URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 314 users
Total Pengunjung: 6224435 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Mempertanyakan Kompromi Sunnah-Syi’ah 
Penulis: Majalah Mafahim [13/8/2009]
 

      Mempertanyakan Kompromi Sunnah-Syi’ah

                                                                  Khalili

Konflik Sunni-Syi`ah barangkali, hampir mewarnai tiap periodisasi sejarah Islam. Boleh dikata ketegangan dua firqah ini sudah menjadi hal yang "lumrah". Tentu saja kelumrahan ini tidak dapat dibiarkan mengalir begitu saja. Masalah yang akut dan laten ini perlu disikapi dengan langkah yang cerdas, berprinsip dan melakukan pembacaan terhadap dua faham secara proporsional.

Masalahnya, sebagian saudara-saudara kita mendudukkan persoalan ini dengan cara yang tidak sehat, yakni dengan menyembunyikan kejujuran, kebenaran dan tanpa prinsip tegas. Tidak jujur, tertutup dan berpura-pura malah menciptakan kecurigaan yang bisa memantik konflik sosial. Akidah juga menjadi korban. Keyakinan-keyakinan yang prinsip, dibiarkan terkikis yang ujung-ujungnya umat menjadi skeptis terhadap akidah yang dianutnya. Bahkan skpetis terhadap agama.

Upaya-upaya mangkompromikan dua faham yang sama sekali berbeda ini, tidak dapat dilakukan pada level akidah. Upaya yang demikian menimbulkan kekacauan keyakinan. Toleransi dalam ranah sosial mungkin bisa diupayakan. Akan tetapi ruang akidah tidak bisa ditawar dan diganggu gugat.

Lantas bagaimana mendudukkan kedua faham ini? Buku ”Mungkinkah Sunnah-Syi`ah Dalam Ukhuwah? Jawaban Atas Buku Dr. Quraish Shihab (Sunnah-Syi`ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?) karya Tim Penulis Buku PP.Sidogiri Pasuruan ini memberi jawaban-jawaban ilmiah, adil, proporsional dengan merujuk kepada kitab-kitab mereka yang otoritatif. Jawaban-jawaban ilmiah dalam buku ini sangat memuaskan pembaca yang haus akan pengetahuan Syi`ah.

Buku ini  ditulis untuk menjawab dan merespon buku Dr. Quraish Shihab yang terkesan mirip dengan tren penulis Syi`ah kontemporer, yakni menyuarakan pesan-pesan ukhuwah dan persamaan Sunni-Syi`i secara lantang tapi acuh terhadap persoalan akidah.

Dalam bukunya, ketika membahas akidah Syi`ah, mufassir kenamaan Indonesia ini banyak merujuk kepada ulama`-ulama` Syi`ah kontemporer, seperti Muhammad Husein Kasyif al-Ghita`, Faidh al-Kasyani, Abdul Husein Ahmad al-Amin an-Najafi. Dr. Quraish Shihab tidak menyajikan Syi`ah secara utuh. Sebab, beliau tidak merujuk kitab-kitab karya ulama` Syi`ah klasik (mutaqaddimin) yang lebih otoritatif, sudah muttaffaq `alaih di kalangan mereka, dan diakui ketsiqahannya oleh pengikut Syi`ah. Sumber-sumber primer Syi`ah seperti al-Kafi, Man La Yadhurruhu al-Faqih, Bihar al-Anwar, Tafsir al-`Ayasyi, Tafsir al-Qummi, dan al-Anwar an-Nu`maniyah tidak di jamah oleh Dr. Quraish Shihab. Sehingga, kajian beliau sejatinya belum membuka tabir yang remang-remang tentang jati diri Syi`ah secara utuh.

Untuk itu diperlukan kajian-kajian yang elaboratif tentang Syi`ah agar kita dapat membedakan pemikiran Syi`ah dan Ahlussunnah dengan mudah. Dari sumber-sumber primer Syi\`ah itu ditemukan pemikiran-pemikiran Syi`ah yang antagonistis, seperti pendapat mereka tentang keontentikan al-Qur`an, definisi Hadis, sahabat radhiallahu ‘anhu, soal istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alahi wa salam  dan landasan keimanan. Pengetahuan-pengetahuan seperti ini akan membuka cakrawala pemikiran Syi`ah yang sesungguhnya.

Satu tema penting dalam mendiskusikan Sunnah-Syi`ah adalah soal landasan keimanan, seperti rukun Iman dan Imamah. Diskusi ini tak akan memuaskan bila mengabaikan kitab rujukan primer Sunni dan Syi`ah. Apa yang telah ditulis Dr. Quraish Shihab terhadap soal ini, agaknya merupakan kesimpulan beliau yang terlalu prematur yang menyamakan doktrin uluhiyah dua firqah (Sunni-Syi`ah).

Jumhur ulama` Syi`ah menyatakan rukun iman dan doktrin-doktrin keimanan Syi`ah lainnya harus ditopang oleh doktrin keimamahan. Artinya, tanpa doktrin imamah, bangunan iman seorang muslim akan runtuh, atau kafir (Bihar al-Anwar, juz 23 hlm. 390 karya al-Majlisi). Dalam soal ini, Dr. Quraish Shihab mengabaikan suara mayoritas Syi`ah yang meyakini doktrin imamah sebagai syarat mutlak sahnya keimanan seorang muslim. Bahkan Syi`ah kontemporer yang tampaknya lebih `moderat`  mengakui urgensitas imamah bagi keimanan seorang Syi`ah, mereka menyejajarkan dengan derajat kenabian dalam segala aspeknya.

Adapun berbicara soal doktrin-doktrin utama Syi`ah lainnya, pendapat ulama` Syi`ah kontemporer terkesan dekat dengan Ahlussunnah. Muhammad Husein Kasyif al-Ghita` misalnya, ia menyatakan tidak ada tahrif dalam al-Qur`an. Nah, dari sinilah ditermukan keanehan.

Jika ditelaah lebih dalam, akan tampak sebetulnya kedekatan itu untuk mengkaburkan fakta yang sebenarnya. Sebab, Muhammad Husein Kasyif al-Ghita` pada kesempatan yang berbeda sangat berlebihan memuji ulama` pendahulunya (Ulama` Syi`ah mutaqaddimin) seperti Nuri at-Tabrasi. At-Tabrasi ini adalah tokoh Syi`ah yang sangat ekstrim. Ia terang-terangan menyatakan adanya tahrif dalam al-Qur`an dan mengkafirkan sahabat Nabi. Oleh karenanya ulama` Ahlussunnah menyatakan, pendapat manis Muhammad Husein Kasyif al-Ghita` ini hanya sekedar taqiyah belaka.

Trik yang tak jauh berbeda dilakukan oleh Syi`ah kontemporer lainnya, seperti Abdul Husein al-Musawiy. Pendapat-pendapatnya tentang al-Qur`an, sahabat dan istri-istri Nabi kelihatan selaras dengan Ahlussunnah. Tapi pada saat yang sama, ia menunjukkan pengakuan dan pujian yang setinggi langit terhadap empat kitab induk Syi`ah (al-Kafi, at-Tahdzib, al-Istibshar dan Man la Yahdhuruhu al-Faqih), yang merangkum penegasan akan terjadinya tahrif al-Qur`an, melaknat dan mengkafirkan sahabat. Ia menyatakan kitab-kitab tersebut adalah mutawatir, shahih dan bisa dipertanggung jawabkan isinya. Metode inilah yang kemudian dikuti oleh kebanyakan ulama` Syi`ah saat ini.

Walhasil faham Syi`ah, hakikatnya tidak ada perubahan dan perkembangan apapun baik dulu hingga saat ini. Landasan-landasan yang dipakai Syi`ah saat ini bersumber dari para pendahulunya. Yang berbeda hanya metode dan cara penyampaiannya.  Syi`ah saat ini cenderung tertutup dengan keyakinannya dan mengaplikasikan taqiyah, serta menggunakan penalaran yang lebih rasional. Sedang Syi`ah pendahulunya, lebih terbuka dan berani menyampaikan doktrinya. Sehingga dapat dengan mudah dibedakan dengan Ahlussunnah.

Buku ini memberi pelajaran, bahwa berdiam diri terhadap pemikiran yang tidak searah dengan jalur akidah yang diyakini akan kebenarannya, sama halnya dengan tidak meyakini kebenaran akidah yang dianutnya secara utuh. Sikap demikian merupakan sikap yang mucul dari tipe orang tidak tegas, terjebak dalam kebingungan, dan tidak bertanggung jawab. Sebelum membangun ukhuwah, terlebih dahulu melakukan pembenahan terhadap akidah. Bila tidak, maka seorang muslim akan terperangkap dalam akidah yang membingungkan.

Dengan cara menghadap-hadapkan landasan kedua faham (Syi`ah dan Ahlussunnah) ini, pembaca akan mengetahui jati diri masing-masing firqah. Metode seperti menggiring kita pada suatu pemahaman yang komprehensif dan bertanggung jawab. Selanjutnya dapat menentukan sikap dan langkah yang tepat bagaimana menjadi penganut agama yang baik dan bagimana menyikapi faham yang lain di luar Ahlussunnah.


 

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam