IMPLIKASI KEIMANAN SEJATI DALAM KEHIDUPAN NYATA
Luthfi Bashori
Dalam ruang hidup sejarah para shahabat ridhiyallahu anhum, sebenarnya sangatlah banyak cerminan yang dapat diambil manfaatnya jika diterapkan dalam kehidupan umat Islam dewasa ini, termasuk bagi siapa saja yang ingin memperbaiki dan menyempurnakan keimanannya.
Banyak motivasi positif yang ditampilkan secara nyata oleh para shahabat ridhiyallahu anhum, sehinga diharapkan dapat menjadi energi yang dahsyat bilamana umat Islam ikut mengamalkannya.
Apalagi di saat keadaan jaman yang kian hari kian banyak insan yang meradang dalam menyongsong era globalisasi yang terus menjepit.
Dalam menghadapi dunia perekonomian, masih banyak kalangan yang tidak mendapat kepastian hidup, belum lagi dalam kehidupan beragama, ternyata masih banyak yang perlu dipertanyakan. Titel seseorang, apa pun jenis pangkat dan macamnya, juga belum dapat menjamin seseorang dapat memanfaatkannya secara baik dan benar.
Dengan bercermin pada contoh kejayaan hidup umat Islam generasi pertama, tentu dapat membangkitkan lagi ghirah islamiyah, atau dapat menumbuhkan lagi kepedulian terhadap urusan umat Islam, hingga citra dan kewibawaan mereka akan terangkat kembali.
Sebagaimana diriwayatkan, bahwa suatu saat Nabi Muhammad SAW bertanya kepada Sy. Haritsah bin Nu’man RA, “Bagaimana keadaanmu di pagi ini, hai Haritsah?”
Haritsah menjawab, “Aku beriman kepada Allah dengan sebenarnya.”
Nabi Muhammad SAW berkata, “Lihatlah apa yang engkau katakan, karena setiap kebenaran itu mempunyai kenyataan. Maka apa hakikat imanmu?”
Haritsah menjawab, “Jiwaku menjauhi dunia hingga sama saja menurutku antara emas dan batu, susah dan senang. Di waktu malam aku tidak tidur dan di waktu siang aku haus (karena puasa). Seakan-akan aku melihat Arsy Tuhanku. Seakan-akan aku melihat penghuni surga saling mengunjungi dan bersenang-senang.
Maka Nabi Muhammad SAW bersabda, “Haritsah adalah hamba yang diterangi Allah hatinya. Engkau telah melihat dan tetaplah bagitu.”
Haritsah berkata, “Ya Rasulullah, doakan kepada Allah bagiku agar aku mati syahid.”
Maka Nabi Muhammad SAW mendoakan baginya dan ia pun menjadi orang yang pertama kali mati syahid dalam perang Uhud.
Ketika ibunya mendengar itu, ia datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, beri tahukan kepadaku tentang Haritash. Jika ia berada di sorga, aku tidak akan menangis dan tidak akan cemas. Jika selain itu, maka aku akan menangis seumur hidupku di dunia.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apakah engkau mengerti, hai Ummu Haritsah? Sesungguhnya sorga itu banyak macamnya dan anakmu tinggal di sorga Firdaus yang tertinggi.”
Maka ibunya kembali sambil tersenyum dan berkata, “Hebat, hebat engkau, wahai Haritsah.”