PENGARUH BURUK BERGAUL
DENGAN ORANG YANG BURUK PERILAKUNYA
Luthfi Bashori
Saat ini, sering kali terjadi di masyarakat, ada orang-orang yang dulunya baik, namun karena salah pergaulan, maka menjadi buruk perilakunya. Salah pergaulan ini tidak identik dengan pergaulan kalangan remaja, namun hampir terjadi di semua kalangan, baik itu di kalangan desawa maupun anak-anak, kalangan akademisi maupun awwam, kalangan pejabat maupun rakyat.
Banyak sekali terdengar berita yang mengatakan, bahwa ada seorang kakek yang tega menggagahi anak balita gara-gara terpengaruh video porno, dan peristiwa seperti ini termasuk gambaran salah pergaulan. Atau berita anak-anak yang ikut gerombolan pencuri. Atau berita seorang guru maupun dokter yang ikut mengkonsumsi narkoba.
Bahkan ada juga beberapa kalangan dari orang-orang baik, namun salah bergaul dengan pejabat penista agama yang bermulut jorok, dan banyak menerapkan kebijakan yang tidak pro rakyat kecil, serta sangat taat kepada pihak Asing & Aseng, akhirnya pihak-pihak yang salah bergaul dengan si penista agama ini ikut membabibuta saat mendapat kritikan dari masyarakat, walaupun bersifat membangun, hingga menganggap semua pihak yang kontra si penista agama akan dihukumi salah, sedangkan yang pro si penista agama dinilai benar.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan berkawan dengan orang yang shaleh dan berkawan dengan orang jahat, adalah seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup api tukang pande besi. Penjual minyak wangi, dia mungkin akan memberikan kamu atau kamu akan beli minyak wangi darinya. Tetapi peniup api tukang pande besi, mungkin dia akan memercikkan api pada pakaianmu atau kamu akan mencium bau yang tidak sedap.”
Imam Wahab ibnu Munabbih berkata, “Nabi Musa pernah mendatangi Fir’aun seraya berkata, “Berimanlah kamu, agar kamu mendapat surga dan kerajaan.” Maka Fir’aun bermusyawarah dengan Haman tentang usulan Nabi Musa. Jawab Haman, “Kalau engkau sekarang disembah orang, mengapa engkau mau mendengar usulan Musa, sehingga engkau menjadi seorang penyembah?” Maka Fir’aun menjadi sombong, padahal di awal pemerintahannya, ia bersifat adil dan baik, setelah menjadikan Haman, Qarun dan orang-orang fasik sebagai kawan dekatnya, maka ia menjadi rusak dan binasa.”
Imam Ibnu Athaillah as-Sakandari berkata: “Berteman dengan orang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa nafsunya, sungguh lebih baik bagi kamu daripada berteman dengan orang alim tapi senang mengikuti hawa nafsunya.”