URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 6 users
Total Hari Ini: 201 users
Total Pengunjung: 6224313 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MENENGOK SELAT BOSPHORUS DI ISTANBUL 
Penulis: Pejuang Islam [ 4/9/2016 ]
 

MENENGOK SELAT BOSPHORUS DI ISTANBUL


Luthfi Bashori


Istanbul sebagai ibu kota bagi negara Turki sangat mempesona. Tujuan utama hari pertama kami keliling Turki pada rangkaian Umrah & Tour Juli 2009 ini, adalah menengok dari dekat selat Bosphorus dan menyeberang jembatan Bogazici koprusu.


Saat kami berangkat ke Turki ini, yang tersisa dari rombongan hanyalah empat orang yaitu kami sekeluarga. Sedangkan semua rombongan selain keluarga telah kembali ke tanah air setelah menyelesaikan tour di Mesir. Dengan demikian kami lebih rileks dalam menikmati keindahan dan kemolekan panorama Istanbul Turki, karena sudah tidak lagi terikat dengan anggota rombongan yang lain.


Keluar dari bandara Turki , kami diantarkan ke hotel untuk beristirahat. Perubahan waktu di Turki saat itu sangat menyolok, adzan Maghrib pukul 8.30 malam sedangkan adzan isyak pada pukul 11 Malam. Kami sendiri masuk Turki sudah menjelang waktu Maghrib. Uniknya, saat sampai di kamar hotel kami berencana membeli sekedar makanan ringan serta iseng-iseng ingin melihat situasi daerah di sekitar hotel. Kamipun merencanakan keluar bakdal Maghrib.


Sebagaimana adat di Indonesia, kami mengira pada saat bakdal Maghrib, masih banyak toko yang buka. Maka setelah shalat Maghrib kami turun ke loby hotel kemudian keluar ke jalan raya, dengan tujuan mencari toko-toko yang masih berjualan. Namun kehidupan di Turki ini terasa sangat berbeda, ternyata bakdal Maghrib pertokoan sudah tutup, jalanan juga tampak sepi.


Padahal tatkala kami berada di Saudi Arabiah dan di Mesir, sekalipun ada berbedaan situasi pembagian waktu dengan kehidupan di tanah air, namun tidak sedrastis di Turki. Belum lagi adat istiadat warga Turki yang mendekati kebiasaan perilaku masyarakat Eropa. Masyarakat pada umumnya menggunakan bahasa lokal Turki. Mereka tidak mengerti bahasa Arab maupun Inggris kecuali kalangan tertentu. Kami sendiri menjadi sedikit kesulitan untuk berkomunikasi dengan masyarakat pada umumnya.


Keesokan harinya, kami dijemput gaet asli Turki yang mengajak berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Kami bertanya seputar wilayah hotel, dan dijelaskan bahwa tepat di depan hotel adalah gedung Universitas Laleli. Menurut info, di wilayah ini, pertokoan buka mulai pukul 10 pagi hingga pukul 5 sore, selebihnya pertokoan ditutup.


Kemudian kami diantarkan ke taman di sekitar selat Bosphorus yang sangat indah. Sebuah taman dengan aneka warna-warni bunga yang sungguh aduhai..dipandang mata. Susunan tamanpun berkelas Eropa. Sejenak kami diajak berhenti di taman itu guna mengambil kesempatan photo bersama keluarga. Kemudian dengan berjalan kaki yang cukup jauh, kami diajak pergi pinggir selat Bosphorus yang berada tepat di bawah jembatan Bogazici koprusu, yaitu jembatan penghubung antara benua Asia dan benua Eropa. Menurut keterangan sang gaet, jembatan penghubung kedua benua ini ada yang panjang, yaitu jembatan Bogazici koprusu yang sedang kami lihat, dan ada yang  pendek yang berada di tengah kota Istanbul.


Hari ini, tujuan tour  lebih dikonsentrasikan mengunjungi selat yang menurut sebagian info, adalah termasuk isyarat dari kandungan surat Arrahman : Marajal bahraini yaltaqiyaan * Bainahuma barzakhun laa yabghiyaan (Allah mempertemukan dua jenis air laut yang di antara keduanya ada pembatas dan tidak akan bercampur).


Takala ada ilmuwan yang mengadakan penelitian dengan terjun ke dalam selat bosphorus, maka ditemukanlah di dalam selat ini semacam pembatas antara dua jenis air yang tidak bercampur. Maka ilmuwan itu berhasil mencocokkan hasil penemuannya dengan kandungan ayat Alquran tersebut. Secara logika, barangkali karena berat jenis dari kedua air yang dimaksud itu adalah berbeda, maka terjadilah peristiwa alami yaitu terpisahnya dua jenis air yang bertemu di selat Bosphorus ini. Ilustrasi dua macam berat jenis air dan minyak yang beratnya berbeda mengharuskan keduanya tidak dapat bercampur secara alami.


Semua kejadian alam itu adalah murni karena ketentuan Allah yang tidak dapat diganggu gugat oleh makhluk manapun. Fa bi ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan (Maka dari segi mana di antara tanda-tanda kebesaran Tuhanmu yang akan engkau dustakan ?). Dengan banyaknya penemuan-penemuan oleh kalangan ilmuwan dari peristiwa-peristiwa alami, yang ternyata sesuai dengan kandungan isi Alquran, maka semakin banyak kaum ilmuwan yang berpendidikan tinggi menyatakan masuk Islam. Yang menggembirakan lagi, mereka masuk Islam bukan sekedar ikut-ikutan, namun karena keyakinan terhadap kebenaran Alquran yang  banyak keselerasannya dengan dunia sains, bahkan sebagian besar dari kalangan muallaf dari kaum ilmuwan itu, kini menjadikan Alquran sebagai sumber inspirasi bagi kegiatan penelitian yang selama ini mereka geluti.


Setelah menengok dari dekat keadaan selat Bosphorus dan jembatan panjang Bogazici koprusu, kami diajak makan siang di Cafe taman yang menyajikan menu khas Istanbul. Makanan yang disajikan rasanya belum pernah kami cicipi sama sekali selama hidup. Jika masakan Saudi Arabiah dan Mesir, lidah kami sudah tidak asing lagi, karena sering dijadikan referensi kalangan koki Indonesia dalam menyajikan hidangannya. Namun di Turki sangat berbeda, atau barangkali hanya jenis Kebaab Turki saja yang akhir-akhir ini kerap terdengar di telinga sebagian masyarakat Indonesia.


Padahal jenis masakan Turki cukup bervariatif. Hanya saja selama kami mengkonsumsi masakan Turki, selalu saja terdapat lalapan yang mengandung tomat, kubis, dan dedaunan yang belum pernah kami lihat sebelumnya, dan semua lalapan itu dioles dengan jeruk nipis.


Pernah juga dalam hidangan di salah satu restoran Turki, kami disuguhi lalapan tomat yang di-open dengan bumbu tertentu, sehingga rasanya jadi aneh menurut lidah kami, namun tetap saja dapat membangkitkan selera.


Setelah keluar dari taman, kami diajak menyeberang jembatan Bogazici koprusu menuju dataran benua Eropa. Di atas jembatan itu kami menyaksikan sebuah selat yang sangat menawan. Belum lagi tata letak perumahan masyarakat Turki dan Eropa yang sangat rapi, bersih, serasi dan indah, padahal yang kami lihat hanyalah bentuk perumahan di wilayah dekat selat Bosphorus.


Teringat kondisi perumahan masyarakat Indonesia yang berada di sekitar sungai besar, atau danau, tambak dan pantai  yang pada umumnya terdiri dari rumah-rumah kecil dengan tata letak yang sangat tidak teratur, maka sebaliknya, baik di Turki maupun di Eropa kondisinya sangat berbeda. Kami sempat memperhatikan sebuah rumah milik warga Eropa di dekat selat yang kami lewati, terkesan bentuk dan situasinya nyaris seperti Istana Negara RI yang pernah kami kunjungi di Jakarta.


Rupanya, sebagai warga Asia, bentuk wajah dan penampilan kami sekeluarga terkesan aneh dan asing bagi warga setempat maupun bagi turis Eropa yang sedang berlibur ke Turki. Kami sendiri tetap beristiqamah keliling Turki dengan menggunakan kain sarung, baju koko putih dan peci putih sebagai ciri khas pakaian kalangan pesantren di Indonesia.


Beberapa di antar warga Turki maupun warga Eropa yang berpapasan dengan kami, mereka meminta izin kepada keluarga kami untuk diperkenankan photo bersama sebagai kenang-kenangan bagi mereka. Cukup banyak yang meminta photo bersama kami, maka kami biarkan saja agar mereka senang, hitung-hitung sebagai shadaqah kami dengan cara idkhaalus suruur (menyenangkan hati orang lain). Bahkan tatkala kami sedang makan siang di Cafe taman, ada segerombolan mahasiswa asal Turki, dengan menggunakan bahasa isyarat mereka minta diperkenankan berpose bersama keluarga kami, dan kamipun mengizinkan mereka.


Saat berada di mobil, kami bertanya kepada sang gaet, apakah warga Turki, saat melihat pakaian maupun wajah kami ini, mereka menganggap kami ini tampak lucu, sehingga banyak yang meminta izin photo bersama kami ? Sang gaet menerangkan, bahwa keunikan keluarga kami justru adanya keberanian menggunakan busana muslim secara terang-terangan di depan publik Turki. Karena di Turki sendiri, sebagai negara yang sangat sekuler, masyarakat masih trauma adanya penangkapan terhadap umat Islam taat, yang dulu sering dilakukan oleh pemerintahan sejak jaman Kemal At-taturk. Bahkan hingga kini, setiap orang yang akan melaksanakan shalat fardhu saja, mereka lebih senang dengan cara bersembunyi-sembunyi.


Yaa subhaanallah.... !!

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Wahyuni  - Kota: Gresik
Tanggal: 10/3/2011
 
Thanks to information......semoga Bapak sekeluarga selalu mendapat perlindungan dari Allah. (salam kenal dari kami) 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Amiin. Sama-sama.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam