CINTA & BENCI KARENA ALLAH
Luthfi Bashori
Termasuk hak dan kewajiban kaum muslimin adalah dapat mencintai serta membenci seseorang karena Allah.
Sifat cinta dan benci karena Allah ini juga termasuk menjadi salah satu standar keimanan seseorang di hadapan Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda, Tidak beriman seseorang di antara kalian sebelum ia mencintai saudaranya seperti kecintaannya terhadap dirinya sendiri. (HR. Bukhari)
Sy. Abu Hurairah RA meriwayatkankan, Nabi SAW bersabda bahwa pada hari kiamat kelak Allah SWT berfirman, Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini Ku-naungi mereka, di mana tidak ada naungan selain naungan-KU. (HR. Muslim)
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa, dulu ada seorang laki-laki pergi mengunjungi saudaranya yang bermukim di suatu negeri yang jauh dari tempat tinggalnya. Maka Allah SWT menyuruh malaikat untuk menemaninnya selama dalam perjalanan. Malaikat bertanya kepada laki-laki itu, Akan ke manakah engkau?
Mengunjungi saudaraku di suatu daerah. Jawab lelaki itu.
Apakah engkau berkunjung karena berutang budi kepadanya? Tanya malaikat.
Tidak, tegas laki-laki tersebut, Sebab aku mencintainya semata-mata karena Allah SWT.
Malaikat itu berterus terang, Sungguh Allah SWT mengutusku menemanimu karena cintamu kepada saudaramu semata-mata karena-Nya. (HR. Muslim).
Dari Abu Umamah RA, beliau berkata, Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan mencegah karena Allah, maka sungguh ia telah menyempurnakan iman". (HR. Abu Dawud - At-Targhib wat Tarhib, Juz IV halaman 24).
Dari Abu Dzar RA, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda : "Seutama-utama amal ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah". (HR. Abu Dawud, At-Targhib wat Tarhib, Juz IV halaman 24).
Untuk memahami benci karena Allah, maka ada dua gambaran yang dapat memudahkan. Pertama, ada orang-orang yang perlu dicintai dari satu sisi, dan dibenci dari sisi lainnya.
Mereka adalah orang yang dalam hidupnya mencampuradukan antara amalan yang baik dengan amalan yang buruk.
Maka orang-orang yang seperti ini, perlu dicintai dan dikasihani dengan kadar kebaikan yang ada pada diri mereka sendiri. Namun perlu juga dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kadar kejelekan dan kemaksiatan yang ada pada diri mereka.
Rasulullah SAW telah memberi contoh saat beliau SAW memperlakukan shahabat Abdullah Alhimar, yang sering datang menghibur Rasulullah SAW, namun di sisi lain dia juga minum khamr (arak). Suatu saat Abdulllah bin Himar dalam keadaan minum khamr (arak), maka dibawalah dia ke hadapan Rasulullah SAW, tiba-tiba ada seorang laki-laki melaknatnya dan berkata: Betapa sering dia didatangkan ke hadapan Rasulullah SAW dalam keadaan mabuk.
Namun Rasulullah SAW bersabda: Janganlah engkau melaknatnya. Sesungguhnya dia adalah orang yang (masih memiliki) cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. (Shahih Al-Bukhari kitab Al-Hudud). Namun di zaman khalifah Umar, maka saat Abdullah Alhimar ini tertangkap minum khamr, maka dipukullah ia oleh tangan dan sandal khalifah Umar bin Khatthab RA.
Rasulullah SAW sendiri melaknat khamr, orang yang meminumnya, orang yang menjualnya, orang yang memerasnya, orang yang minta diperaskan, orang yang membawanya dan orang yang dibawakan khamr kepadanya. (Shahih Al-Jami Ash Shaghir hadits nomer 4967).
Kedua, adalah perintah bagi setiap muslim untuk membenci karena Allah secara utuh, yaitu membenci orang yang tidak beriman kepada rukun iman dan orang yang mengingkari rukun Islam. Siapapun orangnya yang mengingkari kedua rukun ini, berarti kafir kepada Allah. Maka mereka inilah yang wajib dibenci karena Allah.
elah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak saling melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Al-Ma`idah: 78-79).