URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 191 users
Total Pengunjung: 6224303 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MENJAUHI KEMURTADAN UNTUK MENEGUK MANISNYA IMAN 
Penulis: Pejuang Islam [ 26/3/2016 ]
 
MENJAUHI KEMURTADAN UNTUK MENEGUK MANISNYA IMAN

Luthfi Bashori

Sy. Anas RA menginformasikan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ada tiga perkara apabila terdapat pada diri seseorang, maka ia akan merasa betapa manisnya iman:
1.    Mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi yang lain.
2.    Mencintai orang lain semata-mata karena Allah.
3.    Benci menjadi kafir kembali setelah Allah melepaskannya dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya akan dilempar ke neraka,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mencintai Allah dan Rasulnya melebihi yang lain, maksudnya dalam menjalani kehidupannya itu selalu merujuk kepada ajaran agama Islam secara benar, khususnya dalam menentukan sikap. Baik itu yang berurusan dengan  peribadatannya maupun yang terkait dengan urusan kemasyarakatan, hingga tidak lebih mendahulukan rasio otaknya maupun  nafsu duniawiyahnya semata.

Mencintai orang lain semata-mata karena Allah, tiada lain haruslah pandai pandai memilih teman. Seseorang akan merasakan kenikmatan imam, jika selalu berkumpul dengan orang-orang shaleh. Karena berkumpul dengan orang-orang shaleh itulah yang dapat mengingatkan dirinya untuk selalu ingat kepada Allah dan Rasul-nya.

 Sebaliknya, siapapun yang yang lebih senang memilih pergaulan dengan kalangan orang-orang jahat dalam perangai, orang-orang fasiq ahli maksiat dalam beragama, orang-orang yang liberal menyepelekan ajaran syariat dalam berpikir, apalagi orang-orang kafir karena menolak masuk Islam, maka hatinya akan keras membatu. Sekalipun lisannya selalu mengaku beriman misalnya, namun jika salah dalam memilih pergaulan, hakikatnya hatinya itu jauh dari keimanan kepada Allah, lantas bagaimana ia akan menikmati manisnya iman ?

Benci menjadi kafir, maksudnya adalah membenci kekafiran, baik itu yang dikhawatirkan terjadi pada dirinya sendiri, atau kekafiran yang terjadi pada orang lain, misalnya kafir karena akibat pengingkaran terhadap syariat Islam, atau kafir karena kemurtadannya akibat keluar dari Islam, atau kafir karena kesyirikan akibat menyekutukan Allah,  bahkan kafir  karena menolak masuk agama Islam.

Jika orang yang beriman kepada Allah itu sudah mampu membenci kekafiran seperti tersebut di atas, tentu dirinya akan mudah untuk merasakan manisnya iman.    

Sy. Abu Hurairah RA menceritakan, suatu hari para shahabat menghadap Rasulullah SAW, lantas mereka berkonsultasi , “Ya Nabiyallah, kami merasa di hati kami ada sesuatu perasaan was-was (takut menjadi murtad)  yang amat berat bagi kami untuk menghalaunya.” 

Nabi S.A.W bertanya, “Benarkah itu?”

Mereka menjawab, “Ya, Sungguh.”

Nabi S.A.W menerangkan, “Yang demikian itu adalah tanda suatu iman yan sempurna.” (HR. Muslim).

Hadits ini menerangkan, bahwa memiliki perasaan was-was  yang takut terjerumus kepada kemurtadan itu adalah pertanda sebagai kesempurnaan iman. Sebaliknya keteledoran seseorang hingga mudah terbawa arus perilaku yang dapat menyebabkan kemurtadan, adalah sangat membahayakan keimanannya.

Karena itu sifat kehati-hatian dalam berkata, berpendapat, berperilaku, dan berpemahaman agar tidak mendekati hal-hal yang dapat menyebabkan kemurtadan, kesyirikan maupun kekafiran itu sangatlah dibutuhkan bagi mereka yang merindukan manisnya iman.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam