URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
KEJARLAH ILMU AGAMA SETINGGI LANGIT 
  Penulis: Pejuang Islam  [18/1/2024]
   
SHALAT SUNNAH & BACA ALQURAN DI RUMAH 
  Penulis: Pejuang Islam  [16/1/2024]
   
HADIAH TERBAIK ADALAH NASEHAT 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/1/2024]
   
PARA PENYAMPAI HADITS NABI 
  Penulis: Pejuang Islam  [8/1/2024]
   
PENASIHAT ITU DIPERCAYA 
  Penulis: Pejuang Islam  [31/12/2023]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Jumat, 26 April 2024
Pukul:  
Online Sekarang: 1 users
Total Hari Ini: 9 users
Total Pengunjung: 5864423 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
GEJOLAK WAHHABI VS SYIAH  
Penulis: Pejuang Islam [ 15/9/2016 ]
 
GEJOLAK WAHHABI VS SYIAH

 Luthfi Bashori

 Dua kelompok Wahhabi dan Syiah, keberadaannya saat ini di dunia adalah minoritas. Kedua kelompok ini sangat agresif dalam merekrut anggota dan simpatisan dari umat Islam, sekalipun dengan segala macam cara tanpa harus melalui etika apapun, mau jujur, mau dusta, mau menipu, mau plagiat, mau money politik, bahkan mereka menghalalkan segala macam cara demi menempuh ambisinya menguasai seluruh umat Islam, mau halal atau haram, mau sopan atau biadab, mau legal atau ilegal, maka metode apapun yang mereka lakukan dianggap sah-sah saja dan tidak menjadi masalah bagi mereka, yang penting dapat menambah anggota dan simpatisan sebanyak-banyaknya.

Kini, baik Wahhabi maupun Syiah keduanya tengah gencar memposisikan diri untuk saling berhadap-hadapan, saling beradu dan saling berlawanan di hadapan publik dengan slogan akan menyelamatkan umat Islam dari kesalahan menurut versi mereka, ibarat pahalawan kesiangan, khususnya dalam upaya mengembangkan propaganda ajaran-ajaran sesatnya, hingga tak jarang di antara keduanya terjadi adu argumen, saling mencaci, saling mengkafirkan, bahkan gesekan fisik hingga upaya pembunuhan dan pengeboman.

Kekejaman dua kelompok ini sering berimbas terhadap siapa saja yang dianggap sebagai lawannya, termasuk warga Ahlus sunnah wal jamaah. Terutama di saat kedua kelompok ini sudah dapat menguasai sebuah tempat yang mereka anggap strategis untuk menyebarkan kesesatan-kesesatan ajarannya.

Adapun dalam adu propaganda dan perebutan simpati bagi kedua kelompok ini, maka yang mereka jadikan sasaran tembak adalah warga Ahlus sunnah wal Jamaah, khususnya dari kalangan awwam agama.

Kedua kelompok ini sama-sama berani memberikan iming-iming dana yang menggiurkan, iming-iming berbagai fasilitas, bea siswa bagi para pelajar, hingga iming-iming kedudukan yang strategis bagi siapa saja yang pro terhadap program-programnya.

Wahhabi adalah kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab dari bangsa Najed Saudi Arabiah, seperti Bin Baz, Bin Shaleh, Utsaimin, Bin Mani`, Shaleh Fauzan dan sebagainya. Umumnya mereka selalu mengklaim diri sebagai golongan Salafi (penerus ulama Salaf), sekalipun ajaran mereka sangat berlawanan dengan pemahaman para Salaf Ahlus sunnah wal Jamaah itu sendiri.

Sedangkan Syiah (dalam hal ini adalah Imamimah) yaitu kelompok yang berafiliasi pemahamannya kepada tokoh-tokoh Persi Iran terutama tokoh spiritual mereka, Khomeini, dan mereka selalu mengklaim diri sebagai madzhab Ahlul bait, sekalipun ajaran-ajarannya sangat bertentangan dengan ajaran ulama Salaf dari kalangan Ahlul bait-nya Nabi SAW itu sendiri.

Ironisnya, masyarakat awwam Indonesia seringkali tidak menyadari, bahwa umat Islam Indonesia itu dijadikan sasaran tembak bagi kedua kelompok ini demi memenuhi ambisi mereka, bahkan program utama kelompok Wahhabi dan Syiah adalah sengaja mengeluarkan umat Islam Indonesia dari ajaran agamanya yang murni dan asli, Sunni Syafi`i, yaitu warisan aqidah yang diajarkan oleh para Walisongo sebagai penyebar agama Islam pertama kali di Indonesia kepada nenek moyang bangsa Indonesia.

Ajaran para Walisongo ini sudah teruji ketegarannya, sejak masa pra penjajahan Belanda dan Jepang hingga masa kemerdekaan RI, yang mana mayoritas masyarakat Indonesia masih berpegang teguh dengan ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan oleh para Walisongo, bahkan hingga saat ini pun jika dihitung-hitung jumlah penghuni planet bumi yang beragama Islam terbesar, adalah kaum muslimin bangsa Indonesia yang masih istiqamah melestarikan ajaran para Walisongo.

Yang jelas agama Islam yang dianut mayoritas bangsa Indonesia adalah Ahlus sunnah wal Jamaah dengan mengikuti fiqih madzhab Syafi`i, bukan ajaran Wahhabi dan bukan ajaran Syiah alias bukan ajaran kedua pendatang baru itu. Karena itu ajaran kedua kelompok sesat ini tidak cocok dan sangat berseberangan dengan norma-norma kesopanan bangsa Indonesia yang terkenal dengan adat ketimurannya.

Salah satu ajaran Wahhabi, adalah sangat gemar mengkafirkan dan menuduh syirik terhadap orang-orang yang ahli ziarah ke makam kuburan kerabatnya, padahal amalan ini termasuk ajaran dasar dari para Walisongo yang sudah mentradisi dan mendarahdaging bagi bangsa Indonesia, khususnya di saat datang Hari Raya Idul Fitri, karena ajaran ziarah ke makam kuburan kerabat itu hakikatnya berdasarkan perintah Nabi SAW.

Salah satu ajaran Syiah Iran, adalah sangat gemar mencaci-maki dan mengkafirkan para Shahabat Nabi SAW serta mengkafirkan istri-istri Nabi SAW khususnya St. `Aisyah. Padahal istri-istri dan para Shahabat Nabi SAW itu termasuk orang-orang panutan dan idola kaum muslimin bangsa Indonesia yang sangat dihormati dan dimuliakan. Ini terbukti banyak sekali nama-nama umat Islam Indonesia yang sengaja diadopsi dari nama-nama para istri Nabi SAW maupun nama-nama para shahabat Nabi SAW sebagai bentuk tabarrukan serta bukti cinta kepada mereka, dan hal semacam ini sudah mendarahdaging bagi bangsa Indonesia.

Karena itu, ajaran kedua kelompok minoritas baik Wahhabi maupun Syiah besutan tokoh-tokoh Najed Saudi Arabiah dan Persi Iran ini sangat tidak cocok dengan kultur bangsa Indonesai. Maka umat Islam Indonesia harus berani mengusir para missionaris dari kedua kelompok Wahhabi dan Syiah ini dari daerah-daerah yang dijadikan sasaran tembak dalam propaganda ajaran sesat mereka.

Dalam menyikapi fenomena ini sebagian ulama Ahlus sunnah mengibaratkan bagi Wahhabi dan Syiah adalah : Ba`ratun tuqsamu qismain (ibarat kotoran sapi dibelah dua).

Bukti keserupaan dan kesamaan antara ajaran Wahhabi dan Syiah adalah dalam masalah Tajsim. Arti tajsim adalah penisbatan adanya anggota tubuh bagi Allah, alias Allah itu diyakini memiliki bentuk tubuh selayaknya manusia (makhluq).

Menurut Wahhabi, Allah itu bertempat di langit, Allah juga naik turun pada tingkatan-tingkatan langit, seperti layaknya manusia bertempat di bumi dan dapat naik turun dari tempat ketinggian ke tempat yang lebih rendah, semisal naik turun di tangga dengan menggunakan kakinya. Karena Allah juga diyakini oleh Wahhabi memiliki mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh seperti anggota tubuh manusia.

Dengan asumsi Wahhabi ini, maka dalam memahami ayat Kullu syai-in haalikun illa wajhah, yang artinya menurut pemahaman umat Islam adalah : Segala sesuatu itu akan rusak (di hari Kiamat) kecuali Dzat Allah, maka pemahaman sempit Wahhabi akan terjerumus pada kesesatan arti : Segala sesuatu itu akan rusak kecuali WAJAH Allah. Lantas apakah mata Allah, tangan Allah, kaki Allah dan seluruh anggota tubuh Allah selain wajah-Nya itu akan rusak? Di sinilah bukti kesesatan pemahaman tajsimnya Wahhabi yang bertentangan dengan aqidah umat Islam.

Sedangkan ajaran Syiah pun meyakini tajsim pada Dzat Allah, sebagaimana yang tertera pada buku KECUALI ALI, karangan Abbas Rais Kermani yang diterbitkan oleh Penerbit Alhuda Jakarta, pada halaman 22, saat Syiah mengklaim pembicaraan Imam Jakfar Shadiq tatkala ditanya tentang arti ayat Kullu syai-in haalikun illa wajhah, maka Imam Jakfar Shadiq menjawab : Segala sesuatu itu akan rusak kecuali WAJAH Allah, dan Wajah Allah itu adalah Ali bin Abi Thalib.

Jadi menurut keyakinan Syiah, bahwa Ali bin Abi Thalib adalah Dzat Allah dalam bentuk manusia. Di sinilah letak kesamaan antara aqidah Syiah dengan aqidah Wahhabi. Maka tidak salah jika dikatakan, antara Wahhabi dan Syiah itu ibarat kotoran sapi dibelah dua.

Bahkan aqidah Syiah ini juga sama dengan keyakinan kaum Nasrani yang mengatakan : Yesus adalah Tuhan dan Tuhan adalah Yesus. Kaum Syiah mengatakan : Ali adalah Allah dan Allah adalah Ali.

Tentu saja hakikat Imam Jakfar Shadiq sebagai Ahli bait Nabi SAW, seorang alim, suci nan bersih dari kesyirikan, tidak akan mengatakan keyakinan semacam itu. Maka hanya pengklaiman pengikut Syiah sesat saja yang menisbatkan keyakinan tajsim terhadap Dzat Allah itu kepada Imam Jakfar Shadiq.

WASPADALAH !!
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: rahman  - Kota: bandung
Tanggal: 26/3/2013
 
Itulah kesesatan WAHABI & SYIAH. Akibatnya yang menjadi korban adalah kalanagan ahlul sunnah wal jamaah. Seperti yang terjadi di suriah. Salah seorang ulama sunni yang terkenal Syaikh Ramadhan Said al-Bhuti tewas akibat konflik politik antara para pemberontak yang kebanyakan dari golongan WAHABI dengan pemerintah yang SYIAH 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semoga Allah melindungi kita dan keluarga kita dari kejahatan Wahhabi dan Syiah.

2.
Pengirim: nur  - Kota: jkt
Tanggal: 26/3/2013
 
ya betul sekali.

contoh konkretnya seperti yang sekarang.
masalah pembunuhan Asy-Syahid Al-Buthi.
wahabi sangat gembira dengan Syahidnya Al-Buthi (yang mereka anggap Syahidnya Al-Buthi adalah mati kafir). sangat terpampang jelas dalam raut muka orang-orang wahabi & situs-situs wahabi
namun syahidnya beliau masih diperiksa, siapa pembunuh sebenarnya.

menurut klaim syiah, para pemberontak salafi yang telah membunuh beliau, karena salafi memang mengicar beliau, karena beliau dalam pandangan salafi, bagaikan musuh dalam selimut, jadi harus dibasmi.

sedangkan menurut klaim wahabi, syiah lah yang membunuh, demi mencari simpati kaum sunni, sehingga kaum sunni membiarkan Syria dipimpin oleh Bashar Assad yang notabene adalah syiah.

awalnya di Syria hanya perang wahabi vs syiah, namun berbuntut panjang hingga mengorbankan banyak sekali korban dari kaum ahlussunnah wal jama'ah 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sebuah kecerobohan jika ada tokoh atau warga NU yang pro terhadap dakwah Wahhabi dan Syiah.

3.
Pengirim: Abu Raihan  - Kota: Palangkaraya
Tanggal: 28/3/2013
 
Bismillah,
Saya yang awam masalah agama ini sangat setuju bahwa Alloh tidaklah sama dengan sesuatu apapun, Alloh tidak sama dengan makhluk ciptaan Nya. Sama sekali berbeda. (kita bisa baca dalam surat Al ikhlas).
Ada beberapa hal kiranya perlu diperiksa kembali bagaimana aqidah orang-orang yang menurut Kyai adalah wahabi, seperti dalam artikel di atas: ".., seperti Bin Baz, Bin Shaleh, Utsaimin, Bin Mani`, Shaleh Fauzan",
sekali lagi mohon diperiksa kembali bagaimana pemahaman beliau-beliau atas nama-nama dan sifat-sifat Alloh, bisa Kyai baca di buku-buku karya beliau, karya beliau-beliau sangat banyak beredar di Indonesia, baik berbahasa arab dan juga yang telah diterjemahkan, bisa kok dibaca, karena bebas dijual. Setelah dibaca, mungkin apabila belum jelas diulangi membacanya,
Saya sependapat dengan Kyai bahwa Alloh TIDAK SAMA DENGAN CIPTANNYA. Dan kita harus meyakini hal tersebut, karena begitulah Alloh menerangkan dalam Al Qur'an. Apabila Alloh menerangkan dalam firmannNya, bahwa Alloh memiliki TANGAN, saya mempercayai itu, apabila Alloh menerangkan bahwa Alloh memiliki wajah, maka saya percaya itu, karena begitulah yang tertuang didalam al Qur'an. Hanya perlu diketahui dan diyakini bahwa TANGAN ALLOH, WAJAH ALLOH, TIDAK SAMA DENGAN TANGAN DAN WAJAH SELURUH MAKHLUKNYA, TIDAKLAH SAMA DENGAN TANGAN DAN WAJAH CIPTAAN ALLOH.
Apakah pendapat/ keyakinan/ aqidah seperti ini namanya menyerupakan Alloh dengan ciptaanya? Bukankah beliau-beliau (yang menurut Kyai adalah wahabi) sangat menentang pendapat bahwa Alloh sama dengan Maklhuk Nya? Lantas kesesatan yang manakah itu?
Semoga kita semua mendapat hidayah dari Alloh, jazakallohu khoiran wa barokallohu fiikum. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sebelumnya mohon maaf, Sdr. Abu Raihan ini apa termasuk yang meyakini Allah itu ada tanpa tempat, sebagaimana aqidah umat Islam, atau meyakini adanya Allah itu berada di langit seperti keyakinan sesat kaum Wahhabi ?

Untuk dicermati, kami nukilkan beberapa tulisan tokoh-tokoh panutan kaum Wahhabi berikut :

> Ibnu Taimiyah tokoh rujukan Wahhabi berkomentar mempertegas akidah tajsim ini dengan mengatakan:

فقد حدّث العلماء المرضيون وأولياؤه المقبولون أنّ محمداً رسول الله صلى الله عليه وسلم يجلسه ربه على العرش معه روى ذلك محمد بن فضيل ، عن ليث ، عن مجاهد في تفسير : (عسى أنْ يَبْعَثَكَ رَبُكَ مَقَاماً مَحْمُوداً ) ، وذكر ذلك من وجوه أخرى مرفوعة وغير مرفوعة ، قال ابن جرير : وليس هذا مناقضاً لما استفاضت به الأحاديث من أنّ المقام المحمود هو الشفاعة باتفاق الأئمة من جميع من ينتحل الإسلام ويدعيه ، لا يقول أنّ إجلاسه على العرش منكراً ، وإنما أنكره بعض الجهمية ولا ذكره في تفسير الآية منكر

Para ulama yang telah diridhai (diterima keulamaannya) dan para wali-wali Allah yang diterima telah menyebutkan bahwa Muhammad Rasululah SAW telah didudukkan oleh Tuhannya di atas Arsy bersandingan bersama-Nya. Pernyataan itu telah disampaikan oleh Muhammad ibn Fudhail dari Laits dari Mujahid tentang tafsir ayat yang artinya : “mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” Pendapat/tafsiran itu telah disebutkan dari jalur-jalur lain yang bersambung kepada Nabi dan yang tidak bersambung kepada Nabi. Ibnu Jarir berkata, “Tidaklah hal ini bertentangan dengan apa yang telah beredar dengan banyak dalam hadis-hadis bahwa Maqam mahmud yang dimaksud adalah maqam Syafa’at berdasarkan kesepakatan para imam dari seluruh umat Islam dan tidaklah didudukknnya Nabi di atas Arsy itu sesuatu yang mungkar. Hanya saja sebagian penganut faham Jahmiyah mengingkarinya dan juga mengingkarinya orang yang tidak menyebutkannya dalam tafsir ayat itu.” (Majmu' Fatawa Ibn Taimiyah, 4/374).

> Adz Dzahabi juga berkata:
Berkata Abu Shafwan al Umawi Abdullah bin Sa'id bin Abdul Malik bin Marwan, Yunus bin Yazid menyampaikan hadis kepada kami dari Zuhri dari Ibnu Musayyib dari Ka’ab al Ahbâr, ia berkata, “Allah berfirman dalam Taurat:
أنا اللهُ فوقَ عبادي ، و عرشِي فوقَ جميعِ خلقِي، و أنا على عرشِي أدَبِّرُ عبادي و لا يخفى عليَّ شيئٌ في السماء و لا في الأرضِ.
“Akulah Allah di atas hamba-hamba-Ku dan Arsy-Ku di atas seluruh makhluk-Ku dan Aku berada di atas Asry-Ku mengatur hamba-hamba-Ku dan tidaklah samar atas-Ku sesuatu apapun di langit maupun di bumi.”
Adz Dzahabi berkata, “Para parawinya adalah tsiqat/jujur terpercaya.”

Inilah akidah kebanggan kaum Mujassimah yang sekarang diwarisi oleh para penganut sekte Wahhabi Salafi yang atasnya mereka tak segan-segan mengkafirkan siapapun yang tidak berakidah seperti akidah mereka!

Ternyata akidah itu adalah diambil dari seorang pendeta Yahudi yang siang malam aktif meracuni umat Islam dengan ocehan kesesatan ajaran Yahudi yang di atas-namakan Taurat!

Antara faham Wahhabi adalah bahwa Allah itu duduk bersemanyam di atas 'Arasy sebagaimana yang terkandung dalam ayat Al-Quran. Wahhabi juga berpendapat Allah duduk di langit dan melihat sekeliling tempat duduk-Nya

Adakah anda berfahaman sedemikian juga atau anda berfahaman bahwa ayat-ayat tersebut perlu ditakwil dan duduk di 'Arasy bermakna menguasai 'Arasy.

Bacalah tulisan di bawah ini dan fikirkanlah sendiri:

Al-Hafizh Ahmad bin Muhammad bin al-Shiddiq al-Ghumari al-Hasani adalah ulama ahli hadits yang terakhir menyandang gelar al-hafizh (gelar kesarjanaan tertinggi dalam bidang ilmu hadits). Ia memiliki kisah perdebatan yang sangat menarik dengan kaum Wahhabi. Dalam kitabnya, Ju’nat al-’Aththar, sebuah autobiografi yang melaporkan perjalanan hidupnya, beliau mencatat kisah berikut ini.

“Pada tahun 1356 H ketika saya menunaikan ibadah haji, saya berkumpul dengan tiga orang ulama Wahhabi di rumah Syaikh Abdullah al-Shani’ di Mekkah yang juga ulama Wahhabi dari Najd.

Dalam pembicaraan itu, mereka menampilkan seolah-olah mereka ahli hadits, amaliahnya sesuai dengan hadits dan anti taklid. Tanpa terasa, pembicaraan pun masuk pada soal penetapan ketinggian tempat Allah subhanahu wa ta‘ala dan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala itu ada di atas ‘Arasy sesuai dengan ideologi Wahhabi.

Mereka menyebutkan beberapa ayat al-Qur’an yang secara literal (zhahir) mengarah pada pengertian bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala itu ada di atas ‘Arasy sesuai keyakinan mereka.
Akhirnya saya (al-Ghumari) berkata kepada mereka: “Apakah ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi termasuk bagian dari al-Qur’an?” Wahhabi menjawab: “Ya.”

Saya berkata: “Apakah meyakini apa yang menjadi maksud ayat-ayat tersebut dihukumi wajib?” Wahhabi menjawab: “Ya.”

Saya berkata: “Bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta‘ala: وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ. (الحديد : ٤). “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” (QS. al-Hadid : 4). Apakah ini termasuk al-Qur’an?” Wahhabi tersebut menjawab: “Ya, termasuk al-Qur’an.”

Saya berkata: “Bagaimana dengan firman Allah subhanahu wa ta‘ala: مَا يَكُوْنُ مِنْ نَجْوَى ثَلاَثَةٍ إِلاَّ وَهُوَ رَابِعُهُمْ. (المجادلة : ٧). “Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya….” (QS. al-Mujadilah : 7). Apakah ayat ini termasuk al-Qur’an juga?” Wahhabi itu menjawab: “Ya, termasuk al-Qur’an.”

Saya berkata: “(Kedua ayat ini menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala tidak ada di langit). Mengapa Anda menganggap ayat-ayat yang Anda sebutkan tadi yang menurut asumsi Anda menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala ada di langit lebih utama untuk diyakini dari pada kedua ayat yang saya sebutkan yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala tidak ada di langit? Padahal kesemuanya juga dari Allah subhanahu wa ta‘ala?”

Wahhabi itu menjawab: “Imam Ahmad mengatakan demikian.” Saya berkata kepada mereka: “Mengapa kalian taklid kepada Ahmad dan tidak mengikuti dalil?” Tiga ulama Wahhabi itu pun terbungkam. Tidak ada satu kalimat pun keluar dari mulut mereka.

Sebenarnya saya menunggu jawaban mereka, bahwa ayat-ayat yang saya sebutkan tadi harus dita’wil, sementara ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala ada di langit tidak boleh dita’wil.

Seandainya mereka menjawab demikian, tentu saja saya akan bertanya kepada mereka, siapa yang mewajibkan menta’wil ayat-ayat yang saya sebutkan dan melarang menta’wil ayat-ayat yang kalian sebutkan tadi?

Seandainya mereka mengklaim adanya ijma’ ulama yang mengharuskan menta’wil ayat-ayat yang saya sebutkan tadi, tentu saja saya akan menceritakan kepada mereka informasi beberapa ulama seperti al-Hafizh Ibn Hajar tentang ijma’ ulama salaf untuk tidak menta’wil semua ayat-ayat sifat dalam al-Qur’an, bahkan yang wajib harus mengikuti pendekatan tafwidh (menyerahkan pengertiannya kepada Allah subhanahu wa ta‘ala).”

Demikian kisah al-Imam al-Hafizh Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari dengan tiga ulama terhebat kaum Wahhabi.



4.
Pengirim: Khofy alQuthfby  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 30/3/2013
 
Pengirim: Abu Raihan - Kota: Palangkaraya
Tanggal: 28/3/2013

Bismillah,
Saya yang awam masalah agama ini sangat setuju bahwa Alloh tidaklah sama dengan sesuatu apapun, Alloh tidak sama dengan makhluk ciptaan Nya. Sama sekali berbeda. (kita bisa baca dalam surat Al ikhlas).
Ada beberapa hal kiranya perlu diperiksa kembali bagaimana aqidah orang-orang yang menurut Kyai adalah wahabi, seperti dalam artikel di atas: ".., seperti Bin Baz, Bin Shaleh, Utsaimin, Bin Mani`, Shaleh Fauzan",
sekali lagi mohon diperiksa kembali bagaimana pemahaman beliau-beliau atas nama-nama dan sifat-sifat Alloh, bisa Kyai baca di buku-buku karya beliau, karya beliau-beliau sangat banyak beredar di Indonesia, baik berbahasa arab dan juga yang telah diterjemahkan, bisa kok dibaca, karena bebas dijual. Setelah dibaca, mungkin apabila belum jelas diulangi membacanya,
Saya sependapat dengan Kyai bahwa Alloh TIDAK SAMA DENGAN CIPTANNYA. Dan kita harus meyakini hal tersebut, karena begitulah Alloh menerangkan dalam Al Qur'an. Apabila Alloh menerangkan dalam firmannNya, bahwa Alloh memiliki TANGAN, saya mempercayai itu, apabila Alloh menerangkan bahwa Alloh memiliki wajah, maka saya percaya itu, karena begitulah yang tertuang didalam al Qur'an. Hanya perlu diketahui dan diyakini bahwa TANGAN ALLOH, WAJAH ALLOH, TIDAK SAMA DENGAN TANGAN DAN WAJAH SELURUH MAKHLUKNYA, TIDAKLAH SAMA DENGAN TANGAN DAN WAJAH CIPTAAN ALLOH.
Apakah pendapat/ keyakinan/ aqidah seperti ini namanya menyerupakan Alloh dengan ciptaanya? Bukankah beliau-beliau (yang menurut Kyai adalah wahabi) sangat menentang pendapat bahwa Alloh sama dengan Maklhuk Nya? Lantas kesesatan yang manakah itu?
Semoga kita semua mendapat hidayah dari Alloh, jazakallohu khoiran wa barokallohu fiikum

===================
Yang perlu saya ingatkan kepada Abu Raihan adalah bahwa bahasa didalam quran itu tidak bisa serta merta langsung diartikan secata literal & tekstual. Itu mengapa ahli hadist sekaliber Imam Bukhari mentakwil wajah Alloh dengan kekuasaanNya. Dan ketika Imam Bukhari melakukan takwil terhadap frasa “Wajah Alloh” dengan “KekuasaanNya”, rupanya ada tokoh Wahhabi yg lagi galau dan sensitive yakni al Albani. Didalam kitabnya, al Albani mengkafirkan al Bukhari.

Kenapa al Bukhari tidak berpendapat seperti anda bahwa TANGAN ALLOH, WAJAH ALLOH, TIDAK SAMA DENGAN TANGAN DAN WAJAH SELURUH MAKHLUKNYA, TIDAKLAH SAMA DENGAN TANGAN DAN WAJAH CIPTAAN ALLOH ???

Ayat-Ayat yang seolah-olah menyatakan Alloh mempunyai tangan, wajah, dll. itu adalah ayat mutasyabihat. Dan sepertinya anda itu gemar sekali mengikuti teks mutasyabihat.

Baik, tidak perlu terlalu mendalam untuk menyadarkan anda. Saya kasih contoh mungil saja:
Didalam menyikapi ayat mutasyabihat, para ulama memakai 2 pendekatan yakni tawfidzh dan ta’wil. Madzhab takwil yaitu menakwilkan ayat/hadist tasybih sesuai dg keesaan dan keagungan Allah swt, dan madzhab ini arjah (lebih baik untuk diikuti) karena terdapat penjelasan dan menghilangkan awhaam (khayalan dan syak wasangka) pada muslimin umumnya, sebagaimana Imam Syafii, Imam Bukhari,Imam Nawawi dll. (syarah Jauharat Attauhid oleh Imam Baajuri). Pendapat ini juga terdapat dalam Al Qur’an dan sunnah, juga banyak dipakai oleh para sahabat, tabiin dan imam imam ahlussunnah waljamaah.
Ini saya kasih contoh firmanNya, seperti ayat :
”Nasuullaha fanasiahum” (mereka melupakan Allah maka Allah pun lupa dengan mereka) (QS. Attaubah: 67), dan ayat : ”Innaa nasiinaakum”. (sungguh kami telah lupa pada kalian (QS. Assajdah: 14).
Dengan ayat ini kita tidak bisa menyifatkan sifat lupa kepada Allah walaupun tercantum dalam Alqur’an, dan kita tidak boleh mengatakan Allah punya sifat lupa, tapi berbeda dg sifat lupa pada diri makhluk, karena Allah berfirman : ”dan tiadalah tuhanmu itu lupa” (QS Maryam 64)
Apakah bisa difahami?
Belajar dulu membedakan teks mutsyabihat dan yang non mutasyabihat biar aham agama ya. Kalo ndak, mondok saja di markas Pejuang Islam di Ribath al Murtadla di Singosari - Malang
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Abu Raihan, perlu membaca komentar ini untuk menambah wawasan keagamaannya.

5.
Pengirim: Ahmad alQuthfby  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 30/3/2013
 
Firman Nya : ”Maha Suci Tuhan Mu Tuhan Yang Maha Memiliki Kemegahan dari apa apa yg mereka sifatkan, maka salam sejahtera lah bagi para Rasul, dan segala puji atas tuhan sekalian alam” . (QS Asshaffat 180-182).

 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sayangnya kaum Wahhabi kurang memahami ayat ini secara baik dan benar.

6.
Pengirim: hafid Muhsin  - Kota: Tj. Pinang
Tanggal: 2/4/2013
 
Dari apa yg sy pahami bahwa dalam menghadapai ayat2 mutasyabihat sebaiknya kita tafwidh, kita pasrahkan pada yg dawuh apa yg dikehendaki-NYA, amanna kullun min 'indi Robbina. Nah ketika mulai terserang virus tasybih gunakan "obat" takwil secukupnya. Tapi yg sy heran tafwidh tak mau takwil apa lg. maunya main dhohir sj. Dan ini tentu bisa membingungkan. Kisah yg disampaikan syekh al-Ghumary bisa menggambarkan bagaimana kebingunagan dalam mengahadapi ayat dan hadits yg begitu banyak mengandung unsur mutasyabihat. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Tafwidh adalah salah satu aqidah ulama Aswaja disamping Takwil.

Yang jadi masalah, kaum Wahhabi itu bukan ahli tafwidh, namum termasuk kelompok Mujassim dengan meyakini dalil sesuai dhahir lafadznya. Coba cermati :

Disebutkan dalam kitab andalan Wahhabi, Majmu'ul Fatawa karangan Syeikh Ibnu Taimiyah, sbb :

Jika Allah duduk di atas kursi, maka terdengarlah suara-suara saat duduk sebagaimana suara penungang binatang tunggangan karena beratnya.
(Juz 4, hal 374, dicetak di Riyadh th 1993, penerbit Darul 'Ashimah, dita'liq oleh Muhmmad Alkhamis).

7.
Pengirim: herman  - Kota: Bogor
Tanggal: 2/4/2013
 
Assalamualaikum,
Ustadz Lutfi yang saya cintai karena Allah, mohon maaf saya mau ikut diskusi.

Yang saya tahu akidah salaf itu (menetapkan sifat allah tanpa takwil, takyif, ta'til) merupakan akidah imam ahmad bin hanbal. namun kita tidak pernah menemukan dalam riwayat perselisihan antara Imam syafei dan Iman ahmad di dalam penetapan sifat allah subhanahu wataala, begitu pula imam Sufyan bin uyainah, Imam ishaq bin rahawaih tidak pernah mendebat Imam ahmad untuk metode penetapan sifat Allah ini. Seperti perkataan yang masyur dari Imam Malik bin anas (guru dari imam Syafei) : adapun istiwanya allah adalah benar, kaifiatnya tidak diketahui dan menanyakan "bagaimana" "caranya" adalah Bid'ah. Menurut saya tahu di dalam madzhab ahlul sunnah wal jamaah memililki 2 metode: 1. Metode salaf : Menetapkan sifat allah di dalam alquran dan sunnah tanpa takwil, takyif dan tahrif. 2. Metode khalaf (ahli kalam) menetapkan sifat allah dengan melakukan takwil.
kedua metode itu sama-sama bertujuan mengtauhidkan allah dan mengsucikan allah dari penyamaan dengan mahluk.
Jadi saya pikir perdebatan kedua kubu ahlul sunnah yang sudah berlangsung lebih dari 500 thn sebaiknya tidak usah diperpanjang, biarlah individu aswaja yang bebas memilih mau pake metode yang mana. Contohnya, Imam syaikh abdul qadir aljailani al hanbali, Imam Ibnu qudamah al maqdisi, Imam Ibnu Katsir as-syafiiyah, Imam Ibnu Rajab al hanbali memakai metode salaf, tetapi Imam Nawawi as-syafiiyah, Imam Ibnu hajar al asqolani, Imam as suyuthi yang memilih metode khalaf tetap menganggap imam2 yang memilih metode salaf sebagai ahlul sunnah waljamaah. Jadi ini masalah ijtihad, kebenaran mutlak wallahu a'lam hanya allah dan rasulullah yang tahu. Yang penting mau salaf atau khalaf harus sama-sama berjuang menghadapi kristenisasi, yahudisasi, khomenisasi/syiahsisasi, liberal, sekuler.
Demikian ustad lutfi opini saya. Tak lupa kita sama-sama berdoa kepada Allah agar ustadz lutfi dan ustadz aswaja yang lain tetap dalam lindungan Allah untuk bisa tetap menjaga ahlul sunnah dari Yahudi, kristen, Syiah, Sekuler. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sekedar saran, mohon doanya ditambahi dikit :

(Tak lupa kita sama-sama berdoa kepada Allah agar ustadz lutfi dan ustadz aswaja yang lain tetap dalam lindungan Allah untuk bisa tetap menjaga ahlul sunnah dari Yahudi, kristen, Syiah, Sekuler dan WAHHABI).

Catatan kami sbb :
Aswaja tidak mengingkari aqidah Tafwidh seperti juga tidak mengingkari aqidah Takwil, tapi Aswaja jelas-jelas mengingkari aqidah Tajsim model Wahhabi yang memaknai dalil ayat/hadits dengan dhahir lafadznya atau secara tekstual dalil semata.

Buktinya di dalam kitab Addarimi (ini bukan nama ulama Sunni Ahli hadits) disebutkan:

'ALLAH TURUN DARI ARSY KE KURSI-NYA'.

(halaman 73, terbitan Darul Kutub Al-ilmiyah yang dita'liq oleh Muhammad Hamid Alfaqiy).

Kalimat ini memberi arti, bahwa Allah itu terkadang bertempat di Arsy dan terkadang turun untuk duduk di kursi-Nya, jadi digambarkan Allah itu sering naik-turun dari satu tempat di langit ke tempat yang lain, seperti layaknya manusia yang sering naik-turun dari satu tempat ke tempat yang lain pula di muka bumi.

Makanya kami sindir dalam artikel kami di atas tentang kesesatan aqidah tajsimnya kaum Wahhabi yang tidak jauh berbeda dengan Tajsimnya kaum Syiah Imamiyah.


8.
Pengirim: Abu Raihan  - Kota: Palangkaraya
Tanggal: 6/4/2013
 
Bismillah,
Assalamu 'alaikum Kyai,
sungguh saya hanya meng-imani apa-apa yang di firmankan Alloh dalam Al Qur'an dan yang dijelaskan Rosululloh (dalam al Hadist). Saya mutlak beriman terhadap keduanya. Karena Rosululloh tidak melakukan takwil atas firman Alloh maka saya ber iman atas hal itu. Sungguh saya rujuk dengan apa-apa yang diterangkan para ulama, sepanjang yang diterangkan para ulama tersebut selaras dengan Al Qur'an dan Al Hadist (mohon maaf Kyai dengan ucapan saya seperti itu bukan berarti merendahkan para ulama, sekali-kali tidak, saya sangat menghormati dan mencintai para ulama seperti al-Hafizh Ibn Hajar, semoga Alloh melimpahkan rahmat atas beliau). Saya meyakini kebenaran semua kandungan Al Qur'an, diantaranya Surat Al Maidah ayat (3), bahwa Alloh telah menyatakan KESEMPURNAAN AKAN AGAMA INI. Sungguh Alloh yang menyatakan kesempurnaan agama ini. Juga Rosululloh telah menerangkan semua urusan agama ini kepada kita, kepada umatnya, apalagi urusan yang sangat besar, yaitu AQIDAH. Rosululloh telah menerangkan hal yang kelihatannya kecil, kelihatannya sepele, seperti urusan ke kamar kecil, dan pastinya urusan yang SANGAT MENDASAR, SANGAT AGUNG, yaitu AQIDAH, pastilah Rosululloh telah menerangkan kepada kita, dan APA-APA YANG ROSULULLOH TERANGKAN ITULAH YANG SAYA YAKINI. Jadi kiranya kurang relevan pertanyaan Kyia, : "Sebelumnya mohon maaf, Sdr. Abu Raihan ini apa termasuk yang meyakini Allah itu ada tanpa tempat, sebagaimana aqidah umat Islam, atau meyakini adanya Allah itu berada di langit seperti keyakinan sesat kaum Wahhabi ?".
Karena keyakinan saya itu TIDAK BERDASARKAN KEYAKINAN WAHABI, TETAPI KEYAKINAN ATAS FIRMAN ALLOH DAN SABDA ROSULULLOH, Sekian, mohon maaf Kyai, Semoga Alloh memberikan kepada kita hidayah untuk mampu memahami kebenaran dan mampu istiqomah atasnya. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
1. Tidak ada seorang muslimpun yang mengingkari bahwa Allah dan Rasulullah SAW itu mengajarkan agama Islam ini sudah sangat sempurna. Namun, dalam kesempurnaan itu Rasulullah SAW juga memerintah ummat dengan : Alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaa-ir raasyidiina min ba'dii (Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah/pengganti yg bijak setelah aku tiada). Lantas bagaimana cara akhi memahami perintah ini, bolehkah kita mengamalkan atau meyakini sebuah permasalahan tidak berdasarkan TEKSTUAL Alquran & Hadits Nabawi, namun berdasarkan ajaran/amalan/keyakinan Sy. Abu Bakar, Sy. Umar, Sy. Utsman dan Sy. Ali? Karena beliau2 itu jauh lebih paham terhadap maknawiyah Alquran dan Hadits itu sendiri dari pada kita.

2. Bagaimana pula cara akhi menerjemahkan peristiwa Sy. Muadz bin Jabal saat akan diutus oleh Nabi SAW menjadi Gubernur Yaman. Lantas Nabi SAW bertanya yg intinya: Hai Mu'adz, dengan dasar apakah engkau akan menghukumi sesuatu, jika engkau tidak menemukan rujukannya dari Alquran maupun Hadits? Maka Sy. Muadz bin Jabal menjawab : Dengan segenap IJTIHAD dari akal pikiranku...! Lantas Nabi SAW mendoakan kemaslahatan Sy. Muadz bin Jabal.

3. Perlu akhi pahami bahwa dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat, maka para ulama Salaf dan Khalaf Aswaja itu menerapkap aqidah TAFWIDH dan TAKWIL, namun bukan aqidah TAJSIM.

Tafwidh adalah menyerahkan sepenuhnya pemahaman tentang ayat itu kepada Allah tanpa dipikir ulang dan tanpa dibahas lagi serta tanpa digambarkan/dibayangkan.

Takwil adalah berusaha memahami ayat itu sesuai dengan kemampuan ijtihad para ulama ahli ijtihad, namun tidak bertentangan dengan ayat-ayat muhkamat.

Tajsim adalah paham kaum mujassimat yang menisbatkan adanya anggota tubuh kepada Dzat Allah, lantaran terjebak metode memahami (ayat) hanya sesuai DHAHIR/TEKSTUAL ayatnya saja, akibatnya mereka menganggap keberadaan Allah itu membutuhkan TEMPAT, padahal TEMPAT itu sendiri adalah makhluq ciptaan Allah. Aqidah Tajsim ini menjadi salah satu trade merknya kaum Wahhabi. Aqidah Tajsim ini termasuk pemahaman sesat, karena menyerupakan Allah dengan makhluqnya, sedangkan Allah berfirman : Laisa kamitslihi syaiun.

Mudah-mudahan akhi dapat memahaminya.

9.
Pengirim: Abu Huffadz  - Kota: Situbondo
Tanggal: 10/4/2013
 
Apakah Habaib yang syiah adalah kafir ? murtad ? 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Siapapun orangnya, jika meyakini bahwa Sy. Ali itu adalah Allah, dan Allah adalah Sy. Ali maka orang tersebut telah musyrik kpd Allah dan perbuatannya itu menyebabkan kemurtadan. Jika ada habaib yang masuk Syiah karena keawamannya terhadap ajaran Islam, mudah2an saja segera bertobat dengan mengikuti langkah para datuknya dalam menjalankan ajaran Islam Ahlus sunnah wal jamaah.

10.
Pengirim: Abu Raihan  - Kota: Palangkaraya
Tanggal: 10/4/2013
 
Bismillah,
Assalamu alaikum warohmatullohi wabarokatuh,
Mohon maaf, karena kesibukan mencari nafkah saya jarang buka web site.
Saya tertarik dengan pernyataan Kyai berikut : "1. Tidak ada seorang muslimpun yang mengingkari bahwa Allah dan Rasulullah SAW itu mengajarkan agama Islam ini sudah sangat sempurna. Namun, dalam kesempurnaan itu Rasulullah SAW juga memerintah ummat dengan : Alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaa-ir raasyidiina min ba'dii (Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah/pengganti yg bijak setelah aku tiada). Lantas bagaimana cara akhi memahami perintah ini, bolehkah kita mengamalkan atau meyakini sebuah permasalahan tidak berdasarkan TEKSTUAL Alquran & Hadits Nabawi, namun berdasarkan ajaran/amalan/keyakinan Sy. Abu Bakar, Sy. Umar, Sy. Utsman dan Sy. Ali? Karena beliau2 itu jauh lebih paham terhadap maknawiyah Alquran dan Hadits itu sendiri dari pada kita."
Karena semangat meneladani sahabat (karena sahabatlah yang paling baik akidahnya, yang paling bagus amaliyahnya, pastinya setelah Rosululloh, juga karena sahabat langsung di bawah bimbingan Rosululloh), maka sangat tepatlah cara beragama yang seperti itu, mengapa? Ya, memang demikianlah yang diperintahkan Alloh dibeberapa ayat Al Qur'an, diantaranya,
kita diperintahkan mengikuti kaum muslimin, dari kalangan muhajirin wal anshor, Alloh ridho atasnya dan mereka ridho kepada Alloh. Dengan mengikuti cara beragama para sahabat inilah kita diperintahkan Alloh untuk mengikutinya.
Kembali kepada artikel Kyai tersebut di atas, mungkin dapat disebutkan aqidah sahabat yang mengingkari bahwa Alloh ber istiwa di atas langit, atau seperti sabda baginda Rosululloh bahwa Alloh akan menggulung langit dunia dengan tangan kananNya, sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori. Apakah para sahabat menyatakan bahwa Alloh akan menggulung langit dengan KEKUASAANNYA, dan bukan dengan TANGAN KANANNYA?
Sungguh karena semangat meneladani Sahabat Rosululloh tersebutlah maka saya MEYAKINI BAHWA ALLOH AKAN MENGGULUNG LANGIT DUNIA DENGAN TANGAN KANANNYA. Konsekuensi logis dari hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori tersebut, maka saya yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Alloh memiliki TANGAN KANAN, "hanya saya JUGA MEYAKINI DENGAN SEYAKIN-YAKINNYA BAHWA TANGAN KANAN ALLOH TIDAK SAMA DENGAN TANGAN SAYA, TIDAK SAMA DENGAN TANGAN MANUSIA, TIDAK SAMA DENGAN TANGAN SELURUH MAKHLUK NYA".
Demikianlah Kyai faham saya, yang mana saya mengikuti faham para sahabat Rosululloh, Semoga Alloh membimbing kita dalam meniti kebenaran dan istiqomah di atas kebenaran tersebut. Barokallohufikum. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Ya akhi Abu Roihan, anda tidak menjawab pertanyaan ringan kami, tapi anda sengaja mutar-mutar mengalihkan pembicaraan, mau ngeles (menghindar) yaa ? Coba jawab dulu pertanyaan inti kami kepada anda: Apakah anda meyakini keberadaan Allah itu MENETAP DI LANGIT, seperti yang menjadi keyakinan baku kaum Wahhabi? Atau meyakini bahwa Allah itu ADA TANPA TEMPAT, seperti keyakinan umat Islam?
Maaf, kalau anda tidak menjawab pertanyaan kami ini secara to the poin, dan jawaban anda ternyata mutar2 ngeles, maka tidak akan kami posting. Kami tunggu jawaban anda.

