KACAU BALAU NEGERI ANTAH BERANTAH
Luthfi Bashori
Presiden di negeri Antah berantah, ternyata sangat senang memelihara seorang pecundang keturunan Taipan, yang terkenal sangat licin dan licik dalam gerak-geriknya
Yang dimaksud memelihara, adalah menjadikan si keturunan Taipan itu sebagai gubernur bagi ibu kota negeri Antah berantah. Inilah awwal kehancuran negeri yang semula masyarakatnya hidup tenang, tenteram dan damai, gemah ripah loh jinawi.
Itupun secara tersirat, dapat dipahami dengan kasat mata oleh masyarakat, bahwa ketentuan persiden memelihara sang gubernur, karena berdasarkan pesanan dari para Konglomerat Hitam Taipan nenek moyang sang gubernur, yang menjadi biang kerok dari kehancuran kehidupan dan perekonomian di negeri Antah Berantah, bahkan demikian juga yang terjadi di negara-negara tetangga.
Sekarang negeri Antah Berantah sedang mengalami prahara akibat penistaan terhadap salah satu agama resmi, yang dilakukan oleh sang gubernur ibu kota.
Entah diberi jimat apa oleh presiden, hingga sang gubernur menjadi sakti mandraguna.
Pelanggaran apapun yang dilakukannya, seakan tidak tersentuh oleh hukum.
Yaa, hukum menjadi sangat tumpul terhadap sang gubernur.
Atau memang dianggap sudah wajar jika presiden membuatkan jimat khusus bagi sang gubernur kesayangannya itu.
Tentunya ada simbiosis tersembunyi di antara presiden dan gubernur kesayangannya itu, hingga keduanya saling dapat menguntungkan dalam segala bidang.
Termasuk saat sang gubernur mencuri uang rakyat lewat proyek reklamasi teluk di ibu kota negeri itu.
Tentunya juga, saat sang gubernur membungkus tindakan korupsinya dengan kamuflase proyek pembangunan rumah sakit Kurang Waras di wilayah kekuasaannya.
Negeri yang aneh memang, bahkan BPK resmi milik negeri Antah Berantah, setelah meneliti dengan seteliti-telitinya tentang keterlibatan sang gubernur dalam pengemplangan uang negara, tiba-tiba hasil auditnya dimentahkan oleh KPK di negeri itu.
Hal semacam ini menjadi kentara sekali, jika ada tekanan dan pesanan dari atasan yang lebih tinggi, yaitu bos-bos Taipan yang berhasil mengangkangi negeri Antah Berantah.
Tentu saja keputusan KPK yang kontra produktif di negeri itu, menjadi perhatian masyarakat luas.
Hebat juga sebenarnya, ternyata para juragan Taipan itu dapat leluasa mempermainkan kekuasaan dan hukum di negeri Antah Berantah, di hampir seluruh sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.
Rakyat negeri Antah Berantah yang jumlahnya lebih dari 250 juta orang, kini sedang disuguhi akrobat politik kekuasaan yang maha dahsyat, untuk menuju keruntuhan dan kehancuran negeri tersebut.
Contoh bagaimana parahnya korupsi di negeri itu. Seorang kawan mengatakan, bahwa ada sebuah surat kabar menerbitkan berita utama di negeri itu dengan judul besar-besar pada halaman depan:
"50% Pejabat Tinggi Kita, Koruptor"
Tentu saja penanggung jawabnya mendapat teguran keras dari pihak pemerintahan dan harus meralat beritanya, kalau tidak, maka surat izin terbitnya akan dicabut.
Karena ada tekanan dari pemerintah, maka keesokan harinya, dimuatlah ralat berita sehari sebelumnya:
"Dengan ini kami meralat berita utama kemarin yang berjudul "50% Pejabat Tinggi Kita, Koruptor", karena ternyata berita itu tidak benar. Sedangkan berita yang benar adalah: "50% Pejabat Tinggi Kita Bukan Koruptor."
Masyarakat sebagai pembaca berita, hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala, sambil menikmati hidup miskin dan melarat.
Jika rakyat di negeri Antah Berantah itu ingin hidup yang lebih baik dan lebih layak, maka hakikatnya hanya mereka sendiri yang dapat merobah keadaan negeri tercintanya itu menuju perubahan. Daripada hanya pasrah oleh keadaan dan menjadi penonton setia akrobat politik para penguasa dan bos-bos mereka.