WILAAYATUNA WILAAYATULLAH
Luthfi Bashori
Kalimat yang tertulis pada judul di atas adalah cuplikan dari kitab Alkaafi. Adapun selengkapnya adalah sebagai berikut:
Wilaayatuna wilaayatullah, allati lam yab\`ats nabiyyan qotthu illaa bihaa (Kekuasaan/kepemimpinan kami -para imam 12- adalah kekuasaan/kepemimpinan Allah, yang (Allah) tidak mengutus seorang nabipun kecuali dengan -melegitimasi-nya).
Tulisan tersebut di atas terdapat pada juz 1, halaman 437, no 3, kitab Alkaafi, karangan Alkulaini.
Sedangkan dalam muqaddimah buku Dialog Sunnah - Syiah cetakan pertama terbitan Mizan disebutkan:
Empat buah kitab yang menjadi buku-buku pegangan kaum Imamiyyah (Syiah, pen), dalam ushul dan furu\`, semenjak generasi-generasi pertama sampai dengan masa kita sekarang ini, yaitu Alkaafi, Attahdzib, al-istibshar, dan Man la yahdhuruhul faqiih.
Kitab-kitab tersebut telah sampai kepada kita dengan cara mutawatir, sedang isi yang dikandungnya adalah shahih dan bisa dipertanggungjawabkan tanpa keraguan sedikitpun.
Di antara keempatnya, maka kitab Alkaafi adalah yang paling terdahulu, paling besar, paling baik dan paling rapi. Di dalamnya terdapat 16.199 hadits.
(Keterengan : Yang dimaksud hadits dalam kitab Alkaafi adalah perkataan imam ke 6, bernama Abu Abdillah, Ja\`far Asshadiq, bukan sabda Nabi SAW seperti yang dipahami oleh mayoritas umat Islam.
Arti Wilaayatuna wilaayatullah : Kekuasaan kami (para imam 12) adalah kekuasaan Allah, atau kepemimpinan kami (para imam 12) adalah kepemimpinan Allah.
Kalimat ini dalam pandangan ketauhidan umat Islam, sama halnya dengan menyetarakan kedudukan imam tersebut dengan derajat ketuhanan Allah.
Sedangkan arti : allati lam yab\`ats nabiyyan qotthu illa bihaa : yang (Allah) tidak mengutus seorang Nabipun kecuali dengan melegitimasi kekuasaan/kepemimpinan-nya (para imam).
Kalimat ini memberi makna, bahwa setiap Nabi yang diutus oleh Allah sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW diyakini oleh kaum Syiah sebagai pemberi berita kepada seluruh manusia bahwa kelak di akhir jaman, setelah Nabi Muhammad SAW wafat, akan lahir 12 imam kaum Syiah yang akan memimpin dunia. Adapun mereka adalah:
1. Ali bin Abi Thalib
2. Hasan Azzaky
3. Husain Assyahid
4. Ali Zainal Abidin
5. Muhammad Albaqir
6. Ja`far Asshadiq
7. Musa Alkadhim
8. Ali Arridho
9. Muhammad Aljawad
10.Ali Alhadi
11.Hasan Ak-askari
12.Muhammad Almuntadhar
Di sini, kaum Syiah menyatakan tentang keyakinannyaterhadap para imam itu, dengan keyakinan yang sangat jauh berbeda dibanding aqidah umat Isam.
Aqidah umat Islam meyakini, bahwa sesuai perintah Allah kepada seluruh Nabi dan Rasul, untuk memberitahu kepada umatnya masing-masing, bahwa kelak akan datang sseorang Nabi akhir jaman yang bernama Nabi Muhammad SAW.
Tidak ada seorangpun dari para Nabi dan Rasul itu yang menyampaikan bahwa pengganti Nabi Muhammad SAW setelah wafat adalah para imam 12 tersebut di atas.
Umat Islam sampai hari ini tetap meyakini bahwa permasalahan figur pergganti kepemimpinan atau kekhalifahan setelah Nabi wafat adalah termasuk masalah ijtihadiyah fiqhiyyah. Tidak ada Nash sharih dan ketentuan apapun dari Alquran dan Hadits tentang siapa nama-nama figur pengganti setelah Nabi SAW wafat.
Sedangkan aqodah kaum Syiah meyakini, bahwa semua Nabi dan Rasul mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW, sudah mendapatkan perintah khusus dari Allah, untuk memberitahukan kepada umatnya masing-masing, bahwa Allah telah menentukan pengganti setelah Nabi Muhammad SAW wafat adalah ke duabelas imam itu.
