Nabi Muhammad SAW bersabda, Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka tidak boleh mengganggu tetangganya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi Muhammad SAW telah menyandarkan keimanan seseorang itu dengan cara bagaimana sikapnya terhadap tetangga, maka bagi mereka yang pandai menghormati tetangganya, termasuk dinilai memiliki keimanan yang baik, sedangkan bagi yang memperlakukan tetangganya secara buruk, maka keimanannya dinilai lemah.

Syuraih Al Khuzai RA menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. (HR. Muslim).

Kehormatan tetangga menjadi perhatian khusus dalam Islam, bahkan semestinya hubungan antar tetangga itu tidak kalah pentingnya dengan hubungan dengan sesama saudara dan familinya.

St. Aisyah RA menuturkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Jibril senantiasa berwasiat kepadaku supaya selalu baik dengan tetangga. Sehingga aku menduga bahwa Jibril akan menjadikannya pewaris. (HR. Muslim).

Karena pentingnya menjalin hubungan baik dengan  tetangganya, maka semula Nabi Muhammad SAW menyangka bahwa tetangga itupun akan mendapat harta warisan, namun pada ketentuannya bahwa hukum warisan itu murni diberikan kepada keluarga ahli waris.

Tapi, dengan hadits tersebut di atas ini, tentunya dapat diambil kesimpulan, bahwa bertetangga yang baik itu dan saling menghormati satu dengan yang lainnya, ibarat perlunya menjalin silaturrahim dengan sesama saudara dan famili sendiri.

Sy. Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Peliharalah dirimu dari hal-hal yang diharamkan, niscaya kamu menjadi orang yang paling beribadah. Relalah dengan apa yang diberikan Allah kepadamu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya. Berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya kamu menjadi orang mukmin. Cintailah orang lain seperti kamu mencintai dirimu sendiri, niscaya kamu menjadi orang muslim. Janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati. (HR. Ahmad)