ILMU NYE - GORO
Luthfi Bashori
Penulis sengaja memberi tanda garis pemisah - dalam penulisan istilah NYE - GORO karena ada beberapa alasan.
Arti `nyegoro` dalam bahasa Jawa adalah seluas lautan. Namun jika dalam penulisan itu diberi tanda garis pemisah - sebagai pembatas, maka bisa menjadi multi tafsir.
Goro sendiri dalam bahasa Jawa berarti `bohong` alias `menipu`.
Nah, jika ada seseorang yang mengaku dirinya memiliki ilmu agama yang nye-goro, maka yang harus dilakukan adalah wajib istiqamah mengamalkan syariat Islam sesuai ajaran Alquran, Hadits dan hasil ijtihad para ulama salaf Ahlus sunnah wal jamaah.
Ada dua hal lagi yang harus dilakukan secara kongkrit, yaitu wajib takut kepada Allah, karena sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah itu adalah para ulama yang ilmunya Nyegoro.
Kedua, wajib menjaga akhlaqnya kepada Allah, kepada Rasulullah SAW, kepada para shahabat, para ulama salaf dunia Islam, dan kepada para pejuang aqidah serta akhlaq kepada sesama umat Islam.
Namun, jika hal-hal tersebut di atas ternyata diabaikan, sedangkan dirinya merasa memiliki ilmu nye-goro, maka orang yang demikian ini lebih tepat disebut ULAMA GORO tanpa NYE.
Salah satu ajaran syariat Islam yaitu mengamalkan Amar Ma`ruf Nahi Mungkar, sebagai implementasi berakhlaq kepada Allah, Rasulullah SAW dan para ulama Salaf.
Perlu diingat, bagi warga Nahdlatul Ulama (NU) sebagai pengikut ajaran Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy`ari, bahwa musuh utama aqidah warga Nahdlatul Ulama (NU) jika dikerucutkan itu ada tiga sekte aliran sesat.
Yaitu sekte Syiah dengan segala cabangnya, dan sekte Wahhabi serta sekte Liberal yang dalam bahasa KH. Hasyim Asy`ari disebut sebagai kaum Ibahiyyun.
Jika ada seseorang yang mengaku dirinya memiliki llmu nye-goro, namun selalu mendukung keberadaan tiga sekte sesat ini, maka yang paling tepat untuk menjuluki orang tersebut adalah: ULAMA GORO tanpa NYE.