APA YANG DIMILIKI ORANG SAAT MATI ITU DIBAGI LIMA
Luthfi Bashori
Syekh Manshur bin Ammar berkata: “Apabila manusia mati, apa yang dimilikinya dibagi-bagi menjadi lima, yakni hartanya untuk pewarisnya, dagingnya untuk cacing, tulangnya untuk tanah, ruhnya untuk malaikat maut, dan imannya kepada Allah jika ia seorang yang akhiratnya bahagia atau dikhawatirkan imannya justru untuk setan”.
Orang yang hanya pandai mengumpulkan harta, ternyata hanyalah untuk menyenangkan orang lain bukan untuk dirinya.
Orang yang hanya pandai menggemukkan anggota tubuhnya, ternyata hanyalah untuk menyiapkan makanan bagi cacing-cacing tanah.
Orang yang hanya pandai melatih kekekaran tulang dan ototnya, ternyata hanyalah menyiap untuk timbunan tanah.
Orang yang hanya memikirkan kesehatan jiwanya tanpa diisi ketaqwaan dan keimanan, ternyata hanyalah untuk diserahkan kepada malaikat maut.
Sedangkan orang yang mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, selalu beramal baik dalam menghiasi hidupnya, dan selalu dijaga hingga hari kematiannya, sungguh ia telah mempersiapkan kebahagian dan keberuntungan hidup di akhirat nanti.
Namun jika ia salah mengisi keyakinannya itu dengan kekufuran, atau kemurtadan, atau kemunafikan, atau kefasikan alias pelaku dosa yang bertumpuk-tumpuk, jika mati sebelum bertobat, maka sama halnya ia telah menghambakan dirinya kepada setan yang terkutuk dan kelak diancam siksa di neraka.
Dalam sebuah buku hikayat dikatakan, bahwa dulu ada orang shaleh yang ketika sakit, didatangi oleh seorang setan dalam pakaian orang Yahudi maka ia mengenalinya, dan setan itu menawarkan agama Yahudi kepadanya. Orang shaleh tersebut berkata: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”.
Imam ibnu Al-Jauzi mengatakan dalam Shaidil Khatir: “Aku berwasiat kepada diriku sendiri dan siapa saja yang mendengar perkataanku, agar tetap teguh di saat mengahadapi sakaratul maut yang tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah”.
Tidaklah orang mukmin itu mengalami kesulitan yang lebih besar daripada saat kedatangan sakaratul maut.
Karena itu orang sakit yang tidak sadar diri, lantas datang sakaratul maut kepadanya, hingga ia tidak sempat memikirkannya, adalah lebih baik dibandingkan orang yang sedang sadar lantas datanglah sakaratul maut kepadanya.