URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 67 users
Total Pengunjung: 6224169 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
STANDAR IKHLAS 
Penulis: Pejuang Islam [ 3/9/2016 ]
 
STANDAR IKHLAS

Luthfi Bashori


Imam Salim bin Abdillah bin Umar bin Khattab ra berkata, Sesungguhnya pertolongan Allah kepada seorang akan disesuaikan dengan niatnya. siapapun yang ikhlas dalam niatnya maka pertolongan Allah akan sempurna baginya. Siapa pun yang kurang ikhlas dalam niatnya, maka pertolongan Allah akan disesuaikan dengan niatnya itu.

Maka harus diketahui, bahwa Allah memberi pertolongan bukan karena banyaknya amal-amal kebajikan dan banyaknya doa-doanya, tetapi tergantung dengan keikhlasannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada shahabat Muadz ibnu Jabal, Ikhlaskan amal kebajikanmu meskipun hanya sedikit, maka engkau akan diberi pahala yang banyak.

Baik niat maupun ikhlas, adalah pekerjaan hati yang menjadi standar bagi diterima tidaknya amal ibadah seseorang. Berbeda dengan hukum halal atau haram, maka syariat Islam hanya menerapkannya terhadap sesuatu yang dhahir dan kasat mata.

Bahkan, jika ada seseorang yang berbohong di depan pengadilan, namun ia mampu menunjukkan bukti-bukti bagi pengakuannya, sekalipun bukti-bukti yang dimilikinya itu hakikatnya adalah palsu, namun jika tampak secara dhahir adalah benar, maka pengadilan Islam-pun tetap akan memenangkannya, karena hukum Islam itu dibangun atas perkara-perkara yang dhahir atau kasat mata.

Adapun bagi si pembohong yang dimenangkannya itu sejatinya telah dipersiapkan oleh Allah baju kebohongan dari neraka, yang kelak akan dikenakannya sejak ia menghuni makam kuburannya, hingga kelak saat menghadap kepada Allah SWT di hari pembalasan.

Menurut sebagian para ulama, tingkatan ikhlas ada tiga macam, yang dapat diilustrasikan sebagai ikhlas kelas VIP (eksekutif), kelas BISNIS (terhormat) dan kelas EKONOMI (sederhana).

Pertama, ikhlas berkelas VIP, yaitu ikhlasnya para nabi dan rasul, serta para shahabat dan tabiin, yaitu mereka beramal hanya karena Allah semata tanpa berharap sesuatu balasan di dunia maupun akhirat, namun semata-mata hanya beramal karena Allah.

Contohnya saat Shahabat Tsauban mengadu kepada Rasulullah SAW, bahwa jika diperbolehkan, maka dirinya lebih senang hidup di Madinah yang setiap saat dapat bertemu dan bersua bersama Rasulullah SAW, dari pada hidup di sorga jika tempatnya harus berjauhan dari tempat Rasulullah SAW. Inilah cinta murni yang sangat ikhlas kepada Rasulullah SAW.

Kedua, ikhlas berkelas BISNIS, yaitu ikhlasnya  seseorang yang beramal ikhlas karena Allah, namun tetap berharap agar diberi pahala dan ampunan bagi dosa-dosanya serta berharap agar kelak dimasukan ke dalam sorga.

Ia tidak pernah mengeluh terhadap kondisi kehidupannya di dunia, ia ikhlas menerima apa yang telah ditaqdirkan oleh Allah terhadap nasibnya. Saat mendapatkan kenikmatan ia bersyukur dan menambah ibadahnya, sedangkan jika menemui kesulitan ia bersabar dan tidak mengeluh kepada siapapun kecuali hanya berdoa kepada Allah.

Ketiga, ikhlas berkelas EKONOMI, yaitu ikhlasnya seseorang yang beramal karena Allah, namun dengan tujuan agar ia mendapat kesenangan hidup dunia dalam batas yang diperbolehkan, seperti diluaskan rezekinya dan dijauhkan dari segala macam bencana, ia juga giat bekerja mencari rezeki yang halal, dan berusaha menikmati kehidupan dunia yang diperolehnya, namun tetap mempunyai standar syariat sebagai pegangan hidupnya, serta tetap mempertahankan ruang lingkup ikhlas karena Allah dalam beraktifitas.

Adapun selain yang tersebut di atas, maka semua amalan seseorang itu dapat digolongkan sebagai amalan riya (pamer) yang sangat tercela di hadapan Allah SWT.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam