BERAKAL YANG BAIK DAN BENAR
Luthfi Bashori
Menjadi seorang yang benar di akhir jaman, bukanlah perkara yang mudah, bahkan banyak tangtangan yang harus dihadapinya. Jangankan menjadi orang yang yang benar, untuk menghindarkan diri dari kemaksiatan dan keburukan perilaku saja sudah tergolong sulit dilakukan, kecuali orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah serta mendapat perlindungan-Nya.
Menurut sebagian ahli hikmah bahwa, “Saat ini kita berada di suatu jaman yang untuk dapat meninggalkan keburukan saja sudah dianggap telah melakukan suatu kebaikan.”
Untuk dapat menyelamatkan diri dari kerusakan yang terjadi di dunia akibat ulah tangan manusia, baik kerusakan yang terjadi pada ekosistem kehidupan di muka bumi, maupun kerusakan dalam dunia pergaulan di tengah masyarakat, maka hendaklah setiap pribadi muslim memaksimalkan penggunaan akal sehatnya demi meraih kehidupan yang baik sejak di dunia hingga di akhirat kelak.
Orang bijak berkata:
”Orang berakal yang berbuat benar ialah siapa yang mengenal Allah SWT dan menaati syariat-Nya, mengenal setan lalu menentang ajakannya, mengenal kebenaran lalu mengikuti amalannya, mengenal kebatilan lalu menghindari perilakunya, mengenal dunia lalu menolak godaannya, mengenal akhirat lalu mencari kehidupannya”.
“Orang berakal yang berbuat benar ialah siapa yang meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya, membangun kuburan sebelum memasukinnya, dan membuat Penciptanya ridha sebelum berjumpa dengan-Nya.”
“Orang yang mengenal Allah dengan baik dan benar, adalah orang yang apabila menyebut nama Allah, ia merasa bangga, namun jika meyebut dirinya, ia merasa hina. Apabila merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah, ia mengambil pelajaran, namun saat hendak melakukan maksiat atau melampiaskan syahwat, ia cepat berhenti. Apabila mengingat dosa-dosanya, ia mohon ampunan dan saat teringat ampunan Allah, ia merasa gembira”.