MUSLIMAH DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN
Abu Qonita
Diana tampak begitu terpukul setelah di tinggal ibunya yang wafat akibat serangan jantung, meski peristiwa menyedihkan itu sudah hampir tiga bulan berlalu, namun tak tampak tanda tanda kesadihan akan segara beranjak dari diri gadis asal sukabumi tersebut, bahkan perasaan kalutnya semakin bertambah bila ia teringat bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki uang sepeserpun, beruntung, ia masih memiliki tiga karung beras hasil dari para pelayat,artinya bahan makanan pokok utama tersebut masih dapat meringankan bebannya minimal dalam tiga bulan kedepan. Kendatipun demikian,
Diana yang ditinggal ayahnya sejak berusia lima tahun itu sekarang harus memutar otak dengan cara apa ia musti mendapatkan uang untuk menutupi kebutuhan hidup, ia pun sempat berpikir untuk meneruskan profesi almarhumah ibunya yang bekerja sebagai tukang cuci pakaian milik tetangga sekitar, namun perasaan itu di tepisnya jauh jauh, ia merasa tak sanggup melakukannya.
Diana masih berharap untuk menamatkan pendidikan minimal di Sekolah Menengah Umum (SMU) yang sebentar lagi menghadapi ujian akhir, ia pun bimbang sekali lantaran uang SPP-nya sudah beberapa bulan menunggak, ia sangat membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan tentunya juga cepat didapat, sedangkan bila ia berprofesi sebagai tukang cuci pakaian, mana bisa ia dapat uang banyak dengan cepat?, begitulah kira kira pikiran yang berkecamuk dalam diri gadis berkulit kuning langsat tersebut yang tak memiliki ketrampilan apapun selain ia hanya bisa duduk di bangku sekolah saja.
Rupanya kegalauan Diana ini ditangkap dengan baik oleh teman lain kelasnya, Joko yang dikenal sebagai satpam malam di salah satu diskotik ternama di bilangan Jakarta itu mencoba menawarkan pekerjaan yang mudah dapat duit bagi Diana, apakah itu? dengan cara menjual keperawanan !!... Yah, Diana ditawari untuk menjual keperawanannya kepada pria yang kebetulan menjabat sebagai wakil rakyat daerah.
Setelah melalui rayuan gombal dan tawar menawar, akhirnya sang pejabat membuat surat perjanjian dengan Diana. Disepakati oleh dua belah pihak, transaksi berlangsung disebuah hotel dengan harga Rp. 3 juta. Usai malam transaksi itu tak disangka beberapa bulan kemudian, Diana Hamil, dari sejumlah uang yang disepakati, Diana hanya menerima uang Rp. 350 ribu. Sisanya masuk ke kantong Joko.
Diana berupaya menuntut tanggung jawab sang pejabat, namun bapak wakil rakyat itu mungkir, alasannya dalam surat perjanjian tidak tercantumkan harus bertanggung jawab dengan apa yang akan terjadi pada diri Diana nanti. Jadilah Diana menanggung malu dan derita selamanya. Impian merampungkan sekolah didepan mata pupuslah sudah.
Wahai Saudariku... sungguh cukup menyayat hati kisah di atas khan ? bisa jadi kisah kisah Diana yang lain banyak merebak di bumi nusantara ini, Kisah perempuan yang berupaya untuk bangkit demi mempertahankan kelangsungan hidup dengan menempuh segala cara dan usaha.
Wahai saudariku.... di era kehidupan kapitalis dan liberal seperti sekarang, yang dijadikan barometer publik adalah uang atau materi, inilah yang terkadang memaksa orang untuk malakukan pekerjaan apa saja tanpa pandang halal-haram, bukan hanya seperti sosok Diana yang terpaksa, malah banyak gadis gadis secara sadar menekuni profesi ” cepat saji ” itu, yang tentunya dapat menjatuhkan martabatnya sebagai perempuan seperti foto model sampul majalah panas, peragawati pakaian seadanya, penyanyi erotis, tukang pijat plus, model iklan yang mengekploitasi tubuh, hostes atau malah menjadi PSK.
Wahai saudariku....seberat apapun hidup ini, hendaknya kita tetap berbekal iman, kerena hanya iman yang kuat dapat membentengi serta menjadi filter dalam hidup anda. Keimanan dapat tumbuh kokoh dalam diri, tatkala anda rajin menyiraminya dengan mengikuti kajian rutin atau kajian keislaman, bergaul dengan orang orang sholeh dan sholehah, banyak berdzikir, berupaya memahami makna yang terkandung dalam kitab suci al Qur’an serta rajin melaksanakan sholat malam.
Wahai saudariku...sementara itu guna mencukupi kebutuhan hidup ini, hendaknya anda kembali kepada konsep yang telah diajarkan Baginda Nabi Salallahu Alaihi Wa Sallam dalam sabda beliau : Ista’inu hawaijakum bi izzatil anfus, fainnal umuro tajri bil maqodir, artinya, ” Penuhilah kebutuhan kalian dengan menjaga kehormatan diri, karena sesungguhnya semua perkara itu berjalan sesuai dengan ketentuannya.”.
untuk itu baik kiranya apabila saudari mengembangkan potensi yang memang di berikan Allah sejak lahir didunia ini seperti menekuni dunia tata boga, jahit menjahit , menulis dls.
Dan jika saudari harus mencari karunia Allah (nafkah) diluar rumah, maka carilah pekerjaan yang halal serta tanpa harus mengorbankan martabat sebagai perempuan juga senantiasa tetap istiqomah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebab hal inilah yang akan mendatangkan keberkahan pada nafkah yang anda peroleh nantinya, nah, jika keberkahan telah didapat maka perjalanan hidup yang saudari jalani akan terasa tentram dan damai. Semoga............. amin.