URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
KEJARLAH ILMU AGAMA SETINGGI LANGIT 
  Penulis: Pejuang Islam  [18/1/2024]
   
SHALAT SUNNAH & BACA ALQURAN DI RUMAH 
  Penulis: Pejuang Islam  [16/1/2024]
   
HADIAH TERBAIK ADALAH NASEHAT 
  Penulis: Pejuang Islam  [11/1/2024]
   
PARA PENYAMPAI HADITS NABI 
  Penulis: Pejuang Islam  [8/1/2024]
   
PENASIHAT ITU DIPERCAYA 
  Penulis: Pejuang Islam  [31/12/2023]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 29 April 2024
Pukul:  
Online Sekarang: 1 users
Total Hari Ini: 53 users
Total Pengunjung: 5864887 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
MENSIKAPI PERMAINAN DUNIA 
Penulis: RUSHOIFAH [5/10/2010]
 

MENSIKAPI PERMAINAN DUNIA

                                               RUSHOIFAH

Katakan olehmu: “Kesenangan dunia ini sangat sedikit. Sedangkan negeri akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang bertakwa” (QS. Annisa, 4:77)

Kitab Nasha`ihul Ibaad mengutip nasihat Yahya bin Mu`adz, seorang ulama terkemuka, wafat di Naisabur tahun 258 H. Menurut Yahya bin Mu`adz merupakan orang sangat beruntung manakala
[1] Orang lebih dahulu meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya
[2] Lebih dahulu membangun kuburnya sebelum ia memasukinya
[3] Ia memperoleh ridha Allah SWT sebelum Allah memanggilnya.

Apa yang disampaikan Yahya bin Mu`adz patut kita renungi bersama mengingat tiga hal di atas erat kaitannya dengan kondisi jiwa kita sehari-hari. Tentu, renungan yang kita maksud bermanfaat bagi kebahagiaan dan ketentraman kita sendiri di saat melakoni kehidupan di dunia fana. Semoga perenungan kita memperoleh ridha dan bernilai amal salih. Amin.

1. Orang lebih dahulu meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya

Menurut Yahya bin Mu`adz, seseorang memperoleh kebahagiaan hakiki manakala ia lebih bersegera meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya. Orang seperti ini mempunyai otak cerdas sebab ia mampu merekam fenomena kehidupan sehari-hari dan kemudian menyimpan rapi di dalam otaknya. Adapun orang bodoh adalah orang yang berkali-kali diberi pelajaran oleh Allah SWT tetapi tak pernah pelajaran itu menempel dalam otaknya.

Sebagai contoh: Pada tahun 2000 Pak Asnawi menyaksikan sebuah keluarga yang bertikai dan terpecah hanya lantaran harta warisan. Pada tahun itu, Pak Asnawi berkata: “Kekayaan ternyata hanya menimbulkan perpecahan.” Pada tahun 2005, Pak Asnawi menjadi pengusaha sukses. Ia lupa lagi atas perkataannya di tahun 2004, melainkan Pak Asnawi terus menumpuk harta tanpa pernah terpikir bagaimana memaslahatkan harta itu. Sawah dan rumah Pak Asnawi ada dimana-mana. Pak Asnawi mati akibat serangan jantung. Akhirnya, sawah dan rumah yang luas diperebutkan oleh anak-anaknya dan menjadi sumber perpecahan yang tidak ada akhirnya. Itulah contoh orang bodoh yang mudah sekali lupa atas pelajaran dari Allah SWT padahal berapa ribu contoh serupa yang sudah disaksikan manusia.”

Sebaliknya, seseorang dikatakan cerdas apabila ilmu Allahbetapapun sedikit contohnamun mudah sekali diingat dan terus menempel dalam kehidupannya. Seperti dikatakan Yahya bin Mu`adz bahwa orang yang cerdas itu adalah “Orang yang lebih dahulu meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya.” Nasihat Yahya mempunyai makna bahwa dunia harus segera dienyahkan dari hati. Hati jangan terkait dengan dunia. Bukankah ketika ajal sudah menjemput kita tidak akan berfikir tentang duniawi? Bukankah duniawi yang menjadi sumber penyesalan sebagian besar umat manusia?

Oleh sebab itu, sebelum Malaikat Izrail as menjemput nyawa, bukankah tidak sebaiknya jika kita segera mengenyahkan duniawi dari ruhani kita. Kalau rohani sudah meninggalkan dunia, maka ketenangan, kebahagiaan, dan ketentraman segera bersemayam di hati kita.

Tentu, kita bukan orang bodoh yang mudah lupa atas pelajaran-pelajaran dari Allah SWT. Kita sering mengalami bahwa hati kerap gelisah karena memikirkan duniawi, oleh sebab itu maka kita pun siap untuk mengenyahkan duniawi dari hati kita. Sebab hanya dengan itu kita akan menjadi manusia berbahagia. Hati harus tetap terjaga mengingat Allah SWT. Biarkan hanya kaki dan tangan yang bertugas mencari penghidupan. Dengan cara demikian kita akan menjadi pedagang yang hati-hati, pegawai yang mencintai akhirat, dan nelayan yang pandai bersyukur.

2. Lebih dahulu membangun kubur sebelum memasukinya

Yahya bin Mu`adz menyatakan bahwa orang berbahagia adalah “Ia yang lebih dahulu membangun kuburnya sebelum memasukinya.” Nasihat ini menekankan aspek kecerdasan dari manusia dimana ia telah mengetahui apa-apa yang akan dilaluinya, selanjutnya mempersiapkan bekal apa yang berguna untuk menjaga kebahagiaan dirinya. Peribahasa mengatakan: “Sedia payung sebelum hujan.”

Kita pasti mati. Semua makhluk akan merasakan mati. Kita tahu apa yang harus dipersiapkan guna menghadapi kematian? Kematian pasti datang, mau tidak mau kita harus menghadapinya. Apa bekal menghadapi kematian? Menumpuk dosa atau mengumpul pahala? Orang bodoh adalah mereka yang menumpuk dosa, sebaliknya manusia pintar adalah manusia yang rajin mengumpulkan pahala.

Orang yang cerdas ketika menyaksikan kematian menjemput seorang manusia maka ia segera mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya dari kejadian itu. Dia pun tafakur dan lebih giat mempersiapkan diri “membangun kubur sebelum memasukinya.” Adapun orang bodoh adalah orang yang ketika menyaksikan pelajaran tentang kematian, tiba-tiba mukanya berpaling dan menutup telinga rapat-rapat saking tak sudinya menerima pelajaran-pelajaran dari Allah Tuhan semesta alam.

Bodohnya orang itu seperti anak berusia cukup yang akan memasuki sekolah namun ia tak sudi belajar baca dan tulis. Adapun anak cerdas adalah anak yang antusias belajar dan sudah mahir baca tulis jauh hari sebelum ia memasuki sekolahan. Orang cerdas itu tahu bahwa kehidupan sekolah sangat bergantung pada aktivitas membaca dan menulis. Seperti halnya kehidupan setelah kematian yang sangat bergantung pada sejauhmana seorang manusia melakukan amalan salih. Di akhirat nilai duniawi sungguh tak berguna atau bahkan kerap menjadi batu sandungan di akhirat yang melahirkan penyesalan yang tiada bertepi. Naudzubillahi min dzalik.

3. Ia memperoleh ridha Allah sebelum Allah memanggilnya

Yahya bin Mu\`adz menyatakan bahwa seseorang dikatakan sangat beruntung manakala ia memperoleh ridha Allah jauh hari sebelum Allah memanggilnya. Inilah makna istiqomah. Orang ini awalnya baik, perjalanannya baik, dan akhirnya juga baik. Sehingga Allah ridha jauh hari sebelujm Allah memanggilnya.

Ada orang bertanya: “Mas, enak ya kalau orang itu awalnya pemaksiyat kemudian taubat. Wah kalau begitu saya juga mau maksiyat dulu baru setelah itu taubat?” Perkataan orang demikian adalah perkataan bodoh sebab ia telah merelakan kehidupannya kotor. Orang ini masih diliputi keragu-raguan, kegamangan, dan hawa nafsu yang menggelincirkan ke dalam neraka Jahannam. Benar apa yang dikatakan Yahya bin Mu`adz bahwa seseorang dikatakan sangat beruntung ketika ia memperoleh ridha jauh hari sebelum Allah memanggilnya. Oleh sebab itu, sepatutnya bagi kita dan generasi muda untuk segera meraih ridha Allah mulai dari sekarang. Janganlah hidup kita terjebak hanya karena mengikuti bisikan syaitan yang membinasakan kita sendiri.

Ridha Allah pada kita merupakan rekomendasi dari Pencipta alam semesta. Jika banyak orang mengharap ridha Allah ketika tutup usia, maka ia termasuk orang beruntung. Namun alangkah lebih beruntungnya manakala dedtik-detik dalam hidup kita selalu dipayungi ridha Allah SWT dimana segala aktivitas kita selalu direstui Allah sehingga pahala yang diraih datang tiada terputus.

Kecuali mereka yang beriman dan beramal salih maka bagi mereka pahala yang tak pernah putus (QS. Attin, 95: 4-6)

Kita bekerja, berbuat yang terbaik, beramal salih, dan ibadah; tidaklah mengharap pujian atau hadiah dari manusia melainkan ridha Allah yang kita cari. Dengan cara inilah kita menempati derajat manusia paling beruntung dan berbahagia. Itulah nasihat Yahya bin Mu`adz yang menyatakan bahwa sungguh beruntung manusia yang memperoleh ridha Allah sebelum Dia memanggilnya. Semoga Allah berkenan meridhai segala yang kita lakukan sehingga langkah-langkah kaki kita di muka mempunyai nilai ridha Allah SWT. Amin.

Penutup

Kehidupan di dunia memiliki makna khusus bagi manusia yang mau berfikir. Manusia tersebut akan berfikir bahwa dunia hanya serangkaian ujian guna mengklasifikasi umat manusia, mana di antara mereka yang beriman kepada Allah SWT dan tinggal di dalam surga bersama-Nya; serta umat manusia mana yang durhaka kepada-Nya dan tinggal dalam neraka selama-lamanya. Merupakan kebahagiaan manakala seorang manusia;
[1] Meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya (mensucikan hati dari noda duniawi)
[2] Membangun kubur sebelum menempatinya (mengumpulkan bekal akhirat)
[3] Memperoleh ridha Allah sebelum ajal menjemputnya.

Semoga kita menjadi manusia paling beruntung di muka bumi sehingga memperoleh kebahagiaan hakiki akhirat kelak. Amin ya Rabbal `Alamin.


   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2024 Oleh Pejuang Islam