|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
|
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Jumat, 29 Maret 2024 |
Pukul: |
Online Sekarang: 1 users |
Total Hari Ini: 86 users |
Total Pengunjung: 5860444 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
GHIBAH YANG DIPERBOLEHKAN |
Penulis: Pejuang Islam [ 13/4/2021 ] |
|
|
GHIBAH YANG DIPERBOLEHKAN
Taushiah: KH. Luthfi Bashori
Transkrip: Rizal Affandi
SANTRI: Bagaimana jika ada seorang tokoh yang pikirannya itu sesat menyesatkan umat, apakah boleh menggunjing tokoh tersebut untuk kemaslahatan umat?
KH. LUTHFI BASHORI: Menggunjing atau ghibah dalam Islam itu ada dua macam, menggunjing atau ghibah yang diharamkan dan ada yang diperbolehkan.
Kalau menggunjing yang diharamkan itu adalah aib pribadi misalnya ada orang memandikan mayit ternyata punggung mayit tersebut misalnya ada luka yang menjijikkan bahkan juga lukanya itu mengeluarkan nanah dan ulat, maka orang yang memandikan mayit itu haram untuk cerita kepada orang lain tentang keburukan mayit.
Menggunjing orang mati saja tidak boleh apalagi menggunjing orang hidup, misalnya membicarakan aib tetangganya, itu kan tidak boleh.
Tapi ada menggunjing yang diperkenankan, misalnya dalam pengadilan, seseorang tidak bisa menerangkan hakikat kebenarannya kepada hakim kecuali dia harus menyebut nama pelaku kejahatan misalnya dia berkata: “Saya dianiaya oleh Fulan bin Fulan, adapun cara dia menganiaya saya adalah dengan dicakar dengan kukunya itu sampai berdarah.” Maka hal seperti ini boleh.
Begitu juga kalau ada tokoh yang diikuti masyarakat, misalnya memiliki jamaah banyak, tapi tokoh ini mengatakan: “Ayo kita korupsi berjamaah.”
Maka boleh tokoh tersebut disebut namanya: “Jangan mengikuti Fulan bin Fulan, karena dia ini mengajak kita korupsi berjamaah.”
Misalnya lagi, jika tokoh tersebut mengatakan: “Kalau pagi pas hadir pengajian saya nanti disuguhi arak ya, supaya tidak mengantuk.”
Walaupun tujuannya untuk tidak mengantuk, tapi minum arak walaupun sedikit itu haram, maka tokoh tersebut boleh digunjing, “Kamu jangan hadir di majelis Fulan bin Fulan, itu karena majelis itu kalau pagi sebelum mengaji minum arak, alasannya supaya tidak mengantuk.”
Padahal minum arak walaupun sedikit sudah haram, karena setiap benda cair yang memabukkan itu hukumnya najis, minum sedikit atau banyak dari barang yang najis itu hukumnya haram.
Maka tokoh tersebut boleh digunjing karena mengajak kepada keharaman secara berjamaah.
Jadi ada kriteria-kriteria tertentu berkenaan dengan boleh tidaknya menggunjing.
Kalau yang ditanyakan tadi, ada tokoh yang mengajak kemaksiatan secara umum di depan publik, apakah boleh digunjing?
Jawabannya adalah boleh digunjing, agar apa?
Agar masyarakat tidak mengikuti kerusakan atau kesesatan tokoh tersebut.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|