URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 4 users
Total Hari Ini: 204 users
Total Pengunjung: 6224316 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
SETIAP MANUSIA BERUSAHA UNTUK DIRINYA 
Penulis: Pejuang Islam [ 1/9/2016 ]
 
SETIAP MANUSIA BERUSAHA UNTUK DIRINYA

Luthfi Bashori




Nabi Muhammad SAW pernah menjabarkan dalam sebuah hadits: Setiap pagi, manusia itu selalu berusaha untuk dirinya sendiri, adakalanya ia berusaha memerdekakan dirinya atau justru akan membinasanakannya. (HR. Muslim).

Setiap orang itu pasti akan selalu berusaha menghidupkan hari-harinya. Ada di antara mereka yang  sengaja berniaga menjual dirinya kepada Allah demi mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, ini sama halnya ia telah memerdekakan diri dari ancaman neraka, tetapi ada juga yang sengaja menjual dirinya kepada tuhan-tuhan selain Allah, maka hakikatnya ia telah membinaskan diri serta menjerumuskannya ke dalam api neraka.

Jadi setiap manusia itu selalu berusaha untuk dirinya sendiri. Ada yang menghidupkan hari-harinya itu selalu mencari keridhaaan Allah dengan cara mentaati perintah-Nya serta menjauhi larangan- Nya, berusaha selalu berbuat baik dan positif, yang sekira dapat menunjang kebaikan hidupnya, apapun yang terjadi,  tanpa harus tepengaruh oleh keburukan lingkungan yang mengelilinginya misalnya, maka ia tetap beristiqamah mempertahankan nilai-nilai kebaikan syariat yang diyakininya.

 Sedangkan di antara mereka ada yang menjual dirinya kepada sesembahan selain Allah, entah itu berupa setan atau hawa nafsu, atau ha-hal lain yang ditandai dengan banyaknya melakukan dosa-dosa kemaksiatan, entah itu maksiat dhahir semisal minum arak, atau maksiat bathin seperti mengikuti paham sesat,  maka golongan ini sesungghunya telah membinasakan kehidupannya serta menyiapkan dirinya sendiri untuk masuk ke dalam Neraka .

Tentang perbuatan dosa, ada seorang ulama yang menerangkan makna sabda Nabi SAW, Dosa itu adalah sesuatu yang mengganggu hatimu dan engkau tidak ingin orang lain mengetahuinya. Hadist itu menunjukkan bahwa manusia selalu  merujuk  kepada hatinya apabila ia ingin melakukan satu perbuatan.

Imam Al-Ghazali berkata, Badan manusia itu ibarat jaring tehadap dirinya sendiri, adakalanya dapat menghasilkan amal-amal saleh dengan jaringnya tersebut. Jika jaringnya itu menghasilkan kebaikan kemudian ia meninggal duninya, maka itu sudah cukup baginya dan ia tidak memerlukan jaring alias badannya itu sesudah kematianya.

Tidaklah diragukan lagi jika seseoranmg itu telah meninggal dunia, maka terputuslah nafsu syahwatnya terhadap kehidupan dunia, sedanngkan jiwanya akan selalu menyukai amal shaleh yang pernah diperbuatnya semasa hidup, karena amal shalehnya itu akan menjadi bekal dirinya di alam kubur.

Namun jika amal yang menyertai kepergiannya itu ternyata keburukan perilakunya, serasa ia akan minta kembali hidup di dunia sekalipun hanya sekejap, agar bisa beramal baik, sebagai bekal untuk menemaninya di alam kubur.

Sayangnya hal ini terjadi setelah jaring amalnya alias badannya itu telah diambil, hingga dikatakan kepadanya: Mustahil, mustahil... waktunya telah lewat...!  Maka ia pun hanya dapat menyesali atas kelalaiannya itu.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam