PILIH PEMIMPIN,
HARUSLAH ORANG YANG TERBAIK KEISLAMAN & KEIMANANNYA
Luthfi Bashori
Untuk mengenal bagaimana kriteria orang yang terbaik menurut pandangan Islam?
Maka sebagai jawaban, adalah hadits yang diriwayatkan dari St. Durrah binti Abu Lahab yang menceritakan, bahwa ada seorang shahabat menghadap Nabi Muhammad SAW ketika beliau SAW berada di atas mimbar dan orang itu bertanya, “Siapakah manusia terbaik?â€
Nabi SAW menjawab, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling baik bacaan Al-Qur’annya di antara mereka, orang yang paling memahami agama Allah di antara mereka, orang yang paling bertakwa kepada Allah di antara mereka, orang yang paling sadar menyuruh orang kepada kebaikan, orang yang paling sadar mencegah orang lain dari kemungkaran dan orang yang paling baik hubungan silaturahimnya di antara mereka.†(HR. Ahmad, Al-Baihaqi dan Thabarani).
Jawaban Nabi Muhammad SAW di atas ini menerangkan secara jelas, bagaimana hakikatnya kriteria orang yang terbaik di antara umat Islam. Tentunya kriteria ini dapat dijadikan panduan hidup bagi setiap muslim, “Barangsiapa yang ingin digolongkan sebagai orang-orang terbaik, maka hendaklah belajar menerapkan kriteria tersebut dalam kehidupan sehari-hariâ€.
Apalagi bagi mereka yang berharap menjadi para pejabat muslim, maka menjalankan aturan Nabi Muhammad SAW tersebut di atas, agar menjadi orang baik hingga dapat diangkat oleh masyarakat sebagai pemimpin umat, adalah syarat mutlak yang harus dipenuhinya.
Sy. Ibnu Abbas RA menuturkan, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang mengangkat seseorang untuk memimpin suatu masyarakat, padahal di kalangan mereka masih ada orang yang lebih diridhai oleh Allah daripada orang yang di angkat itu, maka sungguh dia sudah mengkhianati Allah Rasul-Nya dan orang-orang beriman.†(HR. Ahmad dan Al-Hakim)
Mengangkat pemimpin shalih yang berkualitas terbaik dalam keislaman dan keimanannya, sama halnya menciptakan ‘sorga’ serta memupuk kebahagian bagi kehidupan umat Islam. Sebaliknya, salah dalam mengangkat pemimpin, hingga mendapatkan figur yang jauh dari aturan syariat, serta lemah dalam keimanannya kepada Allah, sama halnya menciptakan ‘neraka’ yang penuh kesengsaraan bagi kehidupan umat Islam.
Sy. Abu Hurairah RA menceritakan, suatu kali Rasulullah SAW bertanya kepada para shahabat, “Jika saya sudah meninggal dunia, apakah (hidup di) permukaan bumi ataukah (berada di) perut bumi (atau kematian) itu lebih baik bagi kalian?â€
“Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui.†Jawab para shahabat.
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila para umara’ (pejabat yang terpilih) itu adalah orang-orang yang terbaik di antara kalian, dan orang-orang yang kaya di antara kalian menjadi orang yang dermawan, serta semua urusan kalian dimusyawarahkan, maka saat itulah (hidup di) permukaan bumi ini lebih baik daripada (berada di) perut bumi (atau kematian). Sebaliknya bila para umara’ (pejabat) adalah orang-orang jahat di atara kalian, dan orang-orang kaya menjadi kikir, serta semua urusan kalian serahkan kepada istri-istri kalian (kaum wanita), maka saat itulah (berada di) perut bumi (atau kematian) lebih baik daripada (hidup di) permukaan bumi ini.†(HR. Tirmidzi).