Hijriyah ATAU
Masehi ?
A. Murtadho
Sejak alam semesta
diciptakan, bersamaan dengan itu pulalah waktu atau masa tercipta. Dalam
prosesnya lantas terjadilah apa yang dinamakan siang dan malam, musim -musim,
pasang surutnya gelombang dan lain sebagainya yang kemudian hari oleh umat
manusia sang khalifah di muka bumi ini, dengan modal akal yang diberikan oleh
Sang Khaliq, semua hal tersebut diatas mereka jadikan patokan untuk menandai
segala peristiwa yang terjadi pada kehidupannya.
Dalam perjalanannya umat manusia
ini ditakdir oleh Allah SWT menjadi berbeda-beda, dimulai dari berbedanya belahan dunia mana yang mereka tinggali, yang
mana itu mempengaruhi budaya, kebiasaan dan pola hidup mereka. Rupanya dari
sini pulalah mereka berbeda dalam menandai serta merumuskan waktu, yang
nantinya setelah beribu-ribu tahun perjalanannya mereka merumuskannya dengan
istilah tahun, bulan, hari, jam, menit , detik dan lain sebagainya. Walhasil
kehidupan manusia tidak akan dapat lepas dari apa yang mereka namakan waktu.
Semakin kesini, Dalam
penggunaannya rupanya manusia menggunakan dua macam penanggalan, yakni Masehi
dan Hijriyah. Dipakainya dua macam penanggalan ini tidak lepas dari dua
keyakinan besar yang mengusungnya. Tahun Hijriyah digunakan oleh umat Islam,
sedang masehi diusung oleh umat Nasrani dan tersebar melalui kekuasaan Imperium
Romawi kemudian digunakan secara umum oleh manusia diluar umat islam pada
umumnya .
Akan tetapi lambat laun umat islam pun menggunakan tahun Masehi ini.
Bahkan tidak dipungkiri lagi umat islam pada saat ini tidak dapat lepas dari
penggunaan tahun Masehi. Dan ironisnya
lagi, tahun Hijriyah sudah tidak diperhatikan dan digunakan lagi oleh
sebagian umat islam.
Untungnya dari segi jumlah penggunaan
bulan keduanya tidak dapat lepas dari ketentuan Allah Sang Pencipta waktu.
sehingga tidak menimbulkan kebingungan yang sangat bagi umat Islam yang masih
teguh menggunakan penanggalan Hijriyah. Sebagaimana Firman Allah Ta’alaaYang artinya :
”Sesungguhnya bilangan
bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang
empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun
memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang
yang bertakwa.” (QS : At Taubah(9):36).
Akan tetapi sudah barang tentu
yang dimaksudkan Allah dan lebih afdhal disisiNya tiada lain adalah Tahun
Hijriyah.
Tahun Hijriyah
seperti namanya, ditetapkan setelah Rasulullah SAW hijrah dari Mekah ke
Madinah. Hijrah ini bukan sekedar secara fisik tapi juga hijrah secara drastis
dari sisi mental. Seperti yang diungkapkan oleh sahabat Rasulullah, Umar bin
Khattab
tentang hijrahnya Nabi Muhammad SAW, bahwa "Hijrah itu membedakan antara yang
hak dan bathil".
Adapun tahun Hijriyah ditetapkan penggunaannya pada masa
kekhalifahan Sayyidina Umar bin Khaththab RA tatkala beliau menjabat sebagai
Kepala Negara setelah 5 tahun masa jabatan
beliau. Adapun sebelum itu belum ada tahun Hijriyah baik di zaman Rasulullah
hidup maupun jaman sahabat walaupun sebenarnya penggunaan bulan-bulan yang 12
itu sudah ada sejak zaman pra kerasulan, hanya saja tidak ditetapkan nama
tahunnya, penamaannya hanya dari peristiwa seperti Tahun Gajah. Penetapan tahun
Hijriyah ini mulai diberlakukan bertepatan dengan tahun 640M.
Ijtihad Sayyidina
Umar RA ini bermula ketika beliau mendapat surat dari Sahabat Musa Al As’ari
Gubernur Kuffah, adapun isi suratnya adalah sebagai berikut :
“KATABA MUSA AL
AS’ARI ILA UMAR IBNUL KHOTHOB. INNAHU TAKTIINA MINKA KUTUBUN LAISA LAHA
TAARIIKH.”
Artinya: Telah
menulis surat Gubernur Musa Al As’ari kepada Kepala Negara Umar bin Khathab.
Sesungguhnya telah sampai kepadaku dari kamu beberapa surat-surat tetapi
surat-surat itu tidak ada tanggalnya.
Kemudian Khalifah
Umar bin Khathab mengumpulkan para tokoh-tokoh dan sahabat-sahabat yang ada di
Madinah.
“FAJAMAA’A UMAR AN NAASI LIL
MUSYAAWAROTI,
Maka mengumpulkan Umar bin Khathab untuk mengadakan musyawarah.”
Didalam musyawarah
itu membicarakan rencana akan membuat Tarikh atau kalender Islam. Dan didalam
musyawarah muncul bermacam-macam perbedaan pendapat. Diantara pendapat tersebut
adalah sebagai berikut:
·
Ada yang berpendapat sebaiknya
tarikh Islam dimulai dari tahun lahirnya Nabi Muhammad SAW.
·
Ada yang berpendapat sebaiknya
kalender Islam dimulai dari Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasulullah.
·
Ada yang berpendapat sebaiknya
kalender Islam dimulai dari Rasulullah di Isra’ Mi’raj kan .
·
Ada yang berpendapat sebaiknya
kalender Islam dimulai dari wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Sayyidina Ali KRW berpendapat, sebaiknya kalender Islam dimulai dari tahun Hijrahnya Nabi
Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah atau pisahnya negeri syirik ke negeri
mukmin. Pada waktu itu Makkah dinamakan Negeri Syirik, bumi syirik.
Akhirnya musyawarah yang dipimpin oleh Amirul Mukminin Umar Bin Khathab
sepakat memilih awal yang dijadikan kalender Islam adalah dimulai dari tahun
Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Oleh sebab itu kalender Islam tersebut dinamakan Tahun Hijriyah. Lantas kemudian
dirumus tuntaskan pulalah penanggalannya beserta nama-nama bulannya yang
diambil dari berbagai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Rasulullah dan
Kaum muslimin.
·
MUHARRAM, artinya, yang diharamkan atau yang
menjadi pantangan.
Penamaan Muharram,
sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan
tesebut berlaku sampai masa awal Islam.
·
SHAFAR, artinya, kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang
laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan
berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.
·
RABIU’UL AWAL, berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya masa
kembalinya kaum laki-laki yang telah meninggalkan rumah
atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini
banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam, antara lain: Nabi Muhammad SW
lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.
·
RABI’UL AKHIR, artinya masa menetapnya kaum laki-laki untuk terakhir atau penghabisan.
·
JUMADIL AWAL, nama bulan kelima. Berasal dari kata jumadi (kering) dan awal (pertama).
Penamaan Jumadil Awal, karena bulan mi merupakan awal musim kemarau, di mana
mulai terjadi kekeringan.
·
JUMADIL AKHIR, artinya, musim kemarau yang penghabisan.
·
RAJAB, artinya mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat
memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang berperang.
·
SYA’BAN, artinya berkelompok. Penamaan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan
ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang
terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka’bah
(Baitullah).
·
RAMADHAN, artinya sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang
tersebut dalam Al-Quran, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan
aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-penistiwa peting seperti:
Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran pertama kali, ada malam Lailatul Qadar,
yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk
memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini ditetapkan
sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaurn muslimin dapat
menaklukan kaum musyrik dalam perang Badar Kubra dan pada bulan ini juga Nabi
Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekkah dan mengakhiri penyembahan
berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.
·
SYAWAL, artinya, kebahagiaan. Maksudnya kembalinya manusia ke dalam fitrah
(kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling
bermaaf-maafan. Itulah yang membahagiakan.
·
DZULQAIDAH, berasal dari kata dzul (pemilik) dan qa’dah (duduk). Penamaan Dzulqaidah,
karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu.
Mereka menikmatinya dengan duduk-duduk di rumah.
·
DZULHIJJAH artinya yang menunaikan haji. Penamaan Dzulhijjah, sebab pada bulan ini
umat Islam sejak Nabi Adam as. menunaikan ibadah haji.
Selain mengetahui
sejarah dan latar belakang tahun Hijriyah, kita sebaiknya mengetahui juga
sejarah, latarbelakang dan apasaja seputar tahun Masehi. Hal ini tiada lain
agar kita mengetahui perbedaan mendasar antara keduanya.
Tahun Baru Masehi
pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak
lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk
mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad
ketujuh SM.
Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh
Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar
penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana
yang dilakukan orang-orang Mesir.
Satu tahun dalam penanggalan baru itu
dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun
45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Untuk nama-nama bulan yang
dipakai banyak yang diambil dari dewa-dewa dan unsur-unsur pagan (berhala) yang
berlaku di eropa, antara lain:
·
JANUARI terambil
dari nama dewa norna “Janus”. Dewa ini mempunyai dua wajah. Yang satu melihat
masa yang telah lalu dan satu lagi menatap masa depan yang penuh rahasia.
Januarius
(Januari) dipilih sebagai bulan pertama, karena dua alasan. Pertama, diambil
dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua ini, satu muka menghadap
ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa
penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang
baru. Kedua, karena 1 Januari jatuh pada puncak musim dingin.
·
FEBRUARI berasal dari kata latin “Februna” yaitu
pesta penyucian yang diselenggarakan tiap tanggal 15 Februari oleh bangsa
Romawi Kuno.
·
MARET awalnya tercantum sebagai bulan pertama
dalam kalender Julian. Kemudian barulah urutannya pada bulan ketiga seperti
sekarang ini. Terambil dan nama dewa perang “mars”.
·
APRIL ada yang mengatakan berasal dari nama
dewa cinta Yunani “Aphrodite”.
·
MEI konon berasal dari kata “Mob Mayesto” dewa
musim semi. Pada bulan ini diadakan festival meriah dan pemilihan ratu dan
raja.
·
JUNI terambil dari nama “Juno” dewi yang
melambangkan kewanitaan dan kebahagiaan keluarga.
·
JULI dipilih oleh penguasa Roma, Mark Antoni
dan nama “Julius Caesar” (raja Roma), sebagai penghormatan bagi Caesar yang
terbunuh oleh pengawalnya sendiri Brutus.
·
AGUSTUS penguasa Roma “Au-gustus” menyebut nama
bulan kedelapan sesuai namanya sendiri.
·
SEPTEMBER berasal dari bahasa
latin untuk angka ketujuh yaitu “Septa’. Tatkala pada abad 8 SM pembagian satu
tahun diubah dari 10 bulan menjadi 12 bulan, September yang terletak di urutan
ketujuh, kini menjadi bulan kesembilan.
·
OKTOBER diambil dari bahasa Latin: octo yang
berarti ”delapan” karena dahulu kala tahun bermula pada bulan Maret.
·
NOVEMBER, dari bahasa latin
untuk angka 9 “Novum’ Meskipun November (11) kini menjadi bulan ke-11, tapi
namanya tidak diubah.
·
DESEMBER dari bahasa latin
untuk angka 10, yaitu “Decem”. Desember adalah bulan yang ditutupi salju dan
es. Bulan ini dinamakan bulan suci karena upacara keagamaan Kristen yaitu
peringatan kelahiran Yesus Kristus yang disebut Natal. (Source: Media
Ummat Edisi 57; Halaman 5).Nama Masehi sendiri diambil dari kata Al Masih
–gelar untuk Nabi Isa AS yang dianggap Tuhan oleh Umat Kristen. Secara bahasa,
kata Masehi juga sering digunakan untuk menyebut nama lain dari agama Kristen.
Tahun Masehi dalam bahasa Latin disebut Anno Domini (Tahun Tuhan), disingkat
AD.
Selanjutnya, Caesar
juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan
Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender
baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama
bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan
Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi
bulan Agustus.
Adapun Kalender
Islam yang biasa disebut Hijriyah mengikuti perputaran bulan, bukannya matahari
seperti kalender Masehi. Oleh karena itu jumlah harinya pun berbeda. Hijriyah
memiliki 11 hari lebih pendek dari Masehi. Dalam perhitungan matahari dalam
satu tahun terdapat 365 hari, sedangkan perhitungan bulan terdapat 354 hari.
Islam.
Dari informasi ini
akhirnya kita tahu latar belakang sejarah yang ada di penanggalan masehi. Pada
saat ini banyak dari kita yang menandai peristiwa kita dengan tahun Masehi. Ambil satu contoh peristiwa
kelahiran. Mungkin banyak dari kita yang hapal tanggal berapa Masehi kita
dilahirkan, tapi tahukah kita pada tanggal berapa hijriyah kita dilahirkan?.
Belum lagi yang menandai anaknya dengan memberi nama anak sesuai dengan bulan
dia dilahirkan menurut tanggalan masehi. Semisal, Januar, Febri, Juni, dan yang
lainnya. Padahal januar itu adalah nama dewa atau jelasnya sesuatu yang
diciptakan oleh orang musyrik untuk disembah dan menyekutukan Allah Ta’alaa.
Untuk itu perlulah bagi kita untuk lebih berhati-hati lagi dalam hal-hal yang
sepertinya sepele seperti ini tapi bermaknakan keberpalingan dari Allah dan
RasulNya.
Allah SWT berfirman
yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18).
Sejarah sudahlah pasti
menentukan budaya masyarakatnya. Oleh karena itu Masehi juga memiliki banyak perayaan-perayaan untuk memperingati peristiwa
di dalamnya. Kita
ambil satu contoh mudah yaitu peringatan pergantian tahun. Sudah tabiat manusia
untuk mengharapkan sesuatu yang baik di masa mendatangnya. Untuk mewujudkan hal
itu lantas mereka membuat ritual sesuai dengan keyakinannya.
Hal ini bisa kita
lihat pada bangsa-bangsa penganut masehi yang memiliki beragam ritual. Seperti
di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil
berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan
bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai
tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja.
Dewa laut yang terkenal dalam legenda Negara
Di Romawi kuno orang
saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian
tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan
gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari
diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang
satu lagi menghadap ke belakang).
Lambat laun kaisar pun mewajibkan rakyat
memberikan hadiah-hadiah tahun baru itu kepadanya. Sedangkan orang Persia kuno
mempersembahkan hadiah telur untuk tahun baru, sebagai lambang produktivitas.
Biasanya mereka memulai tahun baru pada hari panen.
Para pendeta Keltik
memberikan potongan dahan mistletoe, yang dianggap suci, kepada umat mereka.
Orang-orang Keltik mengambil banyak kebiasaan tahun baru orang Romawi yang
menduduki kepulauan Inggris pada tahun 43 Masehi. Pada tahun 1200-an para
pemimpin Inggris mengikuti kebiasaan kaisar Romawi yang mewajibkan rakyat
memberikan hadiah tahun baru
Di Amerika serikat,
Tahun Baru dijadikan sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga
Amerika. Perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember.
Orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di
jantung kota New York, dimana banyak orang berkumpul.
Pada saat lonceng tengah
malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan, orang-orang
meneriakkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne. Esok harinya,
tanggal 1 Januari, orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman
atau nonton televisi yang berisi Parade Bunga Tournament of Roses sebelum
lomba-lomba futbol Amerika dilangsungkan di berbagai kota di Amerika.
Rupanya yang terakhir inilah
yang diikuti oleh bangsa kita yang notabene adalah umat islam. Dan hal itu
sangat Nampak sekali pada saat ini dimana pergantian tahun keduanya terjadi
dalam hitungan bulan yang sama. Sewaktu pergantian tahun hijriyah kemarin, terlihat
sudah tertutupi oleh suasana persiapan pergantian tahun Masehi, padahal kurang
lebih masih 23 hari lagi.
Hal ini bisa dibilang bahwa syiar Kristen dan sekuler
lebih besar dan lebih terlihat di Negara yang penduduknya merupakan umat muslim
terbesar di dunia. Bahkan umat Islamlah yang memiliki peran paling besar untuk
memeriahkan Syiar Kristen itu dibandingkan syiar Islam sendiri. Kita lebih
antusias dan gembira menunggu datangnya 1 Januari daripada Muharram.
Seandainya
umat islam tidak ikut merayakannya dan merayakan tahun barunya sendiri yakni
hijriyah, pastilah malam 1 Desember tidak semeriah itu. Karena, bukankah umat
nasrani hanya beberapa persen kecil saja dibandingkan umat islam? Bukankah
seharusnya tidak semeriah itu jika yang merayakannya cuma umat Kristen yang
segelintir orang saja?.
Seharusnya
Hijriyahlah yang meriah, yang penuh doa dan tangisan penyesalan atas dosa dan
kesalahan di tahun yang lalu, dan banyak dengan pengharapan akan pahala serta
kebaikan di tahun berikutnya. Sudah sepatutnyalah pergantian tahun hijriyah
menjadi ikon syiar yang terbesar di negeri ini.
Akan tetapi apakah itu yang
terjadi?. Oh tidak, kawan. Rupanya kita semua rela dengan bercokolnya syiar
para penentang Allah dan rasulnya terjadi di bumi yang seharusnya menjadi
tempat yang paling banyak tanahnya digunakan sujud kepadaNya pada setiap 5
waktunya. Mungkin kita marah dan kecewa ketika tim kesebelasan merah putih
dikalahkan di negerinya sendiri. Tapi lucunya kita tidak marah dan rela syiar
negeri muslim dikalahkan oleh syiar bangsa yang pernah menjajah kita.
Untuk itu, marilah
ya ikhwan, dengan momentum pergantian tahun ini, kita bermuhasabah kembali,
kita benahi kembali kesalahan yang sudah kita lakoni. Kita jadikan tahun
Hijriyah beserta semangat hijrahnya Rasulullah SAW merasuk disetiap pori-pori
dan sendi-sendi kehidupan kita. Jadikanlah ia sebagai penanda seluruh peristiwa
yang terjadi mulai peristiwa kelahiran sampai kematian.
Kita jadikan setiap
perpindahan bulannya menjadi alarm pengingat akan ridha Allah semata. Dan
tentunya marilah kita rapatkan barisan kembali untuk memutarbalikkan keadaan
sekarang ini, kita jadikan syiar-syiar agama Allah dan Rasulnya bisa hidup dan
agung di negerinya sendiri. Sungguh itu adalah sebuah kesyukuran atas nikmat
iman dan islam yang telah diberikan Allah ta’alaa kepada kita manusia bumi
pertiwi Indonesia.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS
Ibrahim: 7)
Pembaca rahimakumullaah,
mengawali paparan dan seruan tentang syiar diatas,
Saya mengucapkan
Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1428 Hijriyah
Mohon Maaf atas Segala Salah Khilaf yang Telah Lalu
Semoga ke depan kita semakin baik dan baik lagi
Termasuk golongan orang-orang yang beruntung
Yaitu yang hari ini lebih baik dari hari kemarin
Yaitu yang besok lebih baik dari hari ini
Amin…