BERKIBLATLAH KEPADA RASULULLAH S.A.W & PARA SHAHABATNYA R.A.
Luthfi Bashori
Kewajiban umat Islam untuk berkiblat kepada kehidupan Rasulullah SAW serta para shahabatnya radliyallahu anhum, dalam menjalani kehidupan sehari-hari, adalah sebuah kerniscayaan yang patut untuk diperhatikan secara seksama.
Demikian itu, karena setiap muslim pasti menghendaki bagi dirinya untuk dapat menikmati kehidupan dunia terlebih kebahagiaan akhirat.
Seseorang yang hanya memikirkan kenikmatan hidup di dunia saja, dengan mengabaikan kebahagiaan akhiratnya, maka ia termasuk golongan orang kurang lengkap dalam mendayagunakan akal pikiran pemberian Allah yang paling berharga.
Namun seseorang yang semakin sempurna akal dan pikirannya, tentu akan senantiasa pula mengejar kebahagiaan akhirat, tentunya di samping selalu mencari trik-trik tertentu yang sekira dapat menunjang kenyamanan serta ketentraman dalam menjalani kehidupannya di dunia.
Di antara metode mencari kebahagiaan akhirtat, perlu kiranya umat Islam menengok apa yang berlaku dalam kehidupan para Shahabat Rasulullah SAW, karena hakiakatnya mereka inilah termasuk pengaman bagi eksistensi umat Islam.
Abu Burdah mendengar cerita dari ayahnya bahwa pernah para shahabat (termasuk di antaranya ayahnya Abu Burdah) mengerjakan shalat Maghrib berjamaah dengan Rasulullah SAW. Usai shalat, salah seorang shahabat mengusulkan, Bagaimana kalau kita duduk-duduk di sini sambil menunggu untuk mengerjakan shalat Isya bersama beliau SAW?
Para shahabat sepakat untuk duduk-duduk menunggu. Lalu Rasulullah SAW keluar menemui mereka dan bertanya, Kalian masih disini?
Wahai Rasulullah, kami telah mengerjakan shalat Maghrib bersamamu, kemudian kami duduk menuggu di sini agar dapat mengerjakan shalat Isya bersamamu, jawab para shahabat.
Lantas Rasulullah SAW menengadahkan wajahnya ke langit, sebagaimana yang sering beliau SAW lakukan. Lalu bersabda, Sesungguhnya bintang-bintang itu pengaman bagi langit. Jika bintang-bintang itu lenyap, maka akan datang apa yang dijanjikan atas langit (termasuk kegelapan). Aku adalah pengaman bagi para shahabatku. Apabila aku telah pergi, maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas shahabatku (termsuk kehilangan figur sentral). Sedangkan para shahabatku adalah pengaman bagi umatku. Kalau para shahabatku telah pergi, maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas umatku (termasuk kehilangan panutan hidup). (HR. Muslim).
Jadi, selagi umat Islam masih berhasrat untuk menjadikan Rasulullah SAW dan para shahabatnya sebagai panutan dan cerminan untuk menata hidup, maka umat Islam masih akan terlindungi dari berbagai kerusakan di muka bumi ini.
Namun, jika umat Islam telah dengan sengaja meninggalkan atau menjauhi keteladanan kepada Rasulullah SAW maupun para shahabatnya, maka saat itulah umat Islam setapak demi setapak akan mengalami kehancuran.