POPULARITAS TAK SELAMANYA MEMBERI KENIKMATAN
Luthfi Bashori
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raajiun. Siapapun orangnya, tatkala kita mendengarkan berita kematiannya, maka sudah sepantasnya kita ucapkan innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiun (sesungguhnya kami hanyalah milik Allah, dan kepada Allah juga kami akan kembali). Kalimat ini termasuk juga perlu diucapakan atas kemangkatan Mbah Surip.
Lantas, apa kaitannya dengan rentetan artikel perjalanan Umrah & Tour yang sedang kami sajikan untuk pengunjung secara berkala, sehingga artikel ini harus menyelah-nyelahi runtutan perjalanan yang semestinya? Kami rasakan figur Mbah Surip ini ada keterkaitan 1 % dengan perjalanan Umrah & Tour yang telah kami tempuh, dan kami posting hari ini juga, agar timing-nya tepat.
Saat kami pulang dari Umrah dan Tour Juli 2009, dan kami masuk di rumah, kami melihat kedua putri kami yang berusia 7 tahun dan 4 tahun langsung menyambut kedatangan kami dengan menampakkan kegembiraan yang sangat, barangkali karena hampir tiga minggu mereka tidak bertemu dan tidak bersua dengan kami.
Begitu kami mendekati kedua putri kami yang lucu-lucu itu, merekapun minta digendong, dan kami menggendongnya secara bersama-sama di kanan dan di kiri.
Anehnya, si Kakak yang berada dalam gendongan kami, tiba-tiba melantunkan lagu yang belum pernah kami dengarkan: TAK GENDONG... dan si Adikpun melanjutkan : KEMANA-MANA... kemudian keduanya tertawa renyah.
Belakangan hari, kami baru mengerti jika lagu itu ternyata milik Mbah Surip, lantas kami bertanya kepada si Kakak : Loh, kamu tau dari mana lagu TAK GENDONG itu, kan di rumah nggak ada TV ? Si kakak spontan menjawab : Ya belajar dari teman-temanku di sekolah, soalnya teman-temanku itu semuanya sudah hapal kok,,,!!
Subhaanallah ... rupanya sedemikian berpengaruh lagu itu di kalangan anak-anak. Kami sendiri belum pernah mendengarkan lirik lagu secara lengkap selain cuplikannya yang sering dilantunkan oleh kedua putri kami.
Selasa siang tadi, kami sedang berada di sebuah toko sepatu-sandal. Tatkala kami memilih barang keperluan, tiba-tiba siaran TV yang berada di toko itu memberitakan tentang kemangkatan Mbah Surip.
Sepintas kami dengarkan, bahwa Mbah Surip yang tiba-tiba menjadi primadona selebritis itu, merasa tidak dapat beristirahat karena selalu dikejar-kejar oleh fan`s dan para wartawan, baik dari media elektronik maupun media cetak.
Mbah Surip terpaksa harus bersembunyi untuk beristirahat di rumah Mamiek Prakoso si pelawak.
Memang terkadang nasib tak dapat ditebak sebagaimana juga untung tidak selalu dapat diraih, selain apa yang telah ditentukan oleh Allah yang Maha Mengatur sirkulasi kehidupan alam semesta.
Mbah Surip kini kehilangan nyawa, modal terbesar yang dapat mengantarkannya menduduki ketenaran popularitas. Namun ternyata popularitas tidak selamanya dapat memberi kenikmatan.
Minimal, inilah realita yang terjadi pada Mbah Surip. Hanya gara-gara popularitas, Mbah Surip tidak dapat menikmati istirahat yang semestinya. Akibatnya, Mbah Surip pun kini harus menghuni perumahan abadi untuk selama-lamanya, tanpa seorang fan`s pun yang bersedia menemaninya.
Innaa lillahi wa innaa iliahi raajiun.