11.
Pengirim: Herman  - Kota: Bogor
Tanggal: 11/4/2013
 
Assalamualaikum Ustadz Lutfi,
Saya pikir buang-buang waktu saja ustadz lutfi berdiskusi dengan akhi Abu Rayhan.
Seperti yang pernah saya posting, mazhab ahlul sunnah memiliki 2 metode:
1. Mazhab salaf: Memahami ayat mutasyabih tanpa takwil, takhrif dan ta'til (shahabat, tabiin dan tabiut tabiin)
2. Asyariah (ulama muktahirrin) dengan menakwilkan ayat mutasyabih. Kita lihat saja 2 ulama yang sejaman: Imam Ibnu Hajar asqolani (asyariah) dan Imam Ibnu Rajab al hambali (salaf). Keduanya nggak pernah ribut masalah akidah ini, ini semua bukannya berasal dari ijtihad? yang pengting khan sama2 ahlul sunnah wal jamaah. Kebenaran mutlak biarlah Allah yang menentukan.

Waalaikum salam. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami juga sudah memposting keyakinan kami sebagai penganut Aswaja, kami beraqidahkan tafwidh dan takwil, tentunya sesuai pemahaman Salaf. Namun kami bukan penganut Tajsim. Jika Abu Roihan ingin 'bermain-main' diskusi dengan kami, maka akan kami respon dg baik asalkan dia tidak berbelit2 saat menjawab. Pertanyaan kami kan cuma ringan: Apakah Abu Roihan itu meyakini : Allah itu bertempat di langit, atau meyakini bahwa Allah itu ada tanpa tempat? Mudah2an dia gentle mau menjawabnya dan tidak mutar2.

12.
Pengirim: herman  - Kota: Bogor
Tanggal: 11/4/2013
 
Assalamualaikum Akhi Abu Rayhan,

Insya Allah akhi telah membaca balasan dari Ustadz Luthfi. Saya pikir akhi jawab saja pertanyaan dari Ustadz Luthfi, apalagi kalau akhi mempunyai dalil hujjah yang kuat dari pemahaman salaf. Insya Allah diskusi akan berjalan dengan damai dalam persaudaraan islam (khan sama2 ahlul sunnah).

Biar orang SYIAH sesat bisa belajar dari Aswaja bagaimana berdebat/berdiskusi yang santun tanpa melupakan adab.

Waalaikum salam. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan jawaban dari Abu Roihan tidak melebar ke sana kemari.

13.
Pengirim: ahmad alquthfby  - Kota: probolinggo
Tanggal: 12/4/2013
 
Mohon maaf, karena kesibukan mencari nafkah saya jarang buka web site.
Saya tertarik dengan pernyataan Kyai berikut : "1. Tidak ada seorang muslimpun yang mengingkari bahwa Allah dan Rasulullah SAW itu mengajarkan agama Islam ini sudah sangat sempurna. Namun, dalam kesempurnaan itu Rasulullah SAW juga memerintah ummat dengan : Alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaa-ir raasyidiina min ba'dii (Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah/pengganti yg bijak setelah aku tiada). Lantas bagaimana cara akhi memahami perintah ini, bolehkah kita mengamalkan atau meyakini sebuah permasalahan tidak berdasarkan TEKSTUAL Alquran & Hadits Nabawi, namun berdasarkan ajaran/amalan/keyakinan Sy. Abu Bakar, Sy. Umar, Sy. Utsman dan Sy. Ali? Karena beliau2 itu jauh lebih paham terhadap maknawiyah Alquran dan Hadits itu sendiri dari pada kita."
Karena semangat meneladani sahabat (karena sahabatlah yang paling baik akidahnya, yang paling bagus amaliyahnya, pastinya setelah Rosululloh, juga karena sahabat langsung di bawah bimbingan Rosululloh), maka sangat tepatlah cara beragama yang seperti itu, mengapa? Ya, memang demikianlah yang diperintahkan Alloh dibeberapa ayat Al Qur'an, diantaranya,
kita diperintahkan mengikuti kaum muslimin, dari kalangan muhajirin wal anshor, Alloh ridho atasnya dan mereka ridho kepada Alloh. Dengan mengikuti cara beragama para sahabat inilah kita diperintahkan Alloh untuk mengikutinya.
Kembali kepada artikel Kyai tersebut di atas, mungkin dapat disebutkan aqidah sahabat yang mengingkari bahwa Alloh ber istiwa di atas langit, atau seperti sabda baginda Rosululloh bahwa Alloh akan menggulung langit dunia dengan tangan kananNya, sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori. Apakah para sahabat menyatakan bahwa Alloh akan menggulung langit dengan KEKUASAANNYA, dan bukan dengan TANGAN KANANNYA?
Sungguh karena semangat meneladani Sahabat Rosululloh tersebutlah maka saya MEYAKINI BAHWA ALLOH AKAN MENGGULUNG LANGIT DUNIA DENGAN TANGAN KANANNYA. Konsekuensi logis dari hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori tersebut, maka saya yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa Alloh memiliki TANGAN KANAN, "hanya saya JUGA MEYAKINI DENGAN SEYAKIN-YAKINNYA BAHWA TANGAN KANAN ALLOH TIDAK SAMA DENGAN TANGAN SAYA, TIDAK SAMA DENGAN TANGAN MANUSIA, TIDAK SAMA DENGAN TANGAN SELURUH MAKHLUK NYA".
Demikianlah Kyai faham saya, yang mana saya mengikuti faham para sahabat Rosululloh, Semoga Alloh membimbing kita dalam meniti kebenaran dan istiqomah di atas kebenaran tersebut. Barokallohufikum.

=======================
Saya ulang kembali mas abu raihan, dijawba ya …. :
Bagaimana pendapat anda terhadap ta’wil yang dilakukan oleh Imam Bukhari???
Apakah menurut anda Imam Bukhari ingkar terhadap faham para sahabat Rasululloh?
Tradisi ta’wil sudah biasa dilakukan oleh ulama salaf. Salah satunya adalah ta’wil yang dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal atas ayat wa ja’a rabbuka wal malaku shaffan-shaffa (QS. al-Fajr : 22). Imam Ahmad mentakwil ayat tersebut dengan ja’a tsawabuhu wa qhadha’uhu (datangnya pahala dan ketetapan Allah subhanahu wa ta‘ala).

Saya juga mau tanya gimana pendapat abu raihan terhadap ayat ”Nasuullaha fanasiahum” (mereka melupakan Allah maka Allah pun lupa dengan mereka) (QS. Attaubah: 67), dan ayat : ”Innaa nasiinaakum”. (sungguh kami telah lupa pada kalian (QS. Assajdah: 14).
Apakah menurut anda, Allah punya sifat lupa, tapi berbeda dg sifat lupa pada diri makhluk?

 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Respon Sdr. Ahmad Alquthfby Ini juga perlu dijawab oleh Akhi Abu Roihan.

Namun yang terpenting adalah menjawab pertanyaan kami terlebih dahulu. Apakah Akhi Abu Roihan meyakini bahwa keberadaan Allah itu ada di langit, seperti keyakinan kaum Wahhabi? Atau meyakini bahwa Allah itu Ada Tanpa Tempat, karena tempat itu adalah makhluq ciptaan Allah juga? Keyakinan seperti inilah aqidah baku umat Islam.

14.
Pengirim: M Nor Budi H  - Kota: Situbondo
Tanggal: 13/4/2013
 
Terima kasih Kiyai
Moga selalu dapat memberikan pencerahan kepada kami yang minim pengetahuan tentang Wahhabi & Syi'ah yang sekarang di Situbondo mulai menjadi wabah 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Diskusi maupun Bedah Buku tentang Wahhabi maupun Syiah memang sangat penting dikembangkan di daerah2 basis Aswaja demi pembentengan aqidah umat . Semoga kami bisa membantu warga Aswaja yg ingin membuat kegiatan BEDAH BUKU / DISKUSI semacam itu. (kontak person kami: 081333007321).

15.
Pengirim: Affan podeng  - Kota: Tegal.
Tanggal: 24/9/2013
 
Jaga dan lindungi sanak famili qt dngan menanamkan ketauhidan sejak dini dgn mengikuti para wali dan ulama yg ber madzhab imam Syafi'i. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami hadir untuk itu, mohon doa agar dapat istiqamah.

16.
Pengirim: Yasir  - Kota: Garut
Tanggal: 19/11/2013
 
wahabi selalu dengan mudah berkata " sirik bagi mereka yang ziarah ke makam walisongo". Dengan demkian pemikiran mereka sempit karena mereka langsung memberi cap tanpa tahu kejadian aslinya dan mereka tak mau mengadakan riset ilmiahnya. Sungguh memalukan. Dan ternyata syiah juga cukup membahayakan aqidah umat 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Wahhabi dan Syiah itu ibarat Ba'ratun tuqsamu qismain (Kotoran sapi dibagi dua), sama-sama kotor.

17.
Pengirim: Arif  - Kota: Samarinda
Tanggal: 21/11/2013
 
Pak lutfi yang terhormat kalau mau mengumumentari Setiap karya orang lain hendaklah memiliki banyak rujukan yang memadai kalau perlu tanyakan kepada yang bersangkutan agar tidak asal asalan berkomentar karena orang yang merasa pintar itulah orang bodoh yang sebenarnya
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sebelum kami jawab, kami perlu konfirmasi dulu, anda ini wahai Sdr. Arif, termasuk penganut Wahhabi atau Syiah? Agar kami dapat menjawab sesuai harapan anda.

18.
Pengirim: iwan  - Kota: kendari
Tanggal: 14/4/2014
 
Kenapa Benci Wahabi ?? Antara Tuduhan dan Fakta

Setiap kali ada yang bahas Syirik, bid'ah, maupun khurafat, maka bukan hal aneh jika akan muncul cemooh/dituding sebagai "Wahabi" !!

Karakternya satu diantara dua :

(1) Komentar dengan kalimat yang pendek dan tak jelas, yaitu : "Dasar Wahabi !!"

(2) Kalimat yang panjaaaang sekali, dan pasti hasil copy paste dari blog yang itu-itu saja.

Kebiasaan lainnya, tudingan dan cemoohan ini muncul jika terdapat nasehat semisal :

"Beribadahlah dan Memintalah hanya kepada Allah saja.."

"Beribadahlah sesuai tuntunan Rasulullah.."

"Janganlah menyelisihi Rasulullah.."

"Pahamilah agama seperti para Sahabat Nabi memahami Agama.."

Dan nasehat2 yang semisalnya..

Sebenarnya untuk hal ini sudah sering dibahas dan diluruskan oleh saudara2 kita, tapi agak gerah juga melihat fenomena ini, bukan karena kita tidak mau dicemooh dan dituding sbg wahabi, tapi karena mengingat kata "Al-Wahhab" adalah salah satu Asma Allah yaitu Maha Pemberi..

Bahkan yang bikin miris, kadangkala juga kita temui cemooh menyandingkan kata "Wahhab" dengan nama binatang setelahnya, subhanallah, Maha Suci Allah dari semua yang mereka katakan. Sungguh, ini berbahaya sekali.

Inilah beberapa diantara banyak hal mengapa mereka sangat BENCI, bahkan PHOBIA thd "Wahabi" :

- Mereka anggap Wahabi suka Mengkafirkan :

Kita semua tahu, mereka pun pasti juga tahu, bahwa ada kelompok/agama yang suka mengkafirkan, dan tidak tanggung2, hampir seluruh Sahabat dan Istri Nabi di kafirkan, dan kelompok itu ternyata bukan bernama Wahabi.

- Mereka anggap Wahabi haus darah dan suka menumpahkan darah kaum muslimin :

Kita semua tahu ada kelompok yang suka membunuh dan meng-halal-kan darah kaum muslimin, diantaranya yang sedang terjadi di Suriah, dan kelompok itupun bukan bernama Wahabi.

- Mereka anggap Wahabi suka berbohong :

Kita semua tahu ada kelompok yang suka berdusta, bahkan dianggap salah satu ibadah dengan "Taqiya/Dusta", dan kelompok itu pun juga bukan bernama Wahabi.

- Mereka anggap Wahabi meng-Halal-kan kawin kontrak :

Kita semua tahu ada kelompok yang beribadah dengan nikah Mut'ah/nikah kontrak untuk beberapa jam saja, dan kelompok itu bukan bernama Wahabi.

- Mereka anggap Wahabi adalah Agama Tahayul :

Kita semua juga tahu ada kelompok yang meyakini Imam ke 12 yg akan muncul di Akhir Zaman, lalu membongkar Kuburan Sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab (radhiyallahu 'anhum) dan Juga Istri Nabi Aisyah (radhiyallahu anha) untuk di hukum dan di adili, dan kelompok itu bukan bernama Wahabi.

- Mereka anggap Wahabi adalah Antek Amerika :

Kita semua tahu ada kelompok yang membantu pasukan Tar-Tar mengambil alih Iraq dimasa lampau, dan membantu pasukan Amerika menghancurkan Iraq dimasa kini, dan kelompok itu bukan bernama Wahabi.

- Mereka anggap Wahabi suka menolak Kitab Ulama :

Kita semua tahu ada kelompok yang menolak Shahih Bukhari & Muslim, Anti pati kepada Abu Hurairah, dan kelompok itu bukan bernama Wahabi.

- Mereka anggap Wahabi itu sebenarnya Dajjal dan menguasai seluruh Arab Saudi :

Yang kita tahu justru Allah Ta'ala berjanji menjaga Mekkah dan Madinah dari Dajjal dengan penjagaan Malaikat. Dan kita semua tahu bahwa Dajjal dapat memasuki seluruh kawasan kecuali Mekkah dan Madinah !!

Maka, tidaklah masuk di akal yang sehat jika ada kelompok yang berhasil menipu memperdayai malaikat !!

""""""""""

Kenalkah anda dengan Dr. Zakir Naik ???? Yang ternyata beliau juga disebut sebagai wahabi karena beliau selalu mengatakan :

"Back to the Qur'an and Otentic Hadist"

Beliau juga disebut Wahabi karena tidak mengikuti salah satu mazhab saja, beliau mengikuti seluruh imam yang 4 yang sudah jelas shahih hadistnya.

Dr. Zakir Naik juga sempat dicela oleh beberapa orang Syiah hanya karena mengucapkan "Radhiyallah taa'la anhu" setelah menyebut nama sahabat Nabi yaitu Yazid.

Bagaimana dengan Syaikh Ahmed Deedat rahimahullah ???? Beliau adalah guru Zakir Naik, dengan begitu otomatis beliau Wahabi ???? Apalagi beliau sangat kesal dengan orang2 yang suka berebut mencium tangannya, bahkan beliau pernah memarahi ribuan orang dalam satu gedung pertemuan karena hal tersebut !!

Anda kenal juga dengan Yusuf Estes ?? Mantan pendeta yang memeluk Islam dan menjadi salah satu Da'i di Yayasan IRF Zakir Naik, beliau pernah ditanya :

"Bagaimana pendapat anda tentang Wahabi ??"

Beliau Menjawab :

"Hati-hati anda bermain dengan salah satu Nama Allah, apalagi anda gunakan untuk mencemooh !!"

Apakah anda juga cukup familiar dengan suara Imam Masjidil Haram Syeikh Abdur-Rahman as-Sudais atau Syeikh Su'ud As-Shuraim ???? Mereka juga tidak lolos dari sebutan Wahabi, bahkan ada tokoh di Indonesia secara terang2an mengatakan seperti itu. Terlebih lagi saat Syeikh Abdur-Rahman as-Sudais mengimami shalat yang di hadiri oleh Jamaah Diskusi IRF dan Dr.Zakir Naik sendiri shalat tepat dibelakang beliau.

Tahukah anda, hampir semua Muallaf Eropa dan Amerika tidak mengikuti Mazhab khusus, mereka hanya berpedoman kepada Al-Quran dan Hadist Shahih dan mengikuti pemahaman para sahabat. Tahukah anda akan hal itu ???? Apakah semua Da'i yang mantan pendeta yang berada di garda depan berdakwah kepada non muslim juga Wahabi ???

Seorang tokoh anti Wahabi di negeri ini juga pernah berkata :

"Wahabi adalah yang berjenggot tebal dan celana cingkrang"

Lalu bagaimana dengan para Muallaf Eropa Amerika ??? Da'i-Da'i disana, semuanya berjenggot tebal !!!! Apakah sekarang kita akan "mencela" mereka sebagai wahabi ????

""""""""

FAKTA nya adalah :

== Tidak ada satu orang atau kelompok pun yang pernah berkata :

"Kami adalah Wahabi, ikutilah kami, jika tidak kalian kafir"

Sama sekali tidak ada !!!! Silahkan cari jika ditemukan. Bahkan Syalikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah yang dianggap sebagai pelopor Wahabi justru tak pernah sekalipun menamakan dirinya atau dakwahnya dengan nama atau sebutan "Wahabi" !!

FAKTA nya adalah :

Sebaliknya sangat mudah kita temukan orang yang berkata :

"Abu Bakar, Umar telah keluar dari Islam, dan yang mengikuti mereka adalah kafir dan halal darahnya"

"""""""""""

Maksud dan inti tulisan ini adalah :

1. Agar kita semua berhati-hati menggunakan kalimat "Al-Wahhab" untuk mencela dan mencemooh, yang dimana kalimat itu adalah salah satu Asma Allah yaitu Maha Pemberi, agar kita tidak terjerumus kepada dosa besar !!

2. Agar kita dapat mencermati, dan menelusuri ulang, sebenarnya siapa yang selalu melontar isu Wahabi, dan apa sebenernya tujuan mereka itu. Serta agar kita terhindar dari Fitnah memfitnah sesama kaum Muslimin..

Kalimat "Wahabi" sama hal nya dengan Kalimat "Terorist" yang dilontarkan oleh sekelompok orang dan digunakan sebagai alat fitnah. Dan sayangnya banyak orang yang termakan begitu saja tanpa mau menelaah dan berfikir.

Lebih disayangkan lagi orang yang tidak tau apa-apa, tapi karena sering mendengar dari orang lain akhirnya menjadi takut dan benci (thd wahabi) tanpa sebab.

Inilah akibat "Wahabi Phobia" dan ikut-ikutan celetuk-celetuk : "Wahabi !!", "Hati-hati Wahabi", "si Fulan Wahabi", dlsb, padahal dia sendiri tidak tau persis kelompok mana yang telah menamakan dirinya sebagai Wahabi.

""""""""""

Dalam tulisan ini, kita mencoba menggunakan pendekatan pengamatan Sosial Media dalam membahas Wahabi, karena hanya untuk menekankan kehati-hatian agar tidak "mencela" orang lain dengan kalimat Wahabi.

Hanya pada Allah kita memohon petunjuk.  
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Seperti anda juga, kebanyakan orang Wahabi mengingkari nama “Wahhabiyyah”, mereka berkata: “Tidak ada yang namanya kelompok Wahhabi”.

Mereka bersikap demikian karena mereka tahu sejarah hitam gerakan Wahabi, atau tahu kesalahan fatal dalam memahami aqidah, mereka senang meyerang amaliyah kaum mayoritas secara membabibuta dengan tuduhan ahli bid'ah sesat, namun lupa jika dirinya sendiri ternyata jauh dari tuntunan Alquran, Hadtis, Ijma' dan Qiyas.

Maka untuk mengelabui orang banyak tentang gerakan Wahhabi ini, oleh kaum awwam di antara mereka itu sering dibungkus dengan nama “Salafi”.

Padahal bukti nyata bahwa sebagian dari tokoh-tokoh Wahhabi justru mengakui, -bahkan bangga-, menyebut gerakan yang dibawa Muhammad bin Abdul Wahhab ini dengan nama “Wahhabiyyah”.

Ini tertulis nyata dalam buku yang mereka terbitkan sendiri; ditulis oleh salah seorang pemuka mereka di wilayah Qatar, bernama: “Ahmad bin Hajar Al Buthami Al bin Ali”, judul bukunya: “as Syekh Muhammad ibn Abdil Wahhab ‘Aqidatuh as Salafiyyah Wa Da’watuh al Islamiyyah”.

Bahkan buku ini diedit dan sebarluaskan oleh pemuka Wahabi lainnya, yaitu “Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz”. Dicetak tahun 1393 H, penerbit Syarikat Mathabi’ al Jazirah.

Perhatikan di halaman 105, ia menuliskan berikut ini:

فلما التقى الوهابيين في مكة

“Ketika bertemu dengan orang-orang Wahabi di Mekah…”

Juga menuliskan:

استطاع الوهابيون أن يقيموا الدولة الإسلامية على أساس من المبادئ الوهابية

“… orang-orang Wahabi mampu mendirikan Dawlah Islamiyyah di atas dasar ajaran-ajaran Wahabiyah”

Kemudian juga menuliskan:

ولكن الدعوة الوهابية

“Akan tetapi dakwah Wahabi…”

Juga menuliskan:

يدينون الإسلام على المذهب الوهابي

“Meraka (orang-orang Wahabi) beragama Islam di atas madzhab Wahabi”.

Penamaan diri mereka sebagai kaum Wahhabiyyah juga dikuatkan oleh pemuka Wahabi lainnya, bernama Muhammad bin Jamil Zainu, salah seorang guru terkemuka Wahabi di Mekah, dalam buku karyanya berjudul “Quthuf Min asy Syama’il al Muhammadiyyah”, cet. Dar ash Shahabah. Buku di ini disebarkan secara cuma-cuma (alias buku gratis) di wilayah Lebanon dibawah gerakan Wahabi yang bernama “Jam’iyyah an Nur Wa al Iman al Khairiyyah al Islamiyyah”. Muhammad bin Jamil Zainu dengan bangga menuliskan:

وهابي نسبة إلى الوهاب وهو اسم من أسماء الله

“Nama Wahabi adalah disandarkan kepada nama al Wahhab, dan dia itu (al Wahhab) adalah salah satu dari nama-nama Allah”.

Kita Katakan kepada Jamil Zainu: “Bohong ente mengatakan “Wahabi” disandarkan kepada nama Allah “al Wahhab”, yang benar adalah kata “Wahabi” disandarkan kepada perintis gerakan sesat, yaitu “Muhammad bin Abdul Wahhab”. Apa ente ngga tahu kalau dalam bahasa Arab “nisbah” itu seringkali dipakai dengan disandarkan kepada “Mudlaf Ilayh”-nya??? Seperti kata/nama “Abd Qais”; maka nisbah-nya menjadi “Qaisy”. Dan “nisbah” ini tidak harus hanya disandarkan kepada nama orang itu sendiri, tapi terkadang juga biasa disandarkan kepada nama ayahnya, atau nama kakeknya”.

Lainya, yang menguatkan bahwa mereka mengakui sebagai orang-orang Wahabi, dan bahwa ajaran yang mereka yakini sebagai ajara Wahabi; adalah mereka menamakan gerakan mereka dengan “Gerakan Faham Wahabiyyah” (al Harakah al Wahhabiyyah), sebagaimana itu mereka tuliskan dalam buku-buku mereka, di antara oleh salah seorang pemuka mereka bernama “Muhammad Khalil Harras”, yang dengan bangga ia menuliskan judul karyanya dengan “al Harakah al Wahhabiyyah” (“Gerakan Faham Wahabiyyah”). Buku ini dicetak penerbit Dar al Kutub al Arabi. Isi buku ini adalah pembelaan “mati-matian” terhadap ajaran Wahabi, penulisannya dengan bangga menamakan gerakan ajaran Wahabi dengan “ad Da’wah al Wahhabiyyah”, lihat di halaman 37.

Dengan demikian nama “Wahabiyyah” telah ditetapkan dan dibanggakan oleh para pemuka Wahabi sendiri, yang itu semua mereka ungkapkan dalam karya-karya mereka sendiri.

Namun, sebagian orang Wahabi enggan memakai nama Wahabi, tapi mereka lebih memilih nama-nama yang yang “wah” untuk mengelabui orang-orang awam; seperti “Salafi”, “Anshar as Sunnah”, “Jama’ah at Takfir Wa al Hijrah”, “Jam’iyyah an Nur Wa al Iman”, “al Jama’ah al Islamiyyah”, dan lain-lain.

Bahkan sekolah-sekolah yang mereka dirikan seringkali memakai nama-nama para sahabat terkemuka, atau para Imam Madzhab; seperti “Utsman bin Affan”, “Umar bin Khattab”, “Imam Syafi’i”, Al-Um dan lainnya. Waspadalah…!!!https://www.facebook.com

19.
Pengirim: Abu Sobir Al Binyameen  - Kota: Cirebon
Tanggal: 18/11/2014
 
Orang2 Salafi kl diskusi pastinya muter2 and ngeles lalu kabur spt Abu Raihan. Semoga beliau diberi hidayah dan kembali ke aqidah ahlusunnah waljamaah. Semoga pengasuh situs ini terus diberi kekuatan dalam menegakkan aqidah yg lurus. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Ajaran utama kaum Wahhabi/Salafi itu memang muter-muter dan ngeles.
Jadi, beragama bagi Wahhabi itu bukan mencari kebenaran, tapi bagaimana cara menjatuhkan lawan bicara.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2024 Oleh Pejuang Islam