MENGHORMATI SEORANG SYEIKH (GURU)
Luthfi Bashori
Imam Zarkhasyi berkata: Kelahiran ada dua macam:
- Pertama, kelahiran yang biasa dikenal orang, yakni lahir dari perut ibu.
- Kedua, kelahiran hati dan ruh, yaitu keduanya keluar (lahir) dari nafsu dan watak yang buruk.
Kelahiran yang kedua ini menjadikan Rasulullah SAW sebagai bapak bagi setiap orang yang beriman, sebagaimanai dikatakan oleh seorang penyair: Siapapun yang telah mengajari kebaikan, maka ia adalah sebaik-baik ayah, karena ia adalah bapak rohani, bukan bapak air mani. (Al-Munsyarih).
Jadi, kedua orang tua kandung itu adalah orang yang melahirkan jasad setiap insan, sedangkan Rasulullah SAW-lah yang melahirkan hati umat Islam.
Demikian juga dengan para ulama pewaris Rasulullah SAW, yang ikhlas meneruskan dakwah beliau SAW siang dan malam, tanpa kenal lelah untuk membenahi aqidah, syariat serta akhlaq umat Islam, khususnya para murid-muridnya, maka mereka ini adalah tokoh-tokoh yang ikut melahirkan hati kaum awwam dari kalangan umat Islam, hingga menjadi hati yang penuh iman dantaqwa kepada Allah SWT. Hati yang penuh kebaikan dan keberkahan, dan hati yang kelak akan mendapatkan kenikmatan hidupm di akhirat untuk selama-lamanya.
Jadi jelaslah, para ulama itu ikut memompa kehidupan hati umat Islam, agar mereka selalu merindukan kedekatan kepada Allah, keikhlasan dalam beribadah, bahkan ikut mensupport hati umat Islam umtuk selalu belajar menerapkan ajaran agama Islam secara baik dan benar, dengan tujuan agar mereka dapat menikmati kehiidupan akhirat sebagaimana yang dijanjikan bagi orang-orang yang shalih saat menghadap kepada Allah.
Menghormati ke dua orang tua kandung sekalipun mereka itu yang melahirkan jasad, hukumnya adalah wajib sebagaimana yang ditentukan oleh Allah. Bahkan siapapun yang durhaka kepada kedua orangtua, maka Allah akan murka kepadanya.
Lantas bagaimana dengan hukum menghormati orang-orang yang ikut melahirkan hati umat Islam, yaitu para ulama yang telah membimbing umat Islam dari kegelapan dan kebodohan menuju pemahaman ajaran Islam yang kebaikannya sudah sangat terang benderang?
Terlebih penghormatan terhadap seorang syeikh atau guru utama, yang tiada kenal lelah dalam mengajarkan agama kepada para muridnya, serta membimbing kerohanian mereka hingga menjadi orang-orang yang shalih. Tentu kewajiban untuk selalu taat dan berakhlaq mulia serta bertawadhu kepada Syeikh itu hukumnya adalah wajib dan sangat ditekankan, sedangkan durhaka kepadanya adalah perbuatan nista yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah.
Di antara tata cara kewajiban menghormati Syeikh atau guru utamanya itu, adalah selalu menjaga perasaan beliau, agar senantiasa merasa bahagia dengan keberadaan dirinya, dhahiran wa batinan (baik keberadaan murid secara dhahir maupun batin), dan selalu berusaha tidak berbuat sesuatu yang sekira hati Syeikhnya menjadi tersayat dan murka serta tidak ridla jika mengengtahui perilaku muridnya. Baik perilaku yang berkaitan dengan pergaulan secara luas, maupun lebih spesifik dalam bergaul dengan Syiekhnya, terlebih yang berkaitan dengan urusan aqidah, syariat dan akhlaq.
Seorang murid yang sengaja menentang ajaran Syeikhnya dalam bidang aqidah, syariat dan akhlaq, akan dapat melukai hati Syeikhnya itu. Bahkan beliau dapat merasaakan sayatan hati nan sembiliu, hingga dapat terbawa selama-lamanya termasuk saat beliau dipanggil oleh Allah SWT.
Para masyayikh yang sedang murka atas perilaku muridnya yang durhaka, lantas mereka dipanggil oleh Allah sebelum muridnya itu bertobat serta mohon maaf dan mohon keridhaannya, maka bisa saja para masyayikh itu kelak akan bersaksi di hadapan Allah dengan mengatakan: Ana bariiun minhu (aku berlepas tangan darinya).