URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
KEJARLAH ILMU AGAMA SETINGGI LANGIT 
  Penulis: Pejuang Islam  [18/1/2024]
   
SHALAT SUNNAH & BACA ALQURAN DI RUMAH 
  Penulis: Pejuang Islam  [16/1/2024]
   
HADIAH TERBAIK ADALAH NASEHAT 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/1/2024]
   
PARA PENYAMPAI HADITS NABI 
  Penulis: Pejuang Islam  [8/1/2024]
   
PENASIHAT ITU DIPERCAYA 
  Penulis: Pejuang Islam  [31/12/2023]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 29 April 2024
Pukul:  
Online Sekarang: 4 users
Total Hari Ini: 127 users
Total Pengunjung: 5865025 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Hijriyah ATAU Masehi ? 
Penulis: A. Murtadho [27/12/2010]
 

Hijriyah ATAU Masehi ?

  A. Murtadho

 Sejak alam semesta diciptakan, bersamaan dengan itu pulalah waktu atau masa tercipta. Dalam prosesnya lantas terjadilah apa yang dinamakan siang dan malam, musim -musim, pasang surutnya gelombang dan lain sebagainya yang kemudian hari oleh umat manusia sang khalifah di muka bumi ini, dengan modal akal yang diberikan oleh Sang Khaliq, semua hal tersebut diatas mereka jadikan patokan untuk menandai segala peristiwa yang terjadi pada kehidupannya.

Dalam perjalanannya umat manusia ini ditakdir oleh Allah SWT menjadi berbeda-beda, dimulai dari berbedanya  belahan dunia mana yang mereka tinggali, yang mana itu mempengaruhi budaya, kebiasaan dan pola hidup mereka. Rupanya dari sini pulalah mereka berbeda dalam menandai serta merumuskan waktu, yang nantinya setelah beribu-ribu tahun perjalanannya mereka merumuskannya dengan istilah tahun, bulan, hari, jam, menit , detik dan lain sebagainya. Walhasil kehidupan manusia tidak akan dapat lepas dari apa yang mereka namakan waktu.

Semakin kesini, Dalam penggunaannya rupanya manusia menggunakan dua macam penanggalan, yakni Masehi dan Hijriyah. Dipakainya dua macam penanggalan ini tidak lepas dari dua keyakinan besar yang mengusungnya. Tahun Hijriyah digunakan oleh umat Islam, sedang masehi diusung oleh umat Nasrani dan tersebar melalui kekuasaan Imperium Romawi kemudian digunakan secara umum oleh manusia diluar umat islam pada umumnya .

Akan tetapi lambat laun umat islam pun menggunakan tahun Masehi ini. Bahkan tidak dipungkiri lagi umat islam pada saat ini tidak dapat lepas dari penggunaan tahun Masehi. Dan ironisnya  lagi, tahun Hijriyah sudah tidak diperhatikan dan digunakan lagi oleh sebagian umat islam.

Untungnya dari segi jumlah penggunaan bulan keduanya tidak dapat lepas dari ketentuan Allah Sang Pencipta waktu. sehingga tidak menimbulkan kebingungan yang sangat bagi umat Islam yang masih teguh menggunakan penanggalan Hijriyah. Sebagaimana Firman Allah Ta’alaaYang artinya :

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS : At Taubah(9):36).

Akan tetapi sudah barang tentu yang dimaksudkan Allah dan lebih afdhal disisiNya tiada lain adalah Tahun Hijriyah.

Tahun Hijriyah seperti namanya, ditetapkan setelah Rasulullah SAW hijrah dari Mekah ke Madinah. Hijrah ini bukan sekedar secara fisik tapi juga hijrah secara drastis dari sisi mental. Seperti yang diungkapkan oleh sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab tentang hijrahnya Nabi Muhammad SAW, bahwa "Hijrah itu membedakan antara yang hak dan bathil".

Adapun tahun Hijriyah ditetapkan penggunaannya pada masa kekhalifahan Sayyidina Umar bin Khaththab RA tatkala beliau
menjabat sebagai Kepala Negara setelah 5 tahun masa jabatan beliau. Adapun sebelum itu belum ada tahun Hijriyah baik di zaman Rasulullah hidup maupun jaman sahabat walaupun sebenarnya penggunaan bulan-bulan yang 12 itu sudah ada sejak zaman pra kerasulan, hanya saja tidak ditetapkan nama tahunnya, penamaannya hanya dari peristiwa seperti Tahun Gajah. Penetapan tahun Hijriyah ini mulai diberlakukan bertepatan dengan tahun 640M.

 Ijtihad Sayyidina Umar RA ini bermula ketika beliau mendapat surat dari Sahabat Musa Al As’ari Gubernur Kuffah, adapun isi suratnya adalah sebagai berikut :

“KATABA MUSA AL AS’ARI ILA UMAR IBNUL KHOTHOB. INNAHU TAKTIINA MINKA KUTUBUN LAISA LAHA TAARIIKH.”

Artinya: Telah menulis surat Gubernur Musa Al As’ari kepada Kepala Negara Umar bin Khathab. Sesungguhnya telah sampai kepadaku dari kamu beberapa surat-surat tetapi surat-surat itu tidak ada tanggalnya.

Kemudian Khalifah Umar bin Khathab mengumpulkan para tokoh-tokoh dan sahabat-sahabat yang ada di Madinah.

“FAJAMAA’A UMAR AN NAASI LIL MUSYAAWAROTI, Maka mengumpulkan Umar bin Khathab untuk mengadakan musyawarah.”

Didalam musyawarah itu membicarakan rencana akan membuat Tarikh atau kalender Islam. Dan didalam musyawarah muncul bermacam-macam perbedaan pendapat. Diantara pendapat tersebut adalah sebagai berikut:

 

·         Ada yang berpendapat sebaiknya tarikh Islam dimulai dari tahun lahirnya Nabi Muhammad SAW.

·         Ada yang berpendapat sebaiknya kalender Islam dimulai dari Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasulullah.

·         Ada yang berpendapat sebaiknya kalender Islam dimulai dari Rasulullah di Isra’ Mi’raj kan .

·         Ada yang berpendapat sebaiknya kalender Islam dimulai dari wafatnya Nabi Muhammad SAW.

 

Sedangkan Sayyidina Ali KRW berpendapat, sebaiknya kalender Islam dimulai dari tahun Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah atau pisahnya negeri syirik ke negeri mukmin. Pada waktu itu Makkah dinamakan Negeri Syirik, bumi syirik.

Akhirnya musyawarah yang dipimpin oleh Amirul Mukminin Umar Bin Khathab sepakat memilih awal yang dijadikan kalender Islam adalah dimulai dari tahun Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Oleh sebab itu kalender Islam tersebut dinamakan Tahun Hijriyah. Lantas kemudian dirumus tuntaskan pulalah penanggalannya beserta nama-nama bulannya yang diambil dari berbagai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Rasulullah dan Kaum muslimin.

 

·         MUHARRAM, artinya, yang diharamkan atau yang menjadi pantangan.  

Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai masa awal Islam.

·         SHAFAR, artinya, kosong. Penamaan Shafar, karena pada bulan itu semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong dari orang laki-laki.

·         RABIU’UL AWAL, berasal dari kata rabi’ (menetap) dan awal (pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah meninggalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam, antara lain: Nabi Muhammad SW lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.

·         RABI’UL AKHIR, artinya masa menetapnya kaum laki-laki untuk terakhir atau penghabisan.

·         JUMADIL AWAL, nama bulan kelima. Berasal dari kata jumadi (kering) dan awal (pertama). Penamaan Jumadil Awal, karena bulan mi merupakan awal musim kemarau, di mana mulai terjadi kekeringan.

·         JUMADIL AKHIR, artinya, musim kemarau yang penghabisan.

·         RAJAB, artinya mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab tempo dulu sangat memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang berperang.

·         SYA’BAN, artinya berkelompok. Penamaan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah. Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka’bah (Baitullah).

·         RAMADHAN, artinya sangat panas. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut dalam Al-Quran, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-penistiwa peting seperti: Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran pertama kali, ada malam Lailatul Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaurn muslimin dapat menaklukan kaum musyrik dalam perang Badar Kubra dan pada bulan ini juga Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekkah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.

·         SYAWAL, artinya, kebahagiaan. Maksudnya kembalinya manusia ke dalam fitrah (kesucian) karena usai menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah yang membahagiakan.

·         DZULQAIDAH, berasal dari kata dzul (pemilik) dan qa’dah (duduk). Penamaan Dzulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatinya dengan duduk-duduk di rumah.

·         DZULHIJJAH artinya yang menunaikan haji. Penamaan Dzulhijjah, sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as. menunaikan ibadah haji.

 

Selain mengetahui sejarah dan latar belakang tahun Hijriyah, kita sebaiknya mengetahui juga sejarah, latarbelakang dan apasaja seputar tahun Masehi. Hal ini tiada lain agar kita mengetahui perbedaan mendasar antara keduanya.

Tahun Baru Masehi pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM (sebelum masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM.

Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.

Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Untuk nama-nama bulan yang dipakai banyak yang diambil dari dewa-dewa dan unsur-unsur pagan (berhala) yang berlaku di eropa, antara lain:

·         JANUARI terambil dari nama dewa norna “Janus”. Dewa ini mempunyai dua wajah. Yang satu melihat masa yang telah lalu dan satu lagi menatap masa depan yang penuh rahasia. Januarius (Januari) dipilih sebagai bulan pertama, karena dua alasan. Pertama, diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua ini, satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru. Kedua, karena 1 Januari jatuh pada puncak musim dingin.

·         FEBRUARI berasal dari kata latin “Februna” yaitu pesta penyucian yang diselenggarakan tiap tanggal 15 Februari oleh bangsa Romawi Kuno.

·         MARET awalnya tercantum sebagai bulan pertama dalam kalender Julian. Kemudian barulah urutannya pada bulan ketiga seperti sekarang ini. Terambil dan nama dewa perang “mars”.

·         APRIL ada yang mengatakan berasal dari nama dewa cinta Yunani “Aphrodite”.

·         MEI konon berasal dari kata “Mob Mayesto” dewa musim semi. Pada bulan ini diadakan festival meriah dan pemilihan ratu dan raja.

·         JUNI terambil dari nama “Juno” dewi yang melambangkan kewanitaan dan kebahagiaan keluarga.

·         JULI dipilih oleh penguasa Roma, Mark Antoni dan nama “Julius Caesar” (raja Roma), sebagai penghormatan bagi Caesar yang terbunuh oleh pengawalnya sendiri Brutus.

·         AGUSTUS penguasa Roma “Au-gustus” menyebut nama bulan kedelapan sesuai namanya sendiri.

·         SEPTEMBER berasal dari bahasa latin untuk angka ketujuh yaitu “Septa’. Tatkala pada abad 8 SM pembagian satu tahun diubah dari 10 bulan menjadi 12 bulan, September yang terletak di urutan ketujuh, kini menjadi bulan kesembilan.

·         OKTOBER diambil dari bahasa Latin: octo yang berarti ”delapan” karena dahulu kala tahun bermula pada bulan Maret.

·         NOVEMBER, dari bahasa latin untuk angka 9 “Novum’ Meskipun November (11) kini menjadi bulan ke-11, tapi namanya tidak diubah.

·         DESEMBER dari bahasa latin untuk angka 10, yaitu “Decem”. Desember adalah bulan yang ditutupi salju dan es. Bulan ini dinamakan bulan suci karena upacara keagamaan Kristen yaitu peringatan  kelahiran Yesus Kristus yang disebut Natal. (Source: Media Ummat Edisi 57; Halaman 5).Nama Masehi sendiri diambil dari kata Al Masih –gelar untuk Nabi Isa AS yang dianggap Tuhan oleh Umat Kristen. Secara bahasa, kata Masehi juga sering digunakan untuk menyebut nama lain dari agama Kristen. Tahun Masehi dalam bahasa Latin disebut Anno Domini (Tahun Tuhan), disingkat AD.

 Selanjutnya, Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.

Adapun Kalender Islam yang biasa disebut Hijriyah mengikuti perputaran bulan, bukannya matahari seperti kalender Masehi. Oleh karena itu jumlah harinya pun berbeda. Hijriyah memiliki 11 hari lebih pendek dari Masehi. Dalam perhitungan matahari dalam satu tahun terdapat 365 hari, sedangkan perhitungan bulan terdapat 354 hari. Islam.

Dari informasi ini akhirnya kita tahu latar belakang sejarah yang ada di penanggalan masehi. Pada saat ini banyak dari kita yang menandai peristiwa kita       dengan tahun Masehi. Ambil satu contoh peristiwa kelahiran. Mungkin banyak dari kita yang hapal tanggal berapa Masehi kita dilahirkan, tapi tahukah kita pada tanggal berapa hijriyah kita dilahirkan?.

Belum lagi yang menandai anaknya dengan memberi nama anak sesuai dengan bulan dia dilahirkan menurut tanggalan masehi. Semisal, Januar, Febri, Juni, dan yang lainnya. Padahal januar itu adalah nama dewa atau jelasnya sesuatu yang diciptakan oleh orang musyrik untuk disembah dan menyekutukan Allah Ta’alaa. Untuk itu perlulah bagi kita untuk lebih berhati-hati lagi dalam hal-hal yang sepertinya sepele seperti ini tapi bermaknakan keberpalingan dari Allah dan RasulNya.

 

Allah SWT berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”  (QS Al-Hasyr: 18).

                Sejarah sudahlah pasti menentukan budaya masyarakatnya. Oleh karena itu Masehi juga memiliki banyak perayaan-perayaan untuk memperingati peristiwa di dalamnya. Kita ambil satu contoh mudah yaitu peringatan pergantian tahun. Sudah tabiat manusia untuk mengharapkan sesuatu yang baik di masa mendatangnya. Untuk mewujudkan hal itu lantas mereka membuat ritual sesuai dengan keyakinannya.

Hal ini bisa kita lihat pada bangsa-bangsa penganut masehi yang memiliki beragam ritual. Seperti di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja. Dewa laut yang terkenal dalam legenda Negara

Di Romawi kuno orang saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Lambat laun kaisar pun mewajibkan rakyat memberikan hadiah-hadiah tahun baru itu kepadanya. Sedangkan orang Persia kuno mempersembahkan hadiah telur untuk tahun baru, sebagai lambang produktivitas. Biasanya mereka memulai tahun baru pada hari panen.

Para pendeta Keltik memberikan potongan dahan mistletoe, yang dianggap suci, kepada umat mereka. Orang-orang Keltik mengambil banyak kebiasaan tahun baru orang Romawi yang menduduki kepulauan Inggris pada tahun 43 Masehi.  Pada tahun 1200-an para pemimpin Inggris mengikuti kebiasaan kaisar Romawi yang mewajibkan rakyat memberikan hadiah tahun baru

Di Amerika serikat, Tahun Baru dijadikan sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Amerika. Perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember. Orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, dimana banyak orang berkumpul.

Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan, orang-orang meneriakkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne. Esok harinya, tanggal 1 Januari, orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi yang berisi Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba-lomba futbol Amerika dilangsungkan di berbagai kota di Amerika.

