MEMBELA ALLAH & RASUL-NYA
Luthfi Bashori
Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa, (QS. Al Hajj, 40)
Imam Alqurthubi mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang membela agama dan nabi-Nya. (Aljami li Ahkamil Quran juz XII hal 386)
Imam Atthabari mengatakan bahwa maknanya adalah Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang membela (agama)-Nya, yaitu menolong orang-orang yang berperang di jalan-Nya agar kalimat (syariat)-Nya tetap tinggi terhadap musuh-musuh-Nya. Maka makna pertolongan Allah kepada para hamba-Nya itu adalah bantuan Allah kepada mereka, sedangkan makna pertolongan para hamba kepada Allah adalah jihad di jalan-Nya untuk meninggikan kalimat (syariat)-Nya. (Tafsir Atthabari juz XVII hal 651)
Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa tafsir ayat yang artinya: Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. (QS. Al Hadid, 25), adalah orang yang membela dan menolong agama Allah SWT dan membela Rasulullah SAW, dengan memiliki keinginannya membawa senjata (baik fisik maupun non fisik). Sedagkan makna Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa adalah Allah SWT menolong orang yang membela agama-Nya, sedangkan Dzat Allah tidak membutuhkan pertolongan dari manusia. Adapun disyariatkannya jihad membela Allah dan Rasul-Nya adalah untuk menguji keimanan sebagian kalian dari sebagian yang lain. (Tafsir Ibnu Katsir juz VIII hal 28)
Imam Abul Qasim Al-Qusyairi menceritakan, bahwasannya Amru ibnu Laits adalah salah seorang raja di wilayah Khurasan, beliau itu terkenal sebagai pemberontak yang tersohor terhadap pemerintah pusat hingga meninggal dunia, beliau masyhur dijuluki Asshaffar.
Suatu saat ada orang shalih yang melihat Asshaffar dalam mimpi, lantas ditanyakan kepadanya, Apa yang dilakukan Allah kepadamu?
Asshaffar menjawab, Allah mengampuniku.
Maka dikatakan kepadanya, Dengan sebab apa?
Asshaffar menjawab, Suatu hari ketika aku hidup, aku menaiki puncak gunung. Aku mengamati tentaraku dan mengagumi banyaknya jumlah mereka. Kemudian aku berangan-angan kiranya aku bersama Rasulullah SAW, hingga aku membantu dan membela beliau SAW, lantas Allah mensyukuri hal itu dengan mengampuniku. (Disebutkan oleh Imam Al-Qadhi Iyadh dalam kitabnya, Asy-Syifa).
Ini baru berangan-angan ingin membela Rasulullah SAW., padahal kehidupan Raja Amru dengan Rasulullah jauh seteah wafat namun ini merupakan ungkapan kecintaannya kepada Rasulullah SAW sehingga Allah mengampuninya.