BENDERA MERAH - PUTIH
Luthfi BashoriTerlepas dari pro kontra pembahasan tentang pandangan hukum Islam terhadap persoalan boleh-tidaknya umat Islam menghormat dengan angkat tangan saat dilaksanaan pengerekan bendera merah putih, yang beberapa waktu belakangan ini sempat mencuat, penulis ingin mengajak warga Indonesia mencermati apa yang saat ini sedang terjadi.
Di kota tempat penulis bermukim, hampir setiap tahun saat menyambut datangnya hari Proklamasi tanggal 17 Agustus, situasi kota menjadi berubah semarak oleh keberadaan penjor-penjor yang dipasang warga, di hampir setiap pojok kota.
Bahkan di kampung setingkat RT pun seperti tak mau kalah ikut berlomba-lomba menyemarakkan datangnya HUT RI itu, dengan pemasangan umbul-umbul atau atribut apa saja yang berkaitan dengan hari kemerdekaan RI seperti yang sekarang ini terjadi.
Hanya saja, penulis sering melontarkan canda dengan beberapa kawan yang sedang bercakap membahas HUT RI atau pembicaraan yang mengarah ke sana:
`Pak, aku sering dibuat bingung akhir-akhir ini, warna bendera Indonesia itu sudah berobah yaa ... ? Kalau setahuku, dulu itu yang dikibarkan adalah bendera merah putih, sekalipun dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda. Tapi rasanya sejak HUT KEEMASAN RI, 50 tahun Indonesia merdeka, tiba-tiba bendera Indonesia menjadi berwarna-warni. Ada yang hijau, ada kuning, ungu, biru, dan sebagainya selain warna merah dan putih, bahkan banyak dipinggir jalan orang jual umbul-umbul berwarna pelangi juga lkut terjual laris manis`.
Melihat fenomena ini, rasanya kelak anak cucu dan cicit kita, bisa-bisa semakin tidak mengenal identitas bendera kebanggaan bangsa Indonesia, karena semakin hari semakin punah di telan kehidupan yang semakin liberal menimpa rakyat Indonesia.
Sayangnya, di tengah kehidupan yang semakin jauh dari nilai-nilai kesakralan sedang melanda masyarakat yang hitrogen ini, justru ada kelompok-kelompok tertentu yang terus berusaha menyeret bangsa Indonesia ke arah kehidupan liberalis dan matrealis, dengan menafikan asli watak bangsa Indonesia yang agamis, bahkan konon nyaris islamis.
Tentunya, keberantakan acuan hidup bangsa Indonesia akhir-akhir ini adalah karena pengaruh pemikiran dan perilaku tokoh-tokoh Sepilis (sekuler, pluralis dan liberalis) yang terus bergentayangan menggerogoti perilaku masyarakat Indonesia. Tidakkah bangsa Indonesia menyadari keadaan ini ?
DIRGAHAYU HUT RI KE 66, 17 AGUSTUS 2011, MERANGKAP HARI BESAR ISLAM
NUZULUL QURAN,
17 RAMADLAN 1432 H. SEMOGA BANGSA INDONESIA SELALU MENDAPAT BERKAH DARI ALLAH SWT.