                Rupanya yang terakhir inilah yang diikuti oleh bangsa kita yang notabene adalah umat islam. Dan hal itu sangat Nampak sekali pada saat ini dimana pergantian tahun keduanya terjadi dalam hitungan bulan yang sama. Sewaktu pergantian tahun hijriyah kemarin, terlihat sudah tertutupi oleh suasana persiapan pergantian tahun Masehi, padahal kurang lebih masih 23 hari lagi.

Hal ini bisa dibilang bahwa syiar Kristen dan sekuler lebih besar dan lebih terlihat di Negara yang penduduknya merupakan umat muslim terbesar di dunia. Bahkan umat Islamlah yang memiliki peran paling besar untuk memeriahkan Syiar Kristen itu dibandingkan syiar Islam sendiri. Kita lebih antusias dan gembira menunggu datangnya 1 Januari daripada Muharram.

Seandainya umat islam tidak ikut merayakannya dan merayakan tahun barunya sendiri yakni hijriyah, pastilah malam 1 Desember tidak semeriah itu. Karena, bukankah umat nasrani hanya beberapa persen kecil saja dibandingkan umat islam? Bukankah seharusnya tidak semeriah itu jika yang merayakannya cuma umat Kristen yang segelintir orang saja?.

Seharusnya Hijriyahlah yang meriah, yang penuh doa dan tangisan penyesalan atas dosa dan kesalahan di tahun yang lalu, dan banyak dengan pengharapan akan pahala serta kebaikan di tahun berikutnya. Sudah sepatutnyalah pergantian tahun hijriyah menjadi ikon syiar yang terbesar di negeri ini.

Akan tetapi apakah itu yang terjadi?. Oh tidak, kawan. Rupanya kita semua rela dengan bercokolnya syiar para penentang Allah dan rasulnya terjadi di bumi yang seharusnya menjadi tempat yang paling banyak tanahnya digunakan sujud kepadaNya pada setiap 5 waktunya. Mungkin kita marah dan kecewa ketika tim kesebelasan merah putih dikalahkan di negerinya sendiri. Tapi lucunya kita tidak marah dan rela syiar negeri muslim dikalahkan oleh syiar bangsa yang pernah menjajah kita.

Untuk itu, marilah ya ikhwan, dengan momentum pergantian tahun ini, kita bermuhasabah kembali, kita benahi kembali kesalahan yang sudah kita lakoni. Kita jadikan tahun Hijriyah beserta semangat hijrahnya Rasulullah SAW merasuk disetiap pori-pori dan sendi-sendi kehidupan kita. Jadikanlah ia sebagai penanda seluruh peristiwa yang terjadi mulai peristiwa kelahiran sampai kematian.

Kita jadikan setiap perpindahan bulannya menjadi alarm pengingat akan ridha Allah semata. Dan tentunya marilah kita rapatkan barisan kembali untuk memutarbalikkan keadaan sekarang ini, kita jadikan syiar-syiar agama Allah dan Rasulnya bisa hidup dan agung di negerinya sendiri. Sungguh itu adalah sebuah kesyukuran atas nikmat iman dan islam yang telah diberikan Allah ta’alaa kepada kita manusia bumi pertiwi Indonesia.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”  (QS Ibrahim: 7)

 Pembaca rahimakumullaah, mengawali paparan dan seruan tentang syiar diatas,

Saya mengucapkan
Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1428 Hijriyah
Mohon Maaf atas Segala Salah Khilaf yang Telah Lalu
Semoga ke depan kita semakin baik dan baik lagi
Termasuk golongan orang-orang yang beruntung
Yaitu yang hari ini lebih baik dari hari kemarin
Yaitu yang besok lebih baik dari hari ini
Amin…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: M FADLOLI HS  - Kota:
Tanggal: 30/12/2010
 
ASSALAMUALAIKUM R WB 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Wa'alaikum salam wr wb.

 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2024 Oleh Pejuang Islam