URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 7 users
Total Hari Ini: 309 users
Total Pengunjung: 6224429 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
KEWAJIBAN MENJAGA KEBENARAN & MEMERANGI KEDUSTAAN 
Penulis: Pejuang Islam [ 1/9/2016 ]
 
KEWAJIBAN MENJAGA KEBENARAN & MEMERANGI KEDUSTAAN

Luthfi Bashori


Seorang bijak mengatakan:

Allah SWT Telah membagi manusia menjadi dua macam, yakni bahagia dan sengsara. Maka Allah menjadikan orang-orang yang bahagia adalah mereka yang suka berkata benar dan selalu membenarkan yang benar.

 Adapun orang-orang yang sengsara adalah mereka yang suka berdusta dan selalu mendustakan yang benar. Ini adalah pembagian yang terbatas, menyeluruh, dan saling bertentangan.

Kebahagian berkisar pada perkataan yang benar dan pembenaran yang benar, sedangkan kesengsaraan berkisar pada dusta dan pendustaan.

Allah SWT mengkabarkan bahwa pada hari kiamat, tidaklah bermanfaat bagi para hamba, kecuali perkataan yang benar. 

Allah menjadikan tanda kaum munafik yang menjadi ciri khas mereka adalah dusta dalam perkataan dan perbuatan. Maka semua yang dikabarkan Allah tentang kejelekan mereka sumbernya adalah karena dusta dalam perkataan dan perbuatan.

Kebenaran ucapan adalah pengantar iman dan penunjuknya, serta kendaraan, penggiring dan penuntunnya, atau menjadi perhiasan dan pakaiannya yang merupakan intinya.

Dusta itu bertentangan dengan iman, seperti syirik bertentangan dengan tauhid. Maka dusta tidak akan berkumpul dengan iman, kecuali yang satu mengusir temannya, dan akan menempati tempatnya. (Kitab Fawaid).

Bagi setiap muslim yang ingin menggapai kehidupannya secara baik, serta dapat merasakan kebahagiaan di dunia terlebih di akhirat, maka hendaklah selalu mencari kebenaran yang diajarkan oleh Allah, lantas menjalani kehidupannya secara benar, yakni kehidupan sesuai dengan aturan syariat yang ditentukan oleh Yang Maha Benar.

Nabi Muhammad SAW sekalipun beliau diangkat sebagai seorang rasul, hingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang lebih sempurna dan lebih mulia dibanding beliau SAW, namun beliau SAW selalu menjalankan kebenaran syariat yang diturun oleh Allah dalam menjalani kehidupannya setiap hari.

Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan kewajiban shalat lima waktu, kewajiban puasa Ramadhan, kewajiban zakat serta keawajiban haji, dan memimpin perang melawan kekafiran,

Jadi dalam kesehariannya beliau SAW menjalankan kehidupannya dengan bermaqam syariat, menurut istilah sebagian orang. Bahkan beliau SAW selalu memerintahkan setiap umat Islam untuk bersyariat. Karena syariat itulah hakikat kebenaran yang diperintahkan oleh Allah untuk diamalkan oleh setiap muslim.

Tatkala para pendusta dari kelompok kaum munafiq menyetting sebuah masjid Lintas Agama (Dhirar) atas petunjuk seorang pendeta dari Yaman benama Abu Amir, yang berkeingiinan ikut mengisi acara kegiatan di masjid tersebut, lantas para takmirnya yang terdiri dari belasan kaum munafiq itu berupaya mengudang Nabi Muhammad SAW agar beliau SAW berkenan memakmurkan shalat di masjid tersebut, namun di balik itu, tujuan utama mereka justru akan membuat makar terhadap Nabi Muhammad SAW. Maka Allah yang Maha Benar membongkar modus kedustaan kaum munafiq tersebut dengan menurunkan ayat tentang masjid Dhirar, yang artinya:

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan Dhiraran (kemadharatan pada orang-orang mukmin), untuk (menunjang) kekafiran (mereka) dan memecahbelah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, kami tidak menghendaki selain kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). [QS. at-Taubah, 107].

Jangan engkau sembahyang di masjid (Dhirar) itu selama-lamanya, karena sesungguhnya masjid (Quba` yang engkau bina wahai Muhammad), yang telah didirikan di atas dasar taqwa sejak mulai (keberadaannya), sudah sepatutnya engkau sembahyang padanya. Di dalam masjid itu ada orang-orang lelaki yang senang membersihkan (mensucikan) dirinya, dan Allah mengasihi orang-orang yang membersihkan diri mereka (dzahir dan batin)". [QS. at-Taubah, 108]       

Hingga akhirnya Nabi Muhammad SAW mengajak para shahabat untuk menghancur masjid Dhirar (Lintas Agama) yang penuh kedustaan itu. Hal ini beliau lakukan karena beliau SAW selalu menjaga kebenaran syariat, dan aktif ber-nahi munkar memerangi kedustaan serta kesesatan aqidah.  

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam