HINDARI MAKANAN & MINUMAN HARAM
Luthfi Bashori
Jaman sekarang rasanya sangat susah untuk memilah-milah, mana makanan dan minuman yang benar-benar halal dan makanan yang diragukan kehalalannya. Dalam perjalanan hidup seseorang itu, pasti ada saat-saat tertentu yang dirinya tidak dapat mengetahui status hukum terhadap makanan atau minuman yang ia konsumsi. Baik itu yang ia beli dari toko atau yang diberi oleh orang lain, maupun yang disuguhkan oleh seseorang kepadanya saat bertamu atau saat menghadiri undangan.
Dalam pegaulan manusia di era globalisasi dan kemodernan semacam saat ini, yang mana segala sesuatu tak terkecuali makanan dan minuman, maka hampir semua produk yang dihasilkan itu sudah dikemas dalam bentuk instan, dan masyarakat pun tidak mampu lagi untuk menolaknya.
Padahal, dengan kemasan instan, maka makanan dan minuman yang beredar bebas di masyarakat itu tidak dapat dijamin kehalalannya. Apalagi banyak di antara produsen makanan dan minuman yang nakal, hingga berani memalsukan stempel halal milik MUI pada kemasan produknya, sekalipun MUI sendiri tidak mengeluarkan sertifikat halal untuk makanan atau minuman tersebut.
Di sisi lain, berapa banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap status makanan dan minuman yang mereka konsumsi, yang penting bagi mereka harga terjangkau dan rasanya sedap, maka sudaah dianggap cukup. Kira-kira begitulah gambaran yang sering terjadi.
Kondisi semacam ini sangat kontras jika dibandingkan dengan sikap tokoh-tokoh Islam terdahulu, saat mereka menyadari bahwa apa yang mereka konsumsi itu hukumnya meragukan, sebagaimana yang terjadi pada Sy. Abu Bakar RA.
Sy. ‘Aisyah RA menuturkan, bahwa Sy. Abu Bakar RA mempunyai seorang budak laki-laki yang juga bekerja di luar. Terkadang Sy. Abu Bakar memakan sebagian makanan yang disediakan oleh budak tersebut. Suatu hari budak tersebut membawa makanan, lalu Sy. Abu Bakar memakannya sedikit.
“Tahukah Tuan apakah ini?” tanya budaknya menunjuk pada makanan yang telah dimakan sedikit oleh Sy. Abu Bakar.
“Sebenarnya apakah itu?” Sy. Abu Bakar balik bertanya.
“Pada zaman Jahiliyah dulu, aku pernah mendukuni seseorang, dan tiadalah aku melakukan perdukunan itu melainkan hanya tipu daya,” ungkap budak laki-laki tersebut. “Lalu orang itu datang kepadaku dan memberikan kepadaku semua makanan ini, termasuk yang tuan makan tadi.”
Seketika itu juga Sy. Abu Bakar memasukan jemarinya ke dalam tenggorokannya, sebagai upaya untuk memuntahkan makanan yang telah masuk ke dalam perutnya.” (HR. Bukhari)
Sy. Abu Hurairah RA menyatakan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, dan hanya mau menerima yang baik. Dan sungguh Allah menyuruh orang-orang seperti yang diperintahkan kepada para Rasul sebagaimana Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal salehlah. Sesungguhnya apa saja yang kamu lakukan, Aku Maha Mengetahui.’ Dan Firman-Nya, ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan kepadamu.”
Kemudian Nabi SAW menceritakan tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan panjang. Rambutnya kusut penuh debu, dan tangannya menengadah ke langit seraya berdoa, “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku,” namun pakaiannya haram, minumannya haram.
Pakaiannya yang di pakai itu haram dan yang makanan dimasukkan ke dalam perutnya pun haram, lantas bagaimana mungkin doanya akan di kabulkan dalam keadaan seperti itu?” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Barangkali banyakmya problematika umat Islam baik di Indonesia maupun di belahan bumi lainnya, yang terasa masih sulit untuk dituntaskan, adalah akibat banyaknya umat Islam mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak jelas halal haramnya, hingga doa umat Islam demi kesejahteraan hidup mereka, masih belum banyak yang dikabulkan oleh Allah.