BAHASA LISAN MENJADI STANDAR HATI SESEORANG
Luthfi Bashori
Sy. Abu Hurairah RA mengatakan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, âDi antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak penting/pantas baginya.â (HR. At-Tirmidzi).
Hendaklah seorang muslim dari segala usia, bahkan dari kalangan tokoh agama sekalipun, perlu berhati-hati dalam bertutur kata, agar tidak melontarkan ucapan-ucapan jorok di depan khalayak, karena hal itu tidak pantas untuk dilakukan oleh orang yang shalih. Bahkan upaya menghindari ucapan jorok itu termasuk dari kesempurnaan Islam seseorang.
Umumnya ucapan-ucapan jorok, semisal menyebut bagian anggota tubuh manusia yang tidak layak untuk didengar orang lain seperti alat vital, maka ucapan yang seperti itu sering terlontar dari mulutnya orang-orang fasiq atau preman jalanan. Maka jika ada seorang muslim atau bahkan tokoh agama yang kerap melontarkan umpatan-umpatan jorok, sesungguhnya nilai keislamannya itu termasuk dalam tingkat yang nadir dan memprihatinkan.
Ada juga dari kalangan kaum fasiq yang sengaja membuat singkatan kata yang tidak layak, tujuannya untuk menyerang pihak-pihak yang dibencinya, hingga menjadi bahasa yang menyakitkan para pendengarnya, maka semilsal ini juga umumnya tidak keluar kecuali dari lisan seseorang yang hatinya kotor karena memendam sifat iri, hasud dan dendam.
Menjaga lisan memang bukanlah perkara yang mudah, menjaga lisan sama sulitnya dengan menjaga hati, apalagi sifat lidah yang tak bertulang, maka perlu ekstra kewaspadaan pada setiap saat. Jika seseorang itu terpaksa harus marah dengan menggunakan kata-kata, maka hendaklah memilih bahasa agama yang sekira tidak mengandung ucapan jorok, atau dapat pula mengadopsi lafadz yang ada dalam Alquran maupun Hadits, atau menyampaikan amarahnya dengan bahasa ilmiah sebagai sindiran yang bermartabat kepada pihak yang dituju.
Ucapan seseorang itu sangat terkait dengan kondisi hatinya, jika hati seseorang itu bersih maka tidak akan terlontar kata-kata jorok. Namun sebalikya, jika hati seseorang itu buruk dan rusak, maka bahasa binatang pun akan sering terdengar keluar dari lisannya.
Sy. Nuâman bin Basyir RA mengungkapkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, âKetahuilah, sesungguhnya dalam diri manusia ini ada segumpal daging. Jika benda ini baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Namun, apabila benda itu rusak, maka seluruh tubuhnya akan menjadi rusak. Ketahuilah, benda itu adalah hati.â (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang lain Sy. Abu Hurairah RA memaparkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, âSesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk tubuh kalian, dan tidak pula kepada rupa wajah kalian. Akan tetapi, akan memandang kepada hati kalian.â (HR. Muslim).
Umumnya hati manusia itu bersifat lembut dan halus, hingga degan perasaan halusnya itu menjadikan seseorang sangat peka terhadap lingkungan. Namun jika hatinya sudah membatu karena pengaruh kemaksiatan yang terlalu sering dilakukan, atau terlalu banyak makan yang haram, maka bisa jadi hatinya akan lebih keras daripada batu.
Terkadang sebuah batu yang besar masih dapat dihancur-luluhkan hingga berkeping-keping, namun hati seseorang yang telah membatu tidak mudah diluluhkan, hingga dapat mengantarkan dirinya masuk ke dalam neraka Jahanam, karena kekafiran dan kefasikan yang terlanjur membatu dan tidak dapat dirubah.
Nabi Muhammad SAW bersabda, âPerumpamaan hati itu seperti sehelai bulu di tanah yang lapang dan mudah dibolak-balikkan angin.â (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Muslim).
Nabi Muhammad SAW telah mengajari umat Islam agar sering berdoa kepada Allah, âWahai Dzat yang memalingkan hati, teguhkanlah hati kami pada agama-Mu. Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami dalam ketaatan kepada-Mu.â (HR. At-Tirmidzi dan Al-Hakim).
âYaa muqallibal quluub, tsabbit qalbi âalaa diinikâ