HANYA PERINTAH KEBAIKAN YANG WAJIB DIPATUHI
Luthfi Bashori
Bagaimana cara umat Islam bersikap kepada para pemimpin? Dalam kajian kitab para ulama salaf, disebutkan beberapa ayat Alquran maupun Hadits yang dijadikan dasar, bahwa kewajiban seorang muslim itu harus taat kepada para pemimpin muslim yang bersifat adil.
Bahkan jika ada pemimpin muslim namun berakhlaq buruk dan berperangai tidak baik, asalkan tidak memerintahkan kemaksiatan serta tidak mencegah umat Islam untuk melaksanakan ibadah, maka umat Islam wajib bersabar untuk mentaatinya.
Namun bukan berarti ketaatannya itu bersifat mutlak, melainkan kewajiban taat jika diperintahkan untuk melakukan kebaikan serta menjauhi kemunkaran, sekalipun sang pemimpin itu kerap melanggar kebijakannya sendiri.
Tetapi, bilamana sang pemimpin itu secara dhalim memerintahkan rakyatnya untuk melakukan kemunkaran serta kejahatan, misalnya mengajak suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum Islam, atau sengaja melarang rakyatnya untuk melakukan kebaikan, semisal sang pemimpin yang menghalang-halangi dakwah islamiyah di tengah masyarakat, maka hukumnya wajib bagi umat Islam untuk menginkari pemimpin macam ini.
Salah satu bentuk inkar terhadap pemimpin dhalim, adalah dengan ber-nahi munkar terhadap sang pemimpin, baik lewat nasehat, negoisasi, berdemo, atau dengan berbagai macam cara yang dapat dilakukan, agar sang pemimpin berkenan menghapus kebijakannya yang merugikan umat Islam.
Jika sang pemimpin tidak menghiraukan dengan segala bentuk nasehat, sebagaimana yang telah diupayakan oleh umat Islam, maka bolehlah umat Islam melawan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syariat, hingga umat Islam dapat mengganti pemimpin dhalim itu dengan pemimpin baru yang dapat diharap agar langkah-langkahnya dapat menguntungkan umat Islam, serta tidak bertentangan dengan hukum syariat Islam.
Sy. Ali RA menceritakan, bahwa Rasulullah SAW mengirim satu pasukan, dan beliau SAW mengangkat seorang laki-laki dari kaum Anshar untuk memimpin mereka. Beliau SAW juga memerintakan mereka untuk patuh kepadanya.
Dalam perjalanan, tiba-tiba laki-laki Anshar itu marah-marah kepada para prajuritnya, “Bukankah Nabi SAW sudah memerintahkan kalian semua untuk patuh kepadaku?” “
Betul,” jawab mereka.
Kemudian sang pemimpin itu menginstruksikan, “Sekarang saya perintahkan kepada kalian untuk mengumpulkan kayu bakar, dan nyalakanlah, lalu kalian semua harus masuk ke dalam api itu.”
Dengan patuh semua para prajurit itu mengumpulkan kayu bakar, dan menyalakannya. Tatkala mereka akan memasuki api, mereka terus saling pandang. Di antara mereka ada yang berkata, “Kita mengikuti Nabi SAW itu karena takut pada api neraka, apakah kita akan memasukinya?”
Karena banyak di antara mereka yang bimbang, apakah harus mematuhi perintah tersebut atau menolaknya, tiba-tiba api itu pun padam, hingga redalah kemarahan sang panglima.
Selanjutnya peristiwa itu dilaporkan kepada Nabi Muhammad SAW, lalu beliau bersabda, “Seandainya mereka masuk ke dalam api itu, maka mereka tidak akan keluar dari api itu selamanya (alias masuk api neraka karena bunuh diri). Kepatuhan itu hanya dalam kebaikan saja.” (HR. Jama’ah Ahli Hadits)