KETABAHAN SEORANG PEJUANG,
TIDAK DATANG DENGAN SENDIRINYA
Luthfi Bashori
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa berusaha menabahkan diri, maka Allah akan menjadikannya tabah. Tiada karunia dilimpahkan kepada seseorang yang lebih luas dibandingkan ketabahan.” (HR. Bukhari).
Tabah adalah sabar, tahan, tetap kuat hati dalam menghadapi mara bahaya, berbagai cobaan, ujian serta bermacam-macam kesulitan,
Termasuk yang membutuhkan ketabahan ekstra adalah seorang muslim yang ikut berjuang di jalan Allah, seperti upaya berdakwah mengajak umat Islam agar mereka memahami ajaran syariat Islam secara baik dan benar. Atau berjuang dalam melanggengkan ibadah shalat berjamaah di tengah masyarakat, terlebih mendekati akhir zaman yang urusan ibadah kepada Allah itu semakin luntur pula di kalangan umat Islam.
Atau berjuang menjaga marwah Islam dari serangan musuh baik dari kalangan orang-orang kafir, atau kaum munafiq maupun dari kalangan orang-orang fasiq yang telah kehilangan rasa takutnya kepada Allah.
Atau upaya memperbaiki lingkungan dari maraknya kemaksiatan fisik maupun kemaksiatan aqidah, yang mana hal-hal semacam ini sangat membutuhkan ketabahan bagi para pejuang Islam, karena kondisi seperti ini sudah banyak terjadi di dalam pergaulan bersama masyarakat yang hitrogen.
Berjuang di jalan Allah seperti dalam contoh di atas, pastilah rawan mendapatkan perlawanan dari berbagai kalangan, khususnya dari pihak-pihak yang merasa bahwa kepentingan mereka terpaksa harus bersinggungan dengan dunia perjuangan. Maka para pejuang di jalan Allah itu harus belajar tabah, tidak mudah menyerah, hingga benar-benar menjadi seorang pejuang Islam yang memiliki ketabahan yang super dan keuletan yang ekstra, serta ketangguhan yang luar biasa, karena mau tidak mau, pastlah mereka akan menghadapi berbagai macam tantangan dan tentangan.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang mukmin yang bergaul dengan orang lain dan tabah menghadapi gangguan mereka, lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dengan orang lain dan tidak tabah dalam menghadapi gangguan mereka.” (HR. Tirmidzi).
Tabah juga diperlukan oleh umat Islam yang sedang ditimpa musibah, seperti orang-orang yang sedang mendapatkan ujian sakit, ujian sulitnya mendapat rejeki, ujian bencana alam, ujian kegagalan dalam meraih sesuatu harapan yang dianggap vital dalam hidupnya, dan ujian-ujian dari Allah yang lainnya, maka di samping mereka harus tetap berusaha untuk bangkit dari kesusahan atau kegagalan tersebut, hendaklah selalu belajar tabah dan tawakkal serta berpasrah diri kepada Allah, misalnya dengan berusaha rajin melantunkan doa kepada Allah yang tiada henti-hentinya, dengan keyakinan bahwa segala kesulitan yang sedang dihadapinya itu akan segera teratasi jika dikehendaki oleh Allah SWT.