MUALLAF SETELAH PALSUKAN ALQURAN
Luthfi Bashori
Saat ini banyak non muslim yang akhirnya mendapat hidayah dari Allah hingga menyatakan masuk Islam, atau menjadi muallaf. Tentunya banyak macam kronologi seseorang itu mendapat hidayah. Terkadang karena seringnya mendengar dakwah kalangan para da’i, atau karena seringnya mendengar adzan, atau karena hasil penelitian, dan lain sebagainya.
Fenomena semacam ini, juga terjadi di masa lampau. Banyak sekali orang-orang yang mendapat hidayah itu karena hatinya terbuka, tidak fanatik terhadap agama yang sebelumnya dianut, dan memiliki pemikiran rasional, hingga dapat berpikir jernih sebelum memutuskan masuk Islam, walaupun ada juga di kalangan non muslim yang semula memusuhi Islam, lantas mendapat hidayah hingga tiba-tiba tertarik menjadi muallaf.
Dahulu, Imam Yahya bin Aktsam berkata: “Ketika masih menjadi seorang Amir, Al- Ma’mun mempunyai sebuah majelis pertimbangan. Di antara para hadirin ada seorang lelaki Yahudi yang berpakaian bagus, berwajah tampan, dan berbau harum. Orang Yahudi itu berbicara dengan baik.
Ketika majelis usai, Al-Ma’mun memanggilnya dan bertanya kepadanya, “Apakah eangkau seorang Yahudi ?”
Orang itu menjawab, “Ya”
Al-Ma’mun berkata: “Masuklah ke dalam agama Islam supaya aku perlakukan engkau sebagai muslim.”
Orang Yahudi itu berkata, “Aku tetap dalam agamaku dan agama bapak-bapakku.” Kemudian ia pergi.
Setahun kemudian, orang Yahudi itu datang lagi dan sudah masuk Islam. Ia berbicara tentang fikih dengan pembicaran yang baik. Ketika majelis itu usai, Al-Ma’mun memanggilnya dan bertanya, “Bukankah engkau teman kami dulu?”
Orang itu menjawab, “Ya”
Al-Ma’mun berkata, “Apa yang menyebabkan engkau masuk Islam?”
Orang Yahudi itu menjawab, “Setelah aku meninggalkan majelismu, aku ingin menguji agama-agama ini.
Sebagaimana tuan ketahui, aku mempunyai tulisan yang bagus. Maka aku mengambil kitab Taurat, selain kutulis tiga naskah dan aku tambahi serta aku kurangi di dalamnya. Kemudian aku masukkan Taurat itu ke dalam gereja dan dibeli oleh orang dariku.
Kemudian aku mengambil Injil, lalu aku tulis tiga naskah aku tambahkan dan aku kurangi di dalamnya, lalu aku memasukkannya ke dalam kuil dan dibeli dariku. Kemudian aku mengambil Al-Qur’an dan aku menulis tiga naskah.
Aku tambahkan dan aku kurangi di dalamnya, aku membawanya kepada para penjual naskah (Al-Qur’an), lalu mereka memeriksanya. Ketika mereka menemukan adanya tambahan dan kekurangan di dalamnya, mereka pun menolaknya dan tidak mau membelinya. Maka tahulah aku bahwa ini adalah Kitab yang terpelihara.
Inilah yang menyebabkan aku masuk Islam. Karena pembeli Taurat dan Injil tidak mengetahui bahwa tulisan itu sudah ditambah dan dikurangi sedangkan Al-Qur’an spontan dapat diketahui betul-betul dijaga oleh Allah.”