Suka Makan Daging Mentah? Waspada Risiko Infeksi Cacing Pita
Suka makan sushi, atau daging-dagingan setengah matang? Jika iya, Anda perlu berhati-hati dengan risiko infeksi cacing pita. Jika menginfeksi manusia, cacing pita bisa tumbuh mencapai 30 kaki atau sekitar sembilan meter. Meski tak menyebabkan kematian, cacing yang tumbuh di perut manusia ini bisa mengambil beragam nutrisi tubuh.
Infeksi cacing pita pada manusia lazimnya terjadi di wilayah dengan tingkat kebersihan minim. Misalnya saja yang baru-baru ditemukan di Desa Nagari Dolok, Silau Kahean, Simalungun, Sumut, Kamis (21/9) lalu. Seorang warganya menderita taeniasis, yakni penyakit parasit akibat cacing pita. Dalam fesesnya, ditemukan cacing pita sepanjang 2,8 meter.
Taeniasis merupakan penyakit parasiter akibat cacing pita genus Taenia yang menular dari hewan ke manusia, dan sebaliknya. Taeniasis pada manusia disebabkan spesies Taenia solium atau cacing pita babi dan Taenia saginata yang dikenal juga sebagai cacing pita sapi.
Manusia dapat terinfeksi Taeniasis apabila memakan daging sapi atau daging babi yang mengandung larva (sistiserkus). Larva berhasil hidup dan tumbuh di rongga usus halus akibat dimasak kurang matang.
Gejala umum ketika terinfeksi cacing pita adalah perut tidak nyaman, mual, feses cair, dan penurunan berat badan. Dalam banyak kasus, gejala yang timbul tak jauh berbeda dibanding sakit perut pada umumnya, sehingga seringkali diabaikan.
Selain sebabkan gangguan usus, cacing pita dewasa juga merebut vitamin B-12 dan nutrisi lain dari tubuh, sehingga orang yang terinfeksi bisa kurang gizi. Kadang, ia juga bersarang di sistem saraf dan menyebabkan gangguan otak atau sistem saraf. Pada kasus yang parah, penderitanya bisa mengalami serangan epilepsi.
Cacing pita banyak ditemukan di negara-negara berkembang. Di Meksiko, dari 68.754 sampel serum manusia, sebanyak 0,06-2,97 persennya positif terkena sistiserkosis, larva dari cacing pita. Di berbagai negara di Amerika Latin ditemukan prevalensi antara 0,1- 8,7 persen, sedangkan prevalensi di Asia dan Afrika berkisar antara 0,05-10,4 persen.
Khusus di Indonesia, prevalensinya mencapai 1,0-42,7 persen, dan paling banyak berada di Sumatera Utara, Bali, dan Papua. Jumlah kasus tertinggi diidap oleh laki-laki antara umur 30-40 tahun, karena laki-laki sering menikmati daging mentah sambil minum tuak.
“Taeniasis sering dianggap sepele karena memang tidak menyebabkan kematian,” kata dr Umar Zein, ahli Penyakit Tropik dan Infeksi.
https://tirto.id