ILMU ITU IBARAT AIR HUJAN
Luthfi Bashori
Menurut sebagian ulama, bahwa ilmu itu ibarat air hujan sebagaimana yang dimaksud dalam firman Allah yang artinya, “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang.” (QS. Ar-Ra’ad:17)
Firman Allah di atas mengumpamakan ilmu bagaikan air yang membanjiri lembah-lembah karena lima perkara.
Pertama, karena hujan turunnya dari langii, demikian pula ilmu turunnya dari langit.
Kedua, kalau hidupnya bumi karena air hujan, maka hidupnya manusia karena ilmu pengetahuan.
Ketiga, kalau tanaman tidak dapat tumbuh tanpa air hujan, maka amal-amal kebaikan tidak akan tumbuh tanpa ilmu.
Keempat, kalau hujan diawali dengan halilintar dan kilat, demikian pula ilmu di awali dengan janji yang baik dan ancaman.
Kelima, sebagaimana hujan dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan, maka ilmu dapat mendatangkan kebaikan bagi yang mengamalkannya, dan dapat mendatangkan keburukan bagi yang tidak mengamalkannya.
Begitulah yang difahami oleh sebagian ulama, hingga setiap umat Islam sangat perlu mendalami ilmu agamanya jika ingin menjadi seorang muslim yang bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Tanpa ilmu agama, umat Islam menjadi sangat lemah dan kurang berguna bagi keberlangsungan hidup baik di dunia maupu di akhirat. Karena orang yang tidak pernah mengenyam ilmu agama sedikitpun, maka sedikit pula memiliki kepeduliannya terhadap kehidupan agama Islam dan umat Islam.
Seorang muslim yang dirinya kosong dari pemahaman ajaran agama, ibarat tanah tandus yang tidak dapat menghasilkan apapun daripadanya, serta tidak dapat memberi kemanfaatan bagi orang lain.
Sebaliknya, umat Islam yang masih ada kepedulian terhadap ilmu agama, maka ibarat tanah subur yang banyak menghasilkan produk-produk unggulan, dan jika semakin rajin dipupuk atau dikelola secara intensif serta perawatan yang baik, maka akan semakin bermanfaat bagi lingkungannya. Demikian juga seseorang yang semakin bertambah ilmu agamanya serta pengamalannya, maka akan semakin banyak pula memberi kemanfaatan bagi masyarakatnya secara luas.
Di antara tata cara mengasah ilmu agama, ada kalanya sering duduk bersama para ulama dengan mengahadiri majelis ta’lim mereka, atau mengikuti diskusi-diskusi bersama para pakar ilmu syariat, atau dengan rajin mengkaji karya para ulama salaf yang kredibilitas keilmuannya sudah diakui oleh dunia Islam sejak berabad-abad yang lampau.