URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 65 users
Total Pengunjung: 6224167 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
BERKAPAL MENYEBERANG SELAT BOSPHORUS 
Penulis: Pejuang Islam [ 4/9/2016 ]
 
BERKAPAL MENYEBERANG SELAT BOSPHORUS

 Luthfi Bashori

 Layaknya ikut rombongan tour, maka kami sekeluarga dijadwalkan menyeberangi selat Bosphorus menuju benua Eropa, dengan diantarkan oleh gaet asal Turki.

Kali ini kami diajak menikmati pemandangan selat bosphorus dengan naik kapal pelesir, seperti saat kami berada di sungai Nil Mesir. Hanya saja kapal di Turki ini tidak disediakan hiburan kesenian khas Turki.

Penjadwalan saat itu pada pagi menjelang siang, sehingga kami dapat menyaksikan pemandangan di sekitar selat dengan sangat jelas. Baik perumahan warga Turki maupun warga Eropa yang berada di pinggir selat tampat megah, bersih, rapi dan nyaman sekalipun kami hanya melihatnya dari kejauhan.

Demikian juga dengan situasi kapal sekalipun terkesan bukan kapal baru, namun sebagaimana kebiasaan masyarakat Turki yang bersih, maka kapal itu tampak terawat dengan baik dan nyaman.

Penumpang kapal juga variatif, ada yang warga asli Turki, ada turis dari entis China, ada pula turis dari etnis Arab, namun yang paling tampak sering berlalu-lalang adalah turis dari Eropa, di samping kami sekeluarga yang mewakili turis dari Asia Tenggara tentunya.

Turis dari Eropa itu, hampir di semua sudut negara Turki yang kami kunjungi, rasanya kami temukan mereka. Kami tahu mereka itu warga Eropa dilihat dari bahasa yang mereka gunakan, warna kulit yang kemerah-merahan namun tidak begitu bersih, tidak sebersih kulit warga Turki sendiri, serta kebiasaan cara berpakaian yang nyaris buka-bukaan, baik kalangan lelaki maupun perempuannya.

Di kapal pelesir ini, kami disuguhi pemandangan unik.Saat itu gaet keluarga kami, seorang lelaki asal Turki sengaja membeli roti yang sedikit kering. Lantas di tengah selat si gaet mengambil secuil roti dan dia lemparkan ke udara, maka dengan tiba-tiba saja segerombolan burung laut sebesar bangau berebut roti yang dilemparkan tadi. Hiburan gratis ala Turki ini menarik hati kami untuk ikut melakukannya, hitung-hitung sebagai tambahan hiburan.

Hiburan seperti di atas, sebenarnya bukanlan hal yang aneh di negara kita, sebut saja di penyebrangan laut antara Banyuwangi-Bali-Lombok, banyak anak-anak yang berenang dan menyelam di laut, kemudian para penumpang kapal melemparkan uang receh ke dalam air laut, lantas anak-anak tersebut mengejarnya sambil menyelam untuk mendapatkan kepingan uang receh tadi.

Penyeberanga ke benua Eropa kali ini adalah yang ke tiga kalinya bagi kami. Pertama tatkala di awal datang ke kota Istanbul, kami diantar naik mobil penjemputan. Ke dua tatkaka kami naik kereta Trim dan tersesat ke benua Eropa. Ke tiga adalah menyeberang diantar gaet asal Turki dengan naik kapal. Adapun tujuan menyeberang dengan kapal kali ini adalah mencari restoran muslim di benua Eropa untuk makan siang.

Kami diajak masuk restoran milik warga Turki yang berdomisili di Eropa. Menu pertama yang keluar adalah semacam bubur kacang hijau yang berasa gurih dipadu dengan roti tipis dan lalapan. Setelah suguhan pertama ini kami santap hampir habis, barulah disuguhkan semacam kuwah daging dengan telor rebus, itupun harus kita makan terlebih dahulu jika ingin mendapatkan suguhan berikutnya yaitu sekepal nasi. Setelah suguhan ke dua kami nikmati hingga hampir habis, maka keluarlah suguhan ke tiga berupa sekepal nasi berwarna kuning agak kemerahan, dengan lauk daging.

Tata cara penyuguhan menu ala Turki yang unik ini justru menjadi kendala tersendiri bagi perut kami. Lebih-lebih pengaruh rasa asam yang dominan menjadi kegemaran warga Turki, sedikit menambah problematika perut mulas bagi kami pribadi.

Benar, lidah masih mudah diajak kompromi, namun rupanya justru perutlah yang berbeda pendapat, maka terpaksa kami harus rajin mencari toilet untuk meredam maraknya unjuk rasa isi perut kali ini.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam