TERSESAT KE BENUA EROPA
Luthfi Bashori
Hari pertama di Turki setelah berkeliling taman serta musium di sekitar selat Bosphorus dan dilanjutkan makan siang di tempat itu juga, kami diajak menyeberang selat menuju benua Eropa menggunakan mobil penjempjutan. Di benua Eropa ini kami hanya sekedar keliling naik mobil untuk menikmati suasana benua seberang tersebut, kemudian kami diantarkan kembali ke hotel untuk istirahat.
Barangkali karena medan yang cukup menyulitkan, maka sekalipun hari itu kami tidak banyak mengadakan ziarah ke tempat-tempat bersejarah, kami sekeluarga memutuskan untuk beristirahat siang di hotel guna menghilangkan rasa penat dan lelah.
Setelah sejenak tidur siang hingga wakru Ashar, kami memutuskan untuk keluar tanpa didampingi gaet. Kebetulan di depan hotel, ada halte untuk Trim atau kereata listrik, dengan rute yang ditempuh adalah seluruh wilayah Turki dan Eropa.
Sebelum berangkat, kami coba mencari info seputar kereta Trim, repotnya mayoritas warga Turki tidak memahami bahasa Arab maupun Inggris, kecuali kalangan tertentu.
Warga Turki menggunakan bahasa lokal mereka sendiri. Namun Alhamdulillah, kami menemukan seorang warga Siriya yang tentunya dapat berkomunikasi dengan bahasa Arab, yang kebetulan berjualan makanan ringan di dekat hotel. Dari warga Siriya yang termasuk berentis Arab inilah kami sedikit mengerti tentang tata cara menggunakan jasa Trim serta rute yang dilaluinya.
Kami pun nekad memutuskan naik Trim, dengan tujuan berbelanja suvenir untuk oleh-oleh keluarga. Maksud kami, jika dalam perjalanan itu kami melihat toko penjual suvenir, maka kami akan turun.
Bagaimanapun juga sebagai penduduk asing yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke negara Turki, kami belum begitu mengerti seluk beluk wilayah Turki. Di dalam Trim, kamipun hanyut oleh keindahan paronama Istanbul, sehingga membuyarkan ingatan kami, sudah berapa halte yang telah kami lewati.
Tiba-tiba teringat, kemudian kami berembuk untuk menentukan dimana kami harus turun. Setelah berijtihad dengan mengamati situasi yang terlihat dari Trim, akhirnya kami turun tatkala Trim berhenti di salah satu halte.
Karena sedikit bingung, kami bertanya kepada beberapa polisi yang kami temui. Dengan pemahaman yang sebata-bata, kami menjadi mengerti bahwa ternyata kami tersesat (kebablas) ke benua Eropa.
Kemudian, kami putuskan untuk berjalan kaki menyeberang lagi ke benua Asia melewati jembatan yang lebih pendek dibandingkan dengan jembatan Bogazici koprusu.
Tentu saja kaki kami terasa semakin lelah, untungnya kami masih terhibur saat berjalan menyeberang jembatan penghubung benua Asia-Eropa, karena kami menyaksikan banyak warga Tukri yang sedang memancing ikan di selat Bosphorus. Kesempatan ini tidak kami sia-siakan, dan kami pergunakan untuk berpose dengan background para pemancing itu.
Beberapa kali kami berhenti untuk mengusir penat, sekaligus ikut memperhatikan deretan orang yang memancing layaknya sedang diadakan festival mancing ikan. Mereka sangat antusias karena hampir semua pemancing, telah mendapatkan ikan hasil pancingannya.
Saat kami melintasi penjual sandwich yang berada di sekitar jembatan, kami sangat tertarik membelinya karena yang dijual adalah sandwich ikan selat Bosphorus. Sandwich ini rasanya sangat lain dibandingkan sandwich sapi pada umumnya, tentunya dengan bumbu serta sayurannya juga sedikit berbeda.
Sayangnya hanya satu kali itu saja kami membelinya. Maklumlah, karena kami tidak ingin lagi tersesat ke Eropa untuk kedua kalinya, hanya gara-gara ingin makan sandwich ikan Bosphorus.