URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 210 users
Total Pengunjung: 6224322 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Harapan Baru Kesembuhan bagi Pasien Hepatitis C 
Penulis: https://tirto.id [16/11/2017]
 
Harapan Baru Kesembuhan bagi Pasien Hepatitis C


 Orang dengan hepatitis C harus rela kehilangan banyak uang demi menghilangkan HCV (virus hepatitis C) di tubuhnya. Tak hanya uang, banyak waktu tersita untuk pengobatan, tapi sehat belum tentu didapatkan. Kini, harapan baru muncul. Mereka tak perlu menyerah karena biaya, atau efek samping yang membikin depresi, karena era Direct Acting Antiviral (DAA) telah tiba.

Sudah setahun Ferry melakukan pengobatan Hepatitis C menggunakan ribavirin dan interferon. Setiap seminggu sekali, ia harus pergi ke dokter untuk menyuntikkan cairan interferon. Setiap hari, setidaknya ia harus minum ribavirin pagi dan sore hari. Bukan hanya berjuang untuk tetap konsisten melakukan pengobatan, Ferry juga harus berjuang melawan efek-efek obat yang dikonsumsinya.

“Kombinasi obat tersebut bikin kita depresi dan moody. Saya jadi cepat lelah dan kurang bisa mengatur emosi. Semua orang diajak berantem,” cerita Ferry kepada Tirto, Jumat (4/11/2017).

“Kombinasi obat tersebut bikin kita depresi dan moody. Saya jadi cepat lelah dan kurang bisa mengatur emosi. Semua orang diajak berantem,” cerita Ferry kepada Tirto, Jumat (4/11/2017).

Pernah sekali waktu ia menghajar orang hanya karena disalip saat mengendarai motor. Ia sadar, amarah dan depresinya dapat berpengaruh buruk ke lingkungan pekerjaan dan sosial. Makanya, ketika sedang intensi menggunakan ribavirin dan interferon, Ferry memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan.

Kendati demikian, harapan sembuh hanya di kisaran60 persen, bahkan kurang. Benar saja, meski HCV di tubuhnya sempat tak terdeteksi, di masa akhir pengobatan virus tersebut muncul kembali.

“Udah capek-capek berobat setahun, eh nggak sembuh juga,” keluhnya.

Mungkin Ferry masih cukup beruntung karena seluruh pengobatannya tak dipungut biaya. Ia adalah salah satu pasien “uji coba” ribavirin dan interferon. Tapi, orang-orang dengan hepatitis C selain Ferry bisa mengeluarkan uang hingga Rp 120 juta dalam setahun hanya untuk pengobatan interferonnya saja.

Irsan Hasan, SpPD-KGEH, Ketua Peneliti Hati Indonesia (PPHI) menjelaskan, pemberian interferon dilakukan seminggu sekali. Dengan biaya sekali suntik Rp 2,5 juta, maka dalam sebulan, pasien harus mengeluarkan biaya Rp 10 juta hanya untuk interferonnya saja.

Selain itu, untuk mengontrol hasil pengobatan, pasien masih harus melakukan tes HCV guna mendeteksi keberadaan antibodi terhadap virus hepatitis C dalam darah. Juga tes HCV RNA untuk mengetahui tingkat keaktifan virus. Sekali tes HCV memakan biaya sekitar Rp 200 ribu, dan tes HCV RNA mencapai Rp 2,5 juta.

“Dan pengobatannya tidak boleh bolos, walau sehari. Makanya saya sering ajarkan ke pasien untuk suntik interferon sendiri,” terangnya dalam pelatihan mengenai Hepatitis C di Bogor, Jumat, (4/11/2017).
Obat Baru, Harapan Baru
Di Asia Tenggara, diperkirakan terdapat 30 juta orang yang hidup dengan hepatitis C kronis. Setiap tahunnya, hepatitis C menyebabkan 500 ribu kasus baru dan 160 ribu kasus kematian. Sebanyak 75 persen penderita HCV bahkan tidak menyadari status mereka. Sementara di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2013 memperkirakan ada sekitar 3 juta orang Indonesia mengidap virus ini.

“Hepatitis C menyerang liver yang tak memiliki saraf. Sehingga, meski dia rusak, tak ada keluhan apapun,” jelas Irsan.

Selama ini, pengobatan hepatitis C di Indonesia masih menggunakan interferon dan ribavirin yang mulai ditinggalkan di sejumlah negara. Selain karena tingkat kesembuhannya kecil, obat ini juga membikin depresi, batuk, demam, ruam, mual, anoreksia, anemia, leukopenia, trombositopenia bagi penggunanya. Bahkan Irsan menceritakan salah satu pasiennya yang hampir bunuh diri akibat efek samping obat tersebut.

“Makanya jarang dokter berani kasih obat ini,” kata Irsan.


https://tirto.id
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam