URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 64 users
Total Pengunjung: 6224166 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MUKMIN BERMAKSIAT vs MUNAFIQ BERBUAT BAIK 
Penulis: Pejuang Islam [ 1/9/2016 ]
 
MUKMIN BERMAKSIAT vs MUNAFIQ BERBUAT BAIK

Luthfi Bashori


Imam Ibnul Jauzi  rahimahullah berkata:

Ketahuilah, bahwa hamba yang beriman itu, meskipun dirinya sering menaati setan, namun hakikat hatinya itu tidak akan ridha. Perumpamaannya adalah seperti orang yang terjatuh ke dalam kotoran najis, sedangakan di  depannya ada kolam air yang suci.  Maka hakikat hatinya itu bersama air, meskipun dirinya di dalam kotoran najis. Maka hal itulah yang sering menyebabkan dirinya untuk bertobat membersihkan diri dari maksiat. 

Karena asalnya adalah, bahwa Allah SWT itu memperlakukan para hamba menurut keyakinan hati mereka, sebagaimana sabda Nabi SAW, Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentukmu, tetapi Dia melihat kepada hatimu.

Dalam hadits ini terdapat kesimpulan yang baik, yaitu bahwa orang munafik sekalipun ia  menyebut kalimat tauhid dengan lisan, namun hakikat hatinya itu tidak akan ridha, maka iapun tidak diberi pahala pada Hari Kiamat atas pengakuannya dengan lisannya itu. Demikian pula orang mukmin yang melakukan maksiat sekalipun  terus menerus,  namun jika hatinya  tidak ridha atas perbuatannya, maka ia selalu berharap agar tidak dihukum oleh Allah. (Ibnul Jauzi).

Dengan demikian, setiap kita melihat ada orang yang secara dhahir benar-benar beriman kepada Allah SWT namun perilakunya masih sering bermaksiat melanggar syariat, maka selain kita harus secara kontinyu untuk mengajaknya agar kembali ke jalan yang lurus, maka sudah seharusnya kita juga mendoakannya agar ia mendapat petunuk dari Allah sehingga ia segera keluar dari lobang kemaksiatannya.

Berbeda jika ada seseorang yang memiliki sifat kemunafikan atau kekafiran yang hatinya benar-benar inkar terhadap syariat Islam, maka sekeras dan segencar apapun usaha yang kita lakukan untuk memberitahu kepadanya tentang hakikat kebenaran syariat Islam,  hanya kemungkinan kecil saja ia akan dapat menerimanya lantas beriman kepada Allah.

Siapa kiranya yang lebih tinggi derajat dan kemualiaannya di banding Rasulullah SAW, namun beliau SAW tetap tidak diberi kuasa oleh Allah untuk mengislamkan paman kandungnya, yaitu Abu Lahab, karena hati Abu Lahab dipenuhi oleh kekafiran dan penolakan terhadap syariat Islam yang diturunkan oleh Allah SAW kepada seluruh umat manusia.

Kewajiban beliau SAW dalam berdakwah tidak pernah kendor sedikitpun, namun beliau SAW juga tetap menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Karena Allah juga telah memberitahu kepada beliau SAW yang artinya: Sesungguhnya engkau (wahai Nabi Muhammad) tidak akan mampu memberi hidayah kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allahlah yang akan memberi hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam