongan kiswah ka`bah dan lain sebagainya. Bahkan ada juga bagian almari yang dipergunakan untuk menyimpan peralatan medis seperti alat tensi darah, tes gula darah dan sebagainya.
Di kamar pribadi Abuya ini, sering juga dipergunakan menerima tamu-tamu penting. Sekaligus di saat-saat tertentu dipergunakan untuk mengajar, saat beliau mempunyai jam mengajar di kelas. Bahkan terkadang acara-acara yang beliau laksanakan khusus bersama para santri, beliau memanfaatkan kamar pribadi ini sebagai tempat kegiatan. Luas kamar cukup besar, sehingga dapat menampung 40 orang, sekalipun harus duduk berdesak-desakan.
Kamar pribadi Abuya ini, adalah menjadi daya tarik tersendiri bagi para santri maupun alumni. Jika seorang alumni datang berkunjung dan berziarah kepada Abuya, namun belum dipanggil dan diajak masuk ke kamar ini, rasanya ada yang kurang dalam kunjungan tersebut. Sebaliknya, jika ada tamu yang bukan alumni, ternyata mendapat panggilan khusus untuk bertemu beliau di kamar ini, maka peristiwa itu adalah sebuah kehormatan yang luar biasa bagi tamu tersebut.
Kami sendiri, selaku santri yang diberi tugas berkhidmat untuk urusan tulis-menulis hasil karya beliau serta penyimpanan dokumentasi lainnya, hampir setiap hari keluar masuk kamar terhormat ini. Perlu diketahui, di saat kami berada di Makkah dalam asuhan beliau, tahun 1983-1991 belum musimnya komputer, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan karya tulis, masih murni ditulis tangan dengan khot halus, dengan menggunakan media kertas folio bergaris dan pena bertinta. Sedangkan penyimpanan dokumentasi penting, menggunakan media buku tulis tebal. Kami sendiri sudah tidak ingat, sudah berapa buku tulis tebal yang menampung tulisan tangan kami sebagai salah satu penulis-penulis Abuya Sayyid Muhammad Alwi Almaliki.
(PERPUSTAKAAN MILIK ABUYA AL-MALIKI, bersambung)