RASULULLAH SAW, MENJAGA KEBERSIHAN HINGGA WAFAT
Luthfi Bashori
Rasulullah SAW terbukti sangat mencintai kebersihan, di samping jiwa beliau SAW yang memang bersih dan suci yang selalu dijaga oleh Allah SWT dari segala kekurangan, maka beliau SAW juga selalu menjaga kebersihan jasmani beliau SAW sendiri.
Beliau SAW juga berwasiat kepada umat Islam agar senantiasa menjaga kebersiahan, dengan sabdanya yang sangat masyhur:
Kebersihan itu termasuk sebagian daripada iman
Menggolongkan kebersihan itu termasuh bagian daripada keimanan, ini bukanlah sesuatu yang remeh, namun justru nila kebersihan itu dapat dijadikan salah satu tolok ukur dari keimanan seseorang.
Bahkan ketika ajal sudah menghampiri Rasulullah SAW, St. Aisyah yang merebahkan badan beliau SAW di pangkuannya, sempat berkata:
Di antara nikmat Allah yang di karuniakan-Nya kepadaku ialah Rasulullah SAW wafat di rumahku, pada hari giliranku, dalam keadaan bersandar di dadaku. Bahkan menjelang wafatnya itu, Allah telah menyatukan air liur kami.
Ketika Rasulullah SAW bersandar ke tubuhku, tiba-tiba Abdurrahman bin Abu Bakar masuk dengan siwak di tangannya. Lantas aku melihat Rasulullah SAW memandang ke arah siwak yang berada di tangan Abdurrahman. Aku tahu betul bahwa beliau SAW sangat gemar bersiwak.
Kutanyakan kepada beliau SAW, Engkau mau bersiwak? Beliau lalu menggerakkan kepalanya mengisyaratkan iya. Kemudian aku menggosok gigi Rasulullah SAW dengan siwak itu. Akan tetapi beliau SAW merasa kesakitan. Lantas aku katakan, Aku akan melembutkan siwaknya untukmu? Kemudian disambut oleh beliau SAW dengan anggukan kepala. Lantas aku melembutkan siwak tersebut dan menggosokannya lagi ke gigi Rasulullah SAW".
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW menggosok giginya dengan siwak itu dengan cara menggosok gigi yang terbaik. Di depan beliau SAW terdapat bejana dari kulit berisi air, Rasulullah SAW lantas mencelupkan tangan ke air lalu menyapunya ke muka beliau, seraya mengucapkan, Laa ilaha illallah, maut sesungguhnya memiliki sekarat. (HR. Bukhari).
Selesai bersiwak, Rasulullah SAW. menatap ke arah langit-langit sembari mengangkat tangan, dan bibir beliau bergerak. Melihat hal itu, St. Aisyah segera mendekatkan telinganya ke mulut beliau. Saat itu St. Aisyah mendengar Rasulullah SAW mengatakan, Bersama dengan orang-orang, yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, yaitu anbiya, shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang yang saleh. Ya Allah, ampunkan aku, sayangi aku, dan antarkan aku ke ar-Rafiqul-Ala. Allahummar-Rafiqul-Alaa.
Itulah kalimat terakhir, yang beliau SAW ucapkan sampai tiga kali, dan pada menit berikutnya, tangannya menjadi lunglai, lantas Rasulullah SAW pun pergi menghadap ar-Rafiqul-Alaa. (HR. Bukhari) dalam keadaan bersih dan suci, dhahiran wa bathinan.
Peristiwa ini terjadi pada hari senin saat siang telah benar-benar meninggi, bertepatan tangal 12 Rabiul awal tahun 11 H. Ketika itu, Rasulullah SAW. telah genap berusia 63 tahun lebih 4 hari.
Anas menyebutkan, Seumur hidupku, aku tdak pernah melihat hari yang lebih indah dan lebih berseri daripada hari Rasulullah SAW. memasuki kota kami. Dan aku tidak pernah meihat hari yang cukup buruk dan sangat gelap gulita melebihi dari pada hari wafatnya Rasulullah SAW.. (HR. Ad-Dailani)
Saat Rasulullah SAW. wafat, Farimah yang berada di samping beliau berkata dengan penuh kesabaran, Duhai ayahku sayang, ia dipanggil oleh Tuhan. Duhai, ayahku sayang, hanya ke surga Firdaus tempat kita kembali. Duha, ayahku sayang, kepada Jibril, kami menyampaikan berita wafatmu. (HR. Bukhari)