URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 60 users
Total Pengunjung: 6224161 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
HADIAH 
Penulis: Pejuang Islam [ 3/9/2016 ]
 
HADIAH

Luthfi Bashori



Menurut wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, definisi hadiah atau hibah atau kado adalah pemberian uang, barang, jasa dll, yang dilakukan tanpa ada kompensasi balik, seperti yang terjadi dalam perdagangan, walaupun dimungkinkan pemberi hadiah mengharapkan adanya imbal balik, ataupun dalam bentuk nama baik (prestise) atau kekuasaan.

Sedangkan dalam hubungan manusia, tindakan pertukaran hadiah sering kali berperan dalam meningkatkan kedekatan sosial.

Istilah hadiah dapat juga dikembangkan untuk menjelaskan apa saja yang membuat orang lain merasa lebih bahagia atau berkurang kesedihannya, terutama sebagai kebaikan, termasuk memaafkan (walaupun orang lain yang diberi itu bukan orang yang baik perangainya).

Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah, bersabbda: Saling memberilah hadiah, niscaya kalian saling menecintai. (HR. Bukhari).

Menjalin kasih sayang khususnya di atara umat Islam, dapat dijalin dengan cara saling menghadiahi. Sedangkan bentuk hadiah itu tidak harus barang yang berharga mahal, atau sesuatu yang dianggap terhormat oleh kebanyakan orang.

Bahkan hadiah berupa dedaunan, jika dapat memberi manfaat bagi orang yang diberi hadiah, tentu  akan menimbulkan rasa cinta di antara mereka.

Misalnya, ada seorang ibu rumah yang sedang membutuhkan daun pisang, untuk bungkus kue lemper, atau bungkus bothok tempe atau pepes ikan. Lantas ada tetangganya yang kebetulan mempunyai tanaman pohon pisang, sengaja memberi hadiah daun yang diperlukan ibu tersebut. Tentu pemberian daun pisang yang harganya tidak seberapa itu, memiliki arti tersendiri, dan dapat menumbuhkan rasa saling mencintai dan saling menghormati.

Bahkan hadiah berupa bantuan jasa, seringkali dapat menyebabkan orang yang dibantu itu merasa sangat diuntungkan. Sebenarnya yang demikian juga sangat penting untuk dijalin antar sesama muslim, hingga tidak semua hal itu harus diukur dengan uang.

Dalam hadits yang diriwayatkan Anas ra dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: Saling memberilah hadiah karena sesungguhnya hadiah itu akan mencabut atau menghilangkan kedengkian. (HR. Bazzar).

Di saat Nabi Muhammad SAW mengajak umat Islam berhijrah dari kota Makkah menuju kota Madinah, maka Nabi Muhammad SAW sengaja membangun komunitas muslim di kota Madinah itu sebagai komunitas yang saling menghormati, saling mencintai, saling memiliki, dan salah satu metode yang beliau SAW terapkan adalah mengajari umat Islam kala itu dengan kebiasaan saling memberi dan menghadiahi.

Allah SWT berfirman, yang artinya, Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin). Mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka dan mereka tiada memiliki keinginan di dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajririn). Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Hasyr: 9).

Imam Ibnu Abil Izzi Alhanafi, menjelaskan tentang siapa orang-orang tidak kikir (saling memberi hadiah) yang dimaksud dalam ayat ini. Mereka adalah (para shahabat) Assabiqunal awwalun dari golongan Muhajirin dan Anshar, yaitu orang-orang yang berinfaq sebelum penaklukan kota Makkah, serta mereka yang berperang, termasuk juga orang-orang yang berbaiat di bawah pohon (Baiatur Ridwan) yang jumlah mereka lebih dari 1.400 orang. (Syarah Alaqidah Atthahawiyah, 1/692).

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam