KEWAJIBAN MENJAGA KEBENARAN & MEMERANGI KEDUSTAAN
Luthfi Bashori
Seorang bijak mengatakan:
Allah SWT Telah membagi manusia menjadi dua macam, yakni bahagia dan sengsara. Maka Allah menjadikan orang-orang yang bahagia adalah mereka yang suka berkata benar dan selalu membenarkan yang benar.
Adapun orang-orang yang sengsara adalah mereka yang suka berdusta dan selalu mendustakan yang benar. Ini adalah pembagian yang terbatas, menyeluruh, dan saling bertentangan.
Kebahagian berkisar pada perkataan yang benar dan pembenaran yang benar, sedangkan kesengsaraan berkisar pada dusta dan pendustaan.
Allah SWT mengkabarkan bahwa pada hari kiamat, tidaklah bermanfaat bagi para hamba, kecuali perkataan yang benar.
Allah menjadikan tanda kaum munafik yang menjadi ciri khas mereka adalah dusta dalam perkataan dan perbuatan. Maka semua yang dikabarkan Allah tentang kejelekan mereka sumbernya adalah karena dusta dalam perkataan dan perbuatan.
Kebenaran ucapan adalah pengantar iman dan penunjuknya, serta kendaraan, penggiring dan penuntunnya, atau menjadi perhiasan dan pakaiannya yang merupakan intinya.
Dusta itu bertentangan dengan iman, seperti syirik bertentangan dengan tauhid. Maka dusta tidak akan berkumpul dengan iman, kecuali yang satu mengusir temannya, dan akan menempati tempatnya. (Kitab Fawaid).
Bagi setiap muslim yang ingin menggapai kehidupannya secara baik, serta dapat merasakan kebahagiaan di dunia terlebih di akhirat, maka hendaklah selalu mencari kebenaran yang diajarkan oleh Allah, lantas menjalani kehidupannya secara benar, yakni kehidupan sesuai dengan aturan syariat yang ditentukan oleh Yang Maha Benar.
Nabi Muhammad SAW sekalipun beliau diangkat sebagai seorang rasul, hingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang lebih sempurna dan lebih mulia dibanding beliau SAW, namun beliau SAW selalu menjalankan kebenaran syariat yang diturun oleh Allah dalam menjalani kehidupannya setiap hari.
Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan kewajiban shalat lima waktu, kewajiban puasa Ramadhan, kewajiban zakat serta keawajiban haji, dan memimpin perang melawan kekafiran,
Jadi dalam kesehariannya beliau SAW menjalankan kehidupannya dengan bermaqam syariat, menurut istilah sebagian orang. Bahkan beliau SAW selalu memerintahkan setiap umat Islam untuk bersyariat. Karena syariat itulah hakikat kebenaran yang diperintahkan oleh Allah untuk diamalkan oleh setiap muslim.
Tatkala para pendusta dari kelompok kaum munafiq menyetting sebuah masjid Lintas Agama (Dhirar) atas petunjuk seorang pendeta dari Yaman benama Abu Amir, yang berkeingiinan ikut mengisi acara kegiatan di masjid tersebut, lantas para takmirnya yang terdiri dari belasan kaum munafiq itu berupaya mengudang Nabi Muhammad SAW agar beliau SAW berkenan memakmurkan shalat di masjid tersebut, namun di balik itu, tujuan utama mereka justru akan membuat makar terhadap Nabi Muhammad SAW. Maka Allah yang Maha Benar membongkar modus kedustaan kaum munafiq tersebut dengan menurunkan ayat tentang masjid Dhirar, yang artinya:
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan Dhiraran (kemadharatan pada orang-orang mukmin), untuk (menunjang) kekafiran (mereka) dan memecahbelah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, kami tidak menghendaki selain kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). [QS. at-Taubah, 107].
Jangan engkau sembahyang di masjid (Dhirar) itu selama-lamanya, karena sesungguhnya masjid (Quba` yang engkau bina wahai Muhammad), yang telah didirikan di atas dasar taqwa sejak mulai (keberadaannya), sudah sepatutnya engkau sembahyang padanya. Di dalam masjid itu ada orang-orang lelaki yang senang membersihkan (mensucikan) dirinya, dan Allah mengasihi orang-orang yang membersihkan diri mereka (dzahir dan batin)". [QS. at-Taubah, 108]
Hingga akhirnya Nabi Muhammad SAW mengajak para shahabat untuk menghancur masjid Dhirar (Lintas Agama) yang penuh kedustaan itu. Hal ini beliau lakukan karena beliau SAW selalu menjaga kebenaran syariat, dan aktif ber-nahi munkar memerangi kedustaan serta kesesatan aqidah.