Aneh memang kedengarannya keyakinan Syiah ini. Apa mungkin itu terjadi ?
Karena perintah Allah kepada para Nabi dan Rasul hanyalah untuk memberitahukan kepada umatnya masing-masing tentang berita kedatangan seorang Nabi akhir jaman ini tanpa embel-embel nama penggati setelah wafat. Perintah ini mempunyai arti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah afdhalun nabiyyin wal mursaliin (sebaik-baik para Nabi da Rasul), dan hal itu pula mengharuskan adanya pemahaman bahwa derajat Nabi Muhammad SAW itu lebih afdhal dibanding seluruh para Nabi dan Rasul.
Maka tentunya kaum Syiah juga meyakini, bahwa imam 12 itu derajatnya itu lebih afdhal daripada para Nabi dan Rasul. Karena, sesuai keyakinan bahwa seluruh para Nabi dan Rasul itu sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW, diperintahkan oleh Allah untuk melegitimasi kekuasaan/kepemimpinan para imam 12 tersebut. Maka perintah Allah ini juga memberi pengertian bahwa keduabelas imam ini adalah lebih afdhal dibanding derajat para Nabi dan Rasul, termasuk juga lebih afdhal dibanding Nabi Muhammad SAW sendiri.
Padahal, realitanya bahwa para imam 12 yang diklaim sebagai imam Syiah itu, menjadi terhormat di mata umat Islam, karena mereka adalah anak cucu Nabi Muhammad SAW.
Di sinilah salah satu letak kerancuan ajaran aqidah Syiah. Bahkan mereka berani membohongkan ajaran agama hanya karena fanatisme buta. Karena fanatisme buta itu pula mereka berani menggubah isi Alquran dengan disesuaikan kepentingan keyakinannya.
Sebagai contoh kongkrit tertera dalam kitab Alkaafi juz 1 halaman 414 berbunyi :
Wa man yuthi\`illaha wa rasuulahu FII WILAAYATI \`ALIYYIN WA WILAAYATIL AIMMATI MIN BA\`DIHI faqad faaza fauzan adziiman - wallahi haakadza nazalat
(Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya DAN MEYAKINI KEKUASAAN/KEPEMIMPINAN ALI SERTA PARA IMAM SESUDAHNYA, maka dia telah beruntung dengan keberuntungan yang nyata. Wallahi demikianlah ayat ini turunnya)
Sedangkan asli ayat ini yang tertera di dalam Alquran adalah :
Waman yuthi\`illaha wa rasuulahu faqad faaza fauzan \`adziiman (Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dia telah beruntung dengan keberuntungan yang nyata)
Di dalam ayat yang asli ini tidak menyebutkan nama Ali dan para imam sesudahnya. Sedang pada ayat yang dipalsukan kaum Syiah menyebut nama Ali dan para imam setelahnya, bahkan dengan penekanan lafadz sumpah Wallahi hakadza nazalat (Demi Allah, demikianlah turunnya).
Demikianlah pengruh fanatisme buta yang dilakukan oleh kaum Syiah. Mereka berani merubah firman Allah hanya untuk pembenaran bagi keyakinannya.
Jika dicermati, mengapa aliran-aliran sesat itu dapat berkembang dengan eksis di tengah masyarakat ? karena pencetusnya membangun sebuah fanatisme dan menumbuhkembangkan emosional dan romantisme yang berlebihan dalam diri para pengikutnya, sehingga sekali orang terjerumus ke dalam aliran tersebut, maka terasa lengket yang sangat dalam, jadi sangat sulit untuk disadarkan, sekalipun jelas-jelas bertentangan dengan pemahaman mayoritas umat Islam.
Bahkan karena pengaruh fanatisme buta ini, seringkali para pengikut aliran sesat tidak lagi dapat berpikir jernih untuk memahami Alquran dan Hadits sesuai pemahaman salaf.
Mereka juga sulit untuk diajak membedakan antara kebenaran yang haqiqi dengan pemalsuan yang dilakukan oleh pencetus dan tokoh-tokohnya.
Betapa banyak aliran-aliran sesat yang setara Syiah, dengan terang-terangan berani merubah ayat-ayat Alquran demi untuk pembenaran dan legitimasi bagi ajaran yang disampaikan oleh pencetus dan pemimpinnya.
Sebut saja Ahmadiyah mempunyai kitab suci Attadzkirah, yang isinya tiada lain adalah gubahan dari Alquran namun sudah banyak perubahan isi dan kalimat-kalimat di dalamnya.