LEBIH PEDULI KEPADA ORANG LAIN
Luthfi Bashori
Ternyata hidup di dunia ini merupakan ujian bagi setiap orang. Manusia diciptakan sebagai khalifah alias penguasa di muka bumi. Barang siapa yang dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah yang bijak, tentu akan mendapatkan balasan kemuliaan hidup di akhirat. Sebaliknya, setiap khalifah yang dzalim, tentu akan menerima pula akibat yang buruk.
Sebagai khalifah berarti sebagai pengelola serta penanggungjawab. Orang yang pandai harus peduli terhadap pendidikan bagi kalangan orang bodoh, karena sudah menjadi tanggung jawabnya. Sebaliknya orang bodoh wajib belajar kepada orang berilmu, agar dapat memperbaiki dirinya dari ketidaktahuan, hingga ia menjadi khalifah yang sempurna di muka bumi.
Orang sehat, dituntut membantu saudaranya yang sakit, entah itu membantu pengobatan, atau dukungan moral, hingga dukungan doa sekalipun dari kejauhan. Sedangkan bagi yang sakit, tatkala doa orang sakit itu sangat didengarkan oleh Allah, maka hendaklah ia peduli kepada saudara-saudaranya yang masih sehat, dengan cara memohonkan ampun kepada Allah bagi mereka.
Tentunya, orang miskin merupakan ujian bagi kalangan yang kaya. Apakah si kaya akan peduli terhadap keberadaan saudaranya yang sedang membutuhkan uluran tangannya. Sebaliknya orang kaya adalah ujian bagi kaum yang miskin. Apakah si miskin itu tetap sabar atas ketentuan Allah terhadap nasibnya, hingga ia tetap beristiqamah menjaga ibadahnya kepada Allah, serta menjaga hatinya agar selalu husnuddhan kepada saudaranya yang kaya, atau justru hatinya dipenuhi rasa iri, dengki dan hasud kepada orang-orang kaya tersebut.
Allah subhanahu wa taala dalam firman-Nya yang artinya:
Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan adalah Rabb-mu Maha Melihat. (Al-Furqan: 20))
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin. (An Nisa`: 36)
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَايُحِبُّ لِنَفْسِهِ . رواه البخارى ومسلم وأحمد والنسائى
Anas RA. berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai).
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّوْنَ بِجَلاَلِيْ اَلْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِى ظِلِّيْ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ . رواه مسلم)
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, Pada hari kiamat Allah SWT akan berfirman, Dimanakah orang yang saling berkasih sayang karena kebesaran-Ku, akan Aku naungi di bawah naungan-Ku. Pada saat itu tiada naungan, kecuali naungan-Nya.
Sifat persaudaraan umat Islam adalah saling menyayangi, mengasihi dan saling membantu, akrab, rukun dan serempak saling menasehati, saling menegur, sehingga merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lain.
Dalam hal satu kesatuan umat ini, Nabi Muhammad SAW mengibaratkan dalam berbagai hal, di antaranya diibaratkan sebagai satu tubuh, atau satu bangunan. Jika salah satu ada yang menghadapi kesulitan, maka yang lain harus ikut prihatin dan turut membantu menghadapi kesulitan saudaranya.
Sifat kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama muslim yang seperti itu, dulu sudah diterapkan dengan begitu sempurna di kalangan para shahabat tatkala mereka hidup dalam bimbimngan Nabi Muhammad SAW.
Barangkali berikut ini adalah salah satu dari sekian banyak kisah kehidupan para shahabat yang berkaitan dengan perintah saling peduli terhadap sesamanya.
Kisah ini terjadi pada akhir Perang Yarmuk. Saat itu ada tiga orang mujahid dari kalangan para shahabat yang tengah terkapar dalam kondisi sangat kritis. Mereka adalah shahabat Al-Harits bin Hisyam, Ayyash bin Abi Rabiah, dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Ketika itu Al-Harits meminta air minum. Namun saat didekatkan air minum ke mulutnya, ia mengetahui kondisi Ikrimah juga dalam keadaan yang mengkhawatirkan seperti yang ia alami. Lalu ia pun berkata kepada si pembawa air, Berikan dulu kepada Ikrimah.
Seketika itu pula si pembawa air menuju tempat Ikrimah tergeletak tak berdaya. Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyash menengok kepadanya. Ayyash berada dalam kondisi kritis seperti dirinya atau bahkan lebih parah lagi. Lalu dengan tegas Ikrimah berkata kepada di pembawa air, Berikan dulu kepada Ayyash.
Si pembawa air pun langsung menuju tempat Ayyash. Akan tetapi ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyash, ternyata ia telah syahid. Orang yang memberikan air minum segera kembali kehadapan Harits dan Ikrimah, namun ia juga mendapati keduanya telah menemui kesyahidan.