KENANGAN DARI ATAS SUNGAI NIL
(Luthfi Bashori)
Saat kami berada di atas kapal pelesir sungai Nil, kami melihat seorang lelaki asli Mesir yang sedang membuat kerajinan tangan untuk dijadikan komodite mencari nafkah.
Adapun kerajinan yang dihasilkan adalah gambar-gambar onta serta seputar pemandangan khas Mesir yang dituangkan di dalam botol-botol gelas, dengan menggunakan bahan pasir yang telah diolah menjadi butiran pasir berwarna-warni.
Pasir-pasir dengan berbagai macam warna itu di letakkan di dalam baskom-baskom khas Mesir dan diletakkan di atas meja kerja. Sedangkan si pengrajin duduk dengan konsentrasi tinggi sambil memegang corong kecil yang bersambung selang kecil seukuran tinggi botol. Sedangkan botol yang dijadikan media hiasan telah disiapkan di hadapannya.
Tangan kiri si pengrajin itupun memegang corong, dengan tangan kanannya memegang sendok yang bentuk khusus untuk menggarapkerajinan itu.
Sesaat kemudian, mulailah si pengrajin memainkan jari tangannya dengan konsentrasi penuh, seakan tidak menghiraukan keadaan pengunjung yang ada di sekelilingnya. Kadang-kadang sendok itu dilepas dan beralih mengambil kayu supit untuk meratakan pasir yang sudah dituang di dalam botol. Entah bagaimana cara mengawalinya, yang jelas saat kami lihat, si pengrajin yang memperagakan karya seninya itu, tampak sudah setengah jadi dan dia pun terus menyempurnakan hasil karyanya.
Warna putih pekat dijadikan warna padang pasir, kemudian dibatasi warna oranye untuk memberi kesan hidup, dan warna coklat sebagai warna dasar gambar-gambar onta. Adapun back ground lainnya diambilkan warna lain pula yang menghasilkan komposisi warna sangat serasi untuk sebuah lukisan hidup bermedia botol dan pasir. Sangat luar biasa...!
Di atas meja pengrajin itu sudah ada sekitar 15 buah botol hias yang sudah jadi, dengan gambar yang bervariatif. Ukuran botolpun ada tiga kriteria, kecil, sedang dan besar. Si pengrajin itu tidak memasang tulisan tarip pada karya seninya, bahkan karena keseriusannya kami pun jadi segan untuk bertanya berapa harganya.
Sekalipun kami tidak membeli karya seni yang cukup tinggi nilainya itu, namun Alhamdulillah si pengrajin memberi kesempatan kepada kami untuk mengabadikannya dengan kamera HP, sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang, agar dapat dilihat dan dinikmati oleh istri dan anak-anak di rumah, serta siapa saja yang ingin menyaksikannya.
Di kapal pelesir itu juga dilakonkan peragaan tari pakaian lelaki khas pesulap Mesir. Peragaan ini dimainkan oleh seorang lelaki yang berpakaian khas pesulap Mesir, yang sengaja memutarkan badannya seperti putaran gasing, yang terfokus di satu tempat. Dia menggunakan kakinya sebagai tumpuhan utama.
Anehnya, peragaan itu dilakoni lebih dari satu jam tanpa berhenti sejenakpun, hingga kami sendiri membayangkan dan bertanya-tanya apakah kepala si peraga itu tidak pusing bin pening ?
Diiringi tabuhan tiga buah gendang khas Mesir, dengan fungsinya yang berbeda-beda, serta berirama padang pasir yang cukup kental, si peraga tetap saja tampak enjoy dengan putaran tubuhnya. Bahkan di tengah aksi tubuh berputar seperti gasing itu, dia pun minta diambilkan air minum. Maka seorang teman mendatanginya untuk memberi minum, dan yang diberikan pertama kali adalah nampan kosong dan diterima oleh peraga sedangkan tubuhnya tetap stabil berputar. Kemudian datang gelas kosong, dan dia terima serta dia letakkan di atas nampan sambil tubuh terus berputar. Lantas air minum mineral botol plastik pun dia terima dari temannya, seraya dia buka tutupnya dan dia tuangkan ke dalam gelas kemudian diapun meminumnya. Semua gerakan itu dalam posisi tubuh terus berputar seperti gasing.
Pada priode berikutnya, setelah peralatan minum dikembalikan dengan cara melemparkanya satu persatu kepada temannya, maka baju sulap yang dia kenakan yang sedikit menyerupai pakaian rok wanita, mulai diperagakan dalam posisi tubuh tetap berputar.
Begitu satu kakinya disentilkan, tiba-tiba rok itu menggelembung hingga menutupi badannya secara penuh ibarat membentuk balon besar, sedangkan posisi tubuh tetap konsisten berputar. Menginjak peragaan berikutnya rok itu diputar pelan dan membentuk payung, dan sedikit demi sedikit dia keluarkan dari lilitan tubuhnya lewat bagian kepala, dan ternyanya rok itu tidak terjahit melekat dengan bajunya. Saat payung kain itu sudah sempurna keluar dari badannya dan diputar di atas tangannya, tiba-tiba dia menghentikan putaran tubuhnya secara langsung. Sekarang yang tampak adalah seorang lelaki tegap dengan membawa payung yang terus diputar di tangan dan diiringi musik rebana khas Mesir.
Dengan membawa payung kain, lelaki itupun mulai keluar dari arena yang disediakan, sekalipun perputaran badannya sudah berhenti, namun payung yang berasal dari rok itu terus berputar dengan tumpuhan satu tangannya dan tampak semakin kencang, serta dinaik-turunkan sesuai selera si peraga, dan diapun mulai menghampiri para pengunjung dengan sapaan yang sangat sopan. Tentu saja para pengunjung merasa senang dan kegirangan.
Semua peragaan dari penari khas Mesir itu disuguhkan bersamaan dengan datangnya suguhan menu makan malam di resto terapung di atas kapal pelesir yang mengarungi sungai Nil sebagai sungai yang terpanjang di dunia.
Sejenak terapung di sungai Nil itu, ternyata membawa sejuta kenangan bagi para wisatawan yang masuk ke kota Cairo Mesir. Tentunya masih banyak sisi lain yang dapat diceritakan tentang kenangan indah dalam menjalani perjalanan tour kami kali